10. Ikhtiar

Lagi-lagi suaranya tercekat dan tak dapat terdengar oleh mereka semuanya. Maya, Esra dan Arman tidak dapat mendengar jeritan ataupun ucapan dari mulut Arinta.

Makhluk itu telah menyulap apa yang bisa dilihat dan apa yang bisa di dengar. Arinta hanya menyesalinya, seharusnya ia beribadah tekun agar tidak di ganggu oleh makhluk seperti ini.

Di mata orang-orang Arinta tebujur kaku, kurus kering dengan mata cekung. Karena wanita itu tidak pernah tidur. Sedangkan bagi Arinta ia melihat makhluk tak kasat mata itu sangat mengerikan duduk di kakinya. Tak pernah beranjak dari tempat nya.

Sehingga keputusan bulat Kinanti ikut dengan Arman sang ayah sudah kewajiban dia untuk menjaga dan membesarkan nya. Sedangkan Arinta akan di urus oleh Maya dan Esra. Ia membayar orang untuk menemani Arinta.

Hingga suatu malam Arinta terjaga, makhluk halus itu tak ada si sekitar nya. Ia bahagia dan merasakan tenggorokannya kering. Ia mencoba untuk berjalan ke dapur.

Walaupun pelan akhirnya ia mampu ke sana dan mengambil minuman di teko serta meneguk nya hingga tandas. Pada saat setengah melamun ia mendengar bisikan. "MATI..." " MATI... " "MATI."

Kata yang di ulang-ulang di telinga nya. Mencari sumber suara siapa Arinta juga tak menemukan nya. Ia pun frustasi dengan suara pelan tapi sangat jelas ditelinga Arinta.

Hingga keanehan terjadi lagi tangannya bergerak mengambil pisau di depannya. Di dekat teko ada keranjang buah dengan pisaunya. Sedangkan tangan satunya berdiam di sisinya tak dapat di gerakkan.

Dia sadar tangannya bergerak sendiri dan menyayat lehernya. Detik berikutnya ia jatuh bersimbah darah. Bersamaan dengan jeritan tertawa makhluk halus itu lagi dia mendengar nya lagi.

Air matanya menetes dalam hati ia hanya berkata. "Ya, Allah tolong hamba mu ini. " Kemudian ia sudah tak bergerak dari tempatnya.

Arinta merasa berada di ruangan kosong. Sayup-sayup Arinta mendengar suara orang mengaji. Ada juga suara orang ber tahlil Arinta berjalan mendekati asal suara.

Detik berikutnya Arinta melihat seorang pria membaca surah, Arinta melihat ada Esra membaca tahlil, Arinta melihat tangannya di tempel jarum infus.

Dia juga melihat mbak Maya mendekati tubuhnya. "Arinta senang rasanya kau sudah sadar kembali. " Bisik nya bahagia. "Sudah hampir sepekan kau tertidur dik. " Ujarnya.

"Alhamdulillah, kau sadar dik Tinta. " Kata Esra memandang adik ipar nya. Demikian juga lelaki yang di samping mas Esra juga mengatakan satu kata "Alhamdulillah."

Dua hari kemudian keadaan Arinta membaik dan sehat. Bobot tubuhnya bertambah mendekati normal. Walaupun belum maksimal.

"Sebenarnya apa yang terjadi dik Rinta? " Tanya Maya saat mengupas kan buah untuk iparnya.

"Aku juga bingung, mbak. Tapi, saat aku sakit aku diduduki oleh makhluk halus, ia juga menutup mulut ku. Karena itu aku tak bisa bergerak dan berbicara. Juga makhluk halus itu yang menggerakkan aku menyayat leher. " Arinta dengan percaya diri mengatakan hal yang di alaminya.

Maya hanya terdiam tak memberikan komentar hanya tersenyum dan membelai wajahnya Arinta.

Keesokan harinya Arinta tidak ditemanin siapapun. Mendadak dua petugas menggiring nya naik mobil dan pindah rumah sakit. Ia melihat ada keanehan pada setiap penghuninya.

Ada yang tertawa, melamun ada juga marah-marah ada yang berbicara sendiri. Arinta di masukan ke dalam kamar di sana pintu nya ada teralis separuhnya.

"Suster ini rumah sakit apa? Kenapa aneh sekitar kita? " Tanya Arinta mencoba tenang. Walaupun hatinya berkecamuk tak karuan. Antara takut dan bingung.

"Ini adalah rumah sakit jiwa. Suami Anda memasukkan anda kemari. " Bisik suster. "Apa? " Arinta terkejut mendengar kalimat nya. Tak lama muncul Sinta dan Arman yang menatap nya sendu.

"Dasar brengsek kau Arman! Tega kau berbuat ini padaku! Akan ku balas kau! Brengsek! " Arinta meraung-raung mengamuk dua petugas datang menundukkan Arinta.

Sinta tersenyum penuh kemenangan sedangkan Arman hanya terdiam kaku. Sinta menyeret nya menjauh meninggalkan tempat tersebut. Arinta masih berteriak menyumpahi suaminya.

Malamnya makhluk halus itu masih datang meneror nya terus menerus. Arinta berteriak histeris dan meminta pertolongan. Namun tak ada yang datang. Dia di acuhkan.

Sehingga akhirnya dia kelelahan karena terornya dan ia tertidur di sembarangan. Di lantai tanpa alasan. "Bu.. Kenapa Anda menyedihkan seperti ini. Kuatkan hati mu. Apa kau tak sayang pada putri mu yang di asuh ibu tirinya yang galak. Saya bisa melihat madu ibu itu culas. " Bisik perawat Ida. Satu-satunya perawat yang peduli dan baik pada setiap pasiennya. Wanita itu menyisir rambut panjang Arinta yang duduk beringsut karena makhluk halus itu selalu ada di dekatnya.

Jika malam makhluk halus itu bertambah lagi dan sangat mengerikan. Itu sebabnya ia berteriak histeris. Arinta juga mendengar pembicaraan tentang dirinya. Yang gila karena tak kuat di madu.

"Suster Ida benar. Aku harus kuat demi Kinanti. Dia membutuhkan ku. Aku yang harus melindungi nya, Arman sudah gila pada wanita itu. " Arinta kemudian bertekad menangkan pertarungan hatinya. Ia berusaha mengacuhkan makhluk halus itu.

Agar dilihat sehat dan sembuh. Agar dapat pergi dari tempat laknat tersebut. Ia harus terlihat normal seperti orang pada umumnya. Dan kata Suster Ida ia butuh penjamin, dari orang terdekat. Dia tak mungkin meminta suami ataupun mbak Maya. Yang jelas mereka tidak mempercayai nya.

Satu-satunya adalah sahabatnya Rasi. Ia akan meminta pertolongan padanya. Hanya dia peluang aku keluar dari tempat ini. Semoga aku dapat keluar dari tempat ini.

Melalui suster Ida juga ia mendapatkan pinjaman ponsel milik nya.

"Halo, Rasi? Apa kabarnya? "

"Iya aku Rasi. Kabar ku baik ini siapa, ya? "

"Aku Arinta teman kerjamu dulu, ingat? "

"Ya, aku ingat. Kau menikah dengan pemilik toko bangunan itu. "

"Ya.. Rasi. Aku hanya minta kau menjaminkan aku. Agar aku bisa keluar dari rumah sakit jiwa ini. "

"Apa rumah sakit jiwa. Bagaimana bisa? "

"Akan kuceritakan nantinya. Bisakah kau menolong ku?

" Baiklah. Tapi bukannya harus anggota keluarga yang melakukan hal itu? "

"Kata perawat boleh anggota keluarga terdekat. Bilang saja begitu, ku mohon. "

"Baiklah. Akan ku usahakan minggu ini aku akan menemui mu. "

"Terimakasih Rasi. Kau baik sekali. Terima kasih. "

"Sama-sama karena kau juga sering membantu aku untuk mengirim uang ke rumah. "

"Baiklah. Aku menunggu mu. "

"Baik sampai jumpa nanti. "

Arinta bersemangat saat mengembalikan ponsel milik suster Ida. Hatinya berbunga, sebentar lagi aku akan meninggalkan tempat ini. Terimakasih ya, Allah.

Benar jika kita berusaha maka akan ada jalan nantinya." Aku akan membuat perhitungan pada kalian Mas Arman dan kau Sinta. Tunggu saja saatnya untuk membuat perhitungan. " Batin Arinta.

Terpopuler

Comments

Tri Soen

Tri Soen

Setega itu ya mereka...ntar Arman kalau udah sadar dari guna2 Sinta baru tau rasa ...Sinta jahat banget ya udah merebut suami orang eeeh bikin Arinta hidup nya menderita gitu ...

2022-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!