Arinta yang melihat suaminya tertawa renyah di kamar nya. Dan tak lama sesudahnya menyambar kunci mobilnya perlahan dengan ceria ia menuju ke mobil kesayangan nya. Arinta langsung bergerak mengikuti nya.
Arinta lalu mengirimkan pesan pada kakak iparnya. "Mas aku perlu bantuan mu. " Terlihat centang biru tanpa balasan. Itu berarti pesan telah terbaca.
Arinta menitipkan Kinanti pada asisten rumah tangga nya saat melihat Arman berdiri di sisi mobilnya masih tersenyum sendiri dengan ponsel yang dia ambil kemudian di kembalikan lagi di saku celananya.
Arinta masih memperhatikan dari balik korden di ruang tamu. Begitu Arman melajukan mobilnya ia pun berlari kecil keluar rumah. Mencoba memesan ojol atau taxi online.
Namun niatan nya ia urungkan saat melihat Esra kakak suami kakak iparnya. " Mas, tolong temani aku membututi Mas Arman baru saja mobilnya nya keluar. " Seru Arinta. Lelaki itu dengan sigab memberikan helm cadangan yang selalu di bawa nya.
Beruntung nasib di pihak mereka, karena Arman melajukan mobilnya dengan santai dan dapat terkejar oleh mereka. Dan ternyata tujuannya tidak jauh hanya seberang komplek perumahan mereka.
"Rumah siapa ini dik Rinta? " Tanya Esra pada Arinta. "Entahlah, Mas. Aku juga baru pertama kali ke sini. " Jawab Arinta saat mereka berhenti di rumah depan Arman memakirkan mobilnya.
Seolah rumah itu adalah miliknya, Arman dengan santai masuk begitu saja tanpa menoleh kanan kiri. " Dari gekstur nya sepertinya dia sudah terbiasa ke tempat ini. " Gumam Arinta.
"Tenang dik. Jangan gegabah nanti kita bisa malu sendiri. " Esra mencoba menenangkan adik ipar nya.
"Untung saja ada rumah kosong di sini ya, dik. Bisa kita mengamati kegiatannya. " Ujar Esra.
"Bagaimana cara nya Mas. Di sana mati lampu nya. Yang ada kita tak nampak apapun. Ini sudah dua puluh menit Mas. Mas Arman belum juga keluar. " Arinta menggerutu sambil menatap rumah di depan nya.
"Baik nya Mas cari bantuan, ya dik. Kamu tunggu di sini. Tadi di ujung gang ada orang-orang berkumpul. " Seru Mas Esra dan Arinta hanya mengangguk saja.
Sudah setengah jam Arinta tak sabar lagi. Ia pun beranjak dari tempat nya berjalan ke rumah seberang nya. Ia meneliti sekitar nya terlihat sepi saja. Senyap iya, pikirnya.
Ia memegang handle pintu menatap tak percaya. Klik. Pintu tak di kunci. "Dasar ceroboh. Kena kamu Mas! " Seru Arinta dalam hati. "Aku yakin ada sesuatu tentang kamu dengan tempat ini. " Gumam Arinta lirih.
Arinta menyusuri jalan di ruangan tersebut karena remang-remang, jalannya pelan karena matanya juga beradaptasi dengan lingkungan.
Ia juga menajamkan pendengaran nya karena suaranya aneh. Persis seperti suara dari film erotis. Matanya menyipit menuju ruang yang pintunya setengah terbuka. Karena dari sanalah sumber suaranya.
"Akh... cepat yang kuat... Enak banget. " Suara Sinta.
"Akh.. Rasakan dan nikmati.. Akh.. " Suara Arman berteriak.
"Aku suka sekali jika kau bergerak cepat Mas. " Rancu Sinta.
"Terus seperti ini. Akh.. " Teriakan Arman. t
"Aku tak akan pernah tahan berjauhan dengan mu Mas.. " Santi mengoceh tiada henti.
"Akh... Eh.. Akh... " Sahut Sinta.
Arinta menganga terkejut melihat nya. Ia hanya mengikuti asal suara sayup-sayup itu. Apa yang ia dengar seperti adegan-adegan erotis di film dewasa nyata adanya.
Hanya saja pemainnya adalah Arman suaminya dan wanita itu belum dia kenali. Sejenak ia teringat tentang tujuannya. Di ambil nya ponsel pintar, ia langsung merekam lewat ponsel nya tak lama kemudian. Karena ia harus memiliki bukti perselingkuhan Arman.
Suara mereka yang meracau juga suara decit ranjang menandakan bahwa begitu dasyat nya percintaan mereka. "Wah, asyik nih dapat tontonan gratis live lagi. Mantap jaya. " Suara lelaki di samping Arinta mengagetkan Arinta segera menyudahi rekamannya.
Sedangkan yang lainnya asyik menonton dan merekam tindakan asusila tersebut. Tanpa mereka sadari yakni si Arman dan wanita nya. "Astaghfirullah. Apa yang kalian lakukan? " Teriak seorang lelaki paruh baya dengan baju muslim nya.
Arman menelan ludahnya bergegaslah ia memakai pakaian nya sebelum nya ia menutupi aurat wanita itu hingga ke wajahnya.
"Siapa kalian? Mengapa bisa kemari? " Teriak Arman emosi.
"Mas sendiri ngapain dengan janda semok ini? Sudah zina pakai teriak-teriak lagi! " Sembur lelaki yang asyik merekam.
Sinta melepaskan kain penutup nya " Mas.. Belum puas ayo lagi.. Akh. " Sinta masih ***** tak memperdulikan mereka sudah di kelilingi orang banyak.
"Diam Sinta jangan aneh-aneh! " Bentak Arman.
"Mas puasin aja dulu kita bisa kok nungguin. " Celetuk Arinta menatap sinis sang suaminya.
"Kamu! Kamu ya, yang membawa mereka. " Salak Arman marah.
"Kenapa? Marah? Mas sendiri yang sudah nganggurin aku sembilan bulanan milih zina. Kalau bosan cerai saja Mas. Kenapa juga berbohong! Dan dia adalah pacar mu kan? Yang ninggalin kamu saat kamu melarat. Pintarnya dia balik ke kamu saat kamu kaya. Aku ikhlas pisah sama kamu. Jijik aku sama lelaki yang suka celup sana sini. " Teriak Arinta.
Kemudian wanita itu pergi meninggalkan mereka. Yang masih di kelilingi warga. Arman hendak menyusul nya namun Esra sudah pasang badan.
"Kau urusi saja simpanan mu! Jangan buat masalah lebih rumit lagi! " Bentak Esra. Bagaimana pun Arman adik istrinya, ia memang tak sekaya Arman namun ia berusaha mencukupi istrinya. Juga menjaga keharmonisan rumah tangga nya.
Dalam perjalanan mereka hanya terdiam tanpa berkata barang sedikit pun
"Apapun keputusan mu kami mendukung nya Rinta. " Ujar Esra menatap istri ipar nya. Arinta hanya menatap sendu dan mengangguk. Hari itu Arman tidak pulang bahkan hampir satu minggu nan.
Arinta tak memperdulikan nya ia menata pakaiannya dan pakaian anaknya hanya seperlunya saja. Ada tabungan juga periahasan nya. Walaupun tak banyak namun cukup untuk modal mereka berdua.
"Maafkan aku tak menjadi ibu yang baik sayang, karena memberikan kepedihan nantinya jika kami berpisah. Maaf aku tak sanggup di madu. " Bisik Arinta pada putrinya yang tertidur lelap di ranjangnya.
Semenjak kejadian itu Arinta memutuskan tidur sekamar dengan putrinya.
Tak perduli nanti bagaimana ia hanya ingin hidup damai dengan putrinya. Tak ingin yang lainnya.
Dua minggu tepatnya Arman kembali dan ia sendirian. Wajahnya nampak kuyu dan tak bersemangat. Menatap sendu istrinya yang asyik mengajarkan pelajaran di ruang keluarga.
Kinanti juga ikut mengacuhkan Arman, karena berulang kali lelaki itu juga mengacuhkan keberadaan mereka berdua.
"Apa kau yang mengajarkan dia tak berlaku sopan padaku? " Tanya Arman parau.
"Kau yang menyentak nya saat dia menghampiri mu untuk takzim bahkan kau berkata-kata kasar. Apa kau sudah amnesia Mas? " Jawab Arinta santai.
Sedangkan Kinanti bersembunyi di belakang tubuh Arinta. Dengan gemetaran. Arman menelan ludahnya meraup mukanya yang penuh penyesalan.
"Maaf, selama ini aku melukai kalian. Aku sudah menikah sirih dengan Sinta. Jadi kita akan bersama di rumah ini. " Ujar Arman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Tri Soen
Sabar ya Arinta menghadapi orang yg lagi dimabuk asmara memang hrs tegar ntar kalau udah sadar baru ngemis2 minta maaf apalagi kalau sampai bangkrut hidup nya morat-marit diporotin pelakor baru tau rasa ...
2022-11-08
0