Sejak telepon dari Sinta Arinta menjadi murung, karena ancamannya. Bukan nya takut. Hanya saja apa yang akan dilakukannya untuk membalas dendam pada Arinta. Arinta takut semua akan berimbas pada Kinanti.
Karena akhir pekan Kinanti meminta menginap di rumah budhe nya, yakni mbak Maya.
Biarkan saja ia bersama mereka karena adanya Ririn maka dia sedikit terhibur. Apalagi mbak Maya tak keberatan, karena mereka sibuk Ririn juga butuh teman.
Apalagi mbak Maya tidak dapat mengandung lagi karena kandungan lemah.
Adanya Ririn ditengah mahligai rumah tangga mas Esra dan mbak Maya adalah anugerah tak terhingga dari Allah.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu dengan kasar dan tergesa-gesa.
"Arinta buka pintu! Aku tahu kau ada di dalam! " Teriak Arman. Arinta tersentak dalam lamunannya. Bergegaslah ia membuka pintu dan tanpa permisi Arman dan Sinta menerobos masuk.
"Kalian mau apa kemari? " Tanya Arinta kebingungan.
"Dasar tak tahu diri ya kamu! Beraninya posting vidio! Kau itu masih istri aku! Harusnya jaga martabat suami! " Sembur Arman.
Sementara Sinta di belakangnya memasang wajah sinis nya. Menatap Arinta yang berdiri terdiam di maki-maki.
"Kau masih istri ku. Kenapa kau lakukan itu! Harusnya kau menerima saja apa yang menjadi keputusan aku, paham! ".Bentak Arman.
" Dasarnya tak tahu di untung. Kamu milih tinggal di rumah reot seperti ini. Cuih. Harga diri apa yang kau punya? Paling juga besuk balik ke rumah. " Lanjut Arman mengomel.
"Sudah selesai mengomel nya? Apa masih ada terusan nya? " Tanya Arinta santai dan jengah pada keduanya.
"Gara gara vidio itu relasi ku menjauhiku. Usaha ku seret. Puas kamu ? Mau bikin aku bangkrut? " Tanya Arman dengan emosi.
"Jika kau masih pada pendirian mu. Maka aku tak akan membagi harta gono gini pada mu! " Salak Arman.
"Terserah Mas aja. Atur saja perceraian nya supaya dia enak dan menjadi satu-satunya ratu di hati mu. " Jawab Arinta tenang.
"Padahal aku sudah bujuk dia baik-baik mas. Aku juga tak keberatan tinggal bersama, kita bertiga mbak. Mbak cukup ngurusin rumah dan aku mas Arman. " Ujar Sinta.
"Wah bagus to.. Istri tua di jadikan babu kamu asyik sama Arman. Hebat ya? " Suara mbak Maya lantang dari arah pintu masuk.
Mbak Maya masuk diikuti Esra, Ririn dan Kinanti.
"Bukan begitu mbak. Kita memiliki peranan dan kemampuan masing-masing. Kata Mas Arman Arinta pandai masak jadi sudah sepantasnya ia yang mengurusi masalah rumah. " Jelas Sinta.
"Emang tante punya hak apa ngatur mama?" Celetuk Kinanti menatap tajam tak suka melihat Sinta yang merangkul lengan papanya dan bermanja-manja.
Sedangkan mamanya di bentak sang papa. Rasa benci tersirat di wajahnya. "Tante Sinta adalah istri papa jadi dia juga jadi mama kamu. " Jelas Arman dengan nada rendah.
"Jadi tante pelakor dong. Kan istri ke dua?" Celetuk Ririn.
Arman dan Sinta terkejut melotot, lalu memasang muka manisnya lagi.
"Tidak seperti itu. Tante di sini korban nya dan tante kamu itu yang tidak mau di bujuk. Karena dia yang terlalu angkuh! " Jawab Sinta kalem.
"Jika om nikah lagi harus nya jika tanteku meninggal atau sakit parah. Ini kan tidak tante sehat, cantik walaupun tak memakai make up tebal kaya tante. " Sahut Ririn ikut serta pembicaraan mereka.
Bocah berusia remaja kecil itu sangat cerdas di sekolah nya dan berprestasi. Jadi Arinta tak terkejut jika dia mengetahui sesuatu yang bukan ranah nya.
Walaupun begitu anak itu masih sopan dalam berbicara tidak seperti Sinta yang melotot dan pasang wajah garang nya.
Mbak Maya mendidik mandiri dan di arahkan nyatanya anak itu mengkritik dewasa pun masih dalam adat tata krama.
"Pasti kamu ngomong yang bukan-bukan, Arinta kamu kejam. Disini aku korbannya. Kau yang pergi meninggalkan Mas Arman. Bukannya sudah di sepakati bersama? " Sinta memasang muka memelas dan seolah-olah dia teraniaya.
"Korban? Maksudnya? Apa kamu tadi salah makan obat? " Arinta mencibir tingkah Sinta.
"Arinta jaga bicara mu! Ya, aku tahu kesalahan ku. Merebutnya dari mu, tapi itu salah kau juga karena tak bisa memuaskan di ranjang! " Salak Sinta.
"Jadi emang ya, tante pelakor! Ketahuan ngaku sendiri. " Seru Ririn di sertai tawa Esra, Maya dan tatapan sinis Arinta.
"Diam kamu! Gara-gara kamu semua jadi runyam. " Salak Arman pada Sinta.
"Kok aku Mas di salahkan. Bocah itu mulutnya ember pasti dia diajarin sama ibunya dan tante nya itu! " Tuding Sinta kearah semuanya.
"Sembarangan! Kamu yang ga bener nuduh orang! Woi ngaca jadi orang! " Teriak Maya tak terima.
"Sudah kalian pergi saja tempat ini terlalu kecil tak muat buat kalian yang suka ribut. " Esra langsung menggiring Arman dan Sinta keluar.
Namun di pintu masuk Arman masih bertahan. "Kinan, ikut papa pulang, ya? Papa kangen. " Seru Arman.
"Ogah! Selama papa sama dia Kinanti milih tinggal sama mama. " Seru Kinanti.
"Tapi disini kotor dan sempit Kinan. Mendingan sama Papa. " Bujuk Arman lagi.
"Enggak mau! Papa pulang aja jangan kembali lagi jika bisanya nyakitin mama! " Teriak Kinanti langsung menubruk ke arah Arinta.
Seketika Arman lemas mendapatkan jawaban dari putrinya. Kesempatan itu di manfaatkan oleh Maya untuk menutup pintu.
Brak. Suara pintu di dorong kasar dan nyaring bunyinya. Maya hanya menghela nafas kesal.
"Aku minta maaf ke kamu dik. Aku malu memiliki adik seperti dia. Saat susah dan melarat kau yang memberikan suport dan mendampingi nya. "
"Sekarang apa balasannya, kau di selingkuhin juga di tinggalkan tanpa sepeser pun. Hak mu dia rampas. Sungguh biadap Arman. " Maya menangis tersedu di rangkulan Arinta.
"Tenang dik. Kami semua mendukung mu. Lelaki kurang ajar itu tak layak dipertahankan. Seandainya aku tahu sifatnya seperti ini aku sudah jodoh kan kamu dengan rekan atau saudara ku. " Sahut Esra kesal.
"Anak-anak mana mbak? " Arinta celinguk an mencari keberadaan kedua bocah perempuan itu.
"Mereka di kamar. Tadi aku memberikan kode Ririn untuk membawa adiknya ke kamar. " Sahut Maya.
"Aku akan berusaha iklhas mbak. Semuanya Allah yang mengatur. Aku rencana untuk buka warung depan rumah dan menerima loundry mbak. Kebetulan halaman ini luas jadi aku manfaatkan saja. " Ujar Arinta.
"Baiklah. Yang sabar, jadi kau juga harus pandai jaga diri juga anakmu. " Nasehat Maya dan Arinta langsung menganggukkan kepala.
"Baik mbak. Terima kasih sudah menemani ku dalam keadaan terpuruk ini. Dan terima kasih atas dukungan dan bantuan nya. " Ujar Arinta masih berlinang air mata.
Keduanya berpelukan saling menguatkan dan Esra hanya duduk tak jauh dari mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Tri Soen
Hukum tabur tuai buat Arman dan Sinta ... apalagi jika karma telah menghampiri kedua nya tak bisa mengelak ...
2022-11-08
0