Plak. Tamparan keras melayang ke wajahnya sebanyak dua kali. Arinta tersenyum puas melihat nya. Arinta memeluk lengannya Arman.
"Mas, sudah. Jangan begitu! Semuanya sudah lewat tak dapat diperbaiki, katanya dia sudah mati kan? Yuk, makan aja. " Ajak Arinta menuju ke meja makan.
Arman hanya diam tanpa berbicara menurut kata Arinta tanpa menoleh ke arah Sinta. Sinta mengikuti dari belakang. Mereka makan dengan diam.
Seusai makan malam Arman menuju ke ruang kerjanya di samping anak tangga sedang Arinta mengikuti pembantu rumah itu. Ia pura-pura ikut membersihkan meja makan.
Untuk menghindari Sinta yang duduk di ruang tengah. Arinta pura-pura sibuk di dapur sedang Art nya sudah ke belakang untuk istirahat. Saat Sinta sibuk dengan ponselnya bergegas Arinta masuk ke kamar dan menguncinya.
"Huff. Semoga saja dia tidur sama bininya malas banget sama dia. " Gumam Arinta bergegas mengambil air wudhu dan sholat. Ia juga murojah sebentar lalu mematikan lampu untuk istirahat.
Baru beberapa menit saat akan terlelap ia mendengar ketukan pintu. " Sella, buka pintu. Ayolah malam ini kan malam pertama kita sebagai pengantin mengapa kau kunci. " Teriak Arman kesal karena sudah tak sabar menyalurkan hasrat nya.
"Mas Arman, sudah. Dia sudah tidur. Ayo.. ke kamar kita saja. Aku akan melayani mu. " Bujuk Sinta.
"Ayolah mas.. " Rengek Sinta sekali lagi. Dengan malas Arman pun masuk ke kamar Sinta yang berada di sebelah kamar nya.
Mereka saling bercumbu dengan rakus dan Sinta tak memperhatikan perut nya yang sudah besar. Arman melakukannya tak sekali.
Karena hasrat nya sudah di ujung ubun-ubun perlu pelepasannya. Maka Arman hanya bisa melampiaskan pada Sinta yang sedang berbadan dua. Lelaki itu sudah menghayal akan melakukannya dengan Sella namun realita hanya dapat dengan Sinta.
Sinta tak memperdulikan diperlakukan kasar oleh Arman dan ia mau saja naik di atas Arman, juga menungging saat Arman ingin menyalurkan lewat belakang.
"Asalkan Mas Arman di rumah dan aku siap melayani nya setiap saat. " Batin Sinta gembira. Karena ia sudah beberapa kali memergoki Arman bermain dengan wanita lain.
Keesokan harinya. "Pagi sayang, kenapa kau menutup pintu nya. Aku kan ingin melewati malam pertama kita. " Bisik Arman dengan memeluk Arinta yang sedang menyeduh teh di dapur.
"Kan ada mbak Sinta, dia yang melayani Mas di ranjang juga keperluan lainnya. Sedang aku mengurus bagian dapur saja, ya Mas. " Bujuk Arinta dengan mengelus wajah Arman.
Dan pembicaraan mereka terdengar oleh Sinta yang turun dari lantai atas. "Benar yang dikatakan nya Mas Arman. Aku masih bisa kok melayani kebutuhan Mas Arman yang itu. " Ucap Sinta dengan percaya diri.
"Tuh kan bener kan kataku. Aku harus pergi kerja Mas. " Pamit Arinta. Dan wanita itu hendak berlalu namun di tahan Arman.
"Ikuti aku sayang. Tak usah kau kerja sama orang lain. Aku akan memberikan mu ruko dan kau kelola saja. " Bisik nya sambil mengecup pipi Arinta.
Wanita itu di dekap dan di bimbing menuju ke mobilnya. Mereka menuju ke bengkel mobil milik Arman. "Kau kelola saja tempat ini. Kau bisa belajar dan melihat cara kerjanya. " Ucap Arman.
Mereka lalu melihat tempat tersebut dan berkeliling Arman juga memberikan pembukuan juga nama relasi kerja sama antara bengkel dan distributor sparepart besar.
Arman meninggalkan Arinta, dari sana lelaki itu pergi ke showroom milik nya. Katanya ia sedang persiapan membuka cabang lagi, itu di katakannya pada Arinta. Bahkan wanita itu di ajak ke tempat itu keesokannya.
"Bagaimana menurut mu sayang. Jika ini berhasil aku akan memberikan mu hadiah. Anggap ini hadiah pernikahan mu dengan ku. " Lelaki itu tak pernah melepaskan pelukan nya pada tubuh Arinta.
Mereka berjalan melihat bangunan yang akan menjadi showroom baru milik Arman. "Tempat ini lebih besar sayang, uang mu pasti banyak banget. " Arinta memujinya dengan mengelus dadanya.
"Semenjak bertemu dengan mu, apa yang kulakukan berbuah manis. Dan laba juga makin meningkat. Sekarang kau kesayangan ku. Jika Sinta tak merecoki kita pasti sangat menyenangkan bercinta dengan mu.. " Arman mengomel kesal.
"Aku sayang kamu Mas. Tapi keputusan mbak Sinta patut kita harus hargai. Dia istri tua, dan keputusan di rumah harus lewat dia. " Arinta mencoba memberikan pendapat nya.
"Kau terlalu baik sayang. Dan istri penurut. " Arman mencubit manja hidung Arinta.
Arinta pulang awal waktu itu dan rumah sangat sepi. Tak ada Art juga, Arinta memutuskan untuk memasak lalu ia duduk di teras. Menatap Sinta baru pulang dengan menenteng kresek hitam.
"Apa yang kakak bawa? Apa jajan pasar? " Sapa Arinta. "Sok tahu kamu! Dasar pelakor ingin tahu saja. " Sinta menyembunyikan kresek itu si tas dan di tenteng melewati Arinta.
Arinta menyerobot nya dan melihat isinya tanah. Saat ia mengambil dengan tangannya. "Hei berikan padaku! " Salak Sinta.
"Dasar pelakor gatel! " Umpat Sinta namun tak berhasil masalah nya ia berbadan dia jadi kurang gesit. Arinta lalu memiting Sinta dengan sigap ia masukan tanah itu ke mulut nya.
"Makan tanah ini! Aku yakin tanah ini kau pakai untuk guna-guna! Ini pasti tanah kuburan! " Tuding Arinta. Sinta tersengal dan menelan tanah itu, entah seberapa banyak, ia pergi ke wastafel untuk memuntahkan nya.
"Kau mau menyantet ku kan? Dasar wanita musrik! " Ucap Arinta. "Tidak kau yang jahat! Kau yang tukang pelet! " Semburnya marah.
Di sela ia muntahin tanah itu. Arinta hanya tersenyum miring. "Kita lihat saja nanti Sinta kebenarannya akan terungkapkan. " Ujarnya sambil meninggalkan nya.
Naik ke atas menuju ke kamarnya karena hari sudah magrib ia pun menjalankan kewajiban nya sebagai muslim. Sedang kan Sinta cemas ia sempat memakan tanah kuburan.
Yang akan ia gunakan untuk mengusir Sella madunya." Bagaimana jika berbalik menyerang aku, mana tanah itu sudah ia buang lagi. "Sinta menjadi cemas sendiri.
Saat ia mau ke kamar mandi untuk membersihkan diri ia menggunakan gayung dan airnya seperti ada sesuatu. Sinta mengangkat sulur itu dan dia perhatikan nyatanya adalah rambut panjang.
" Akh.. " Arinta mundur dan terpeleset karena air sabun di lantai. Ia jatuh dan ada genangan air. Nyata nya bukan air melainkan darah.
"Mas Arman tolong.. Tolong Mas Arman.. " Teriak Sinta. Arinta mendengar teriakan nya saat usai shalat maghrib. Ia keluar kamar untuk memastikan jika itu suara Sinta.
Kebetulan Arman berjalan menaiki tangga. "Mas Arman kak Sinta berteriak-teriak dari tadi coba Mas Arman lihat dulu. " Katanya dengan memasang wajah cemas.
Mereka masuk ke kamar dan langsung ke kamar mandi, melihat Sinta berteriak-teriak tak karuan. "Ada apa Sinta? " Tanya Arman.
"Mas cepat bawa ke rumah sakit, ada darah nanti bayinya dalam bahaya, cepat Mas. " Seru Arinta dengan menutup aurat Sinta dengan selimut.
Arman pun membopong tubuh Sinta menuju mobilnya bergegas ke rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
DN
typo lg Thor....hadeeehh
2025-01-29
0