"Kalian bisa melakukannya jika diminta oleh orang tua," Ignacia menjawab, "tapi itu terserah padamu."
Ignacia bukan sedang cemburu. Dia menikmati es krim vanila miliknya tanpa masalah. Justru dia akan menantikan Rajendra yang akan membawa teman perempuannya pulang dan berangkat bersama. Itu bukan sesuatu yang dapat membuat seorang laki-laki jatuh hati, benar?
Jika dalam 4 tahun terakhir saja Rajendra tidak menaruh setelah hatinya pada orang lain, bagaimana bisa dia jatuh cinta dengan perempuan yang hanya sebatas teman dan hanya bersama saat pulang dan berangkat sekolah. Sepertinya Rajendra tidak akan semain-main itu tentang hatinya.
"Menurutmu bagaimana, Ignacia? Bagaimana denganmu?"
Ignacia menoleh, menatap manik mata yang mengisyaratkan sesuatu. "Ada apa denganku?" Bingung si gadis. Memang tidak peka perempuan yang satu ini.
"Bagaimana responmu jika aku bersama dengannya?
"Tentu aku akan mendukungmu. Kenapa juga aku harus melarang niat baik?" Jawab Ignacia enteng.
Niatnya bagus untuk memperolehkan Rajendra membantu teman sekelasnya yang tidak bisa pergi ke sekolah sendiri. Meksipun kelihatannya dekat, jarak sekolah dan rumahnya tetap tidak bisa ditempuh dengan waktu yang singkat jika berjalan kaki.
"Hm, yasudah terima kasih."
Rajendra memutuskan kontak mata, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi taman. Cepat-cepat melanjutkan makan es krim agar tidak meleleh. Di sampingnya, Ignacia menatap aneh seolah jawaban yang dia berikan tidak sesuai dengan yang diharapkan Rajendra.
"Kenapa?" dia bertanya.
"Tidak apa-apa, kamu cantik." Rajendra tentu tidak serius dengan ucapannya. Membuat Ignacia hanya menatap agar segera mendapatkan jawaban yang masuk akal.
"Sejujurnya aku agak tidak nyaman jika bersama dengannya. Ada perasaan canggung," jelas Rajendra setelah beberapa detik. Mungkin dia tidak tahan jika harus ditatap begitu lama dengan tatapan datar Ignacia. "Lebih baik aku memberikan sepeda motorku saja dan pergi dengan teman laki-lakiku saja," lanjut Rajendra dengan nada tidak suka.
"Kukira kamu dekat dengan semua teman di kelas, Rajendra. Apa kalian tidak begitu dekat? Kalau begitu berkenalan saja agar bisa lebih dekat dan akrab."
"Aku sudah mengenalnya. Tapi hanya sebatas teman. Rasanya hanya sangat canggung. Mungkin kami pada akhirnya akan pulang bersama, mungkin. Tapi rasanya lebih baik dia bersama dengan temannya yang lain daripada aku."
Ignacia kembali pada es krimnya, menimbang-nimbang apa mungkin dia bisa menanyakan hal yang membuatnya penasaran di awal pembicaraan. "Aku jadi ingin tahu perempuan mana yang bisa membuatmu canggung, Rajendra. Kamu bisa menunjukan gadis ini padaku?"
"Kenapa kamu ingin tahu?" Rajendra tampak waspada.
"Ingin tahu saja. Memangnya secanggung apa jika berboncengan dengan seorang teman? Lagipula kalian sekelas. Teman harus saling membantu. Aku ingin tahu kenapa kamu bisa merasa canggung dengannya."
Tatapan yang diberikan Ignacia itu seakan tidak bisa ditolak. Apalagi dia menatap dengan mulut yang masih sibuk memakan es krim vanila yang akan mendekati conenya. Tapi cepat-cepat Rajendra mengalihkan pandangan agar bisa menahan diri.
"Tidak, akan kukatakan pada orang tuaku jika aku tidak ingin pergi bersamanya. Kamu tidak perlu tahu siapa dia, aku tidak akan pernah mau membonceng seseorang selain kamu atau ibuku, Ignacia. Jadi lupakan saja."
Rajendra memakan es krim miliknya dengan cepat kemudian bangkit, "tunggu disini sebentar," pesannya sebelum melangkah pergi ke suatu arah. Belum sempat Ignacia bertanya tentang tujuannya, tapi Rajendra sudah pergi jauh.
Tapi memang apa salahnya jika pergi bersama teman perempuannya? Selama ini Ignacia selalu melihatnya bersama dengan setidaknya satu teman perempuan di beberapa kesempatan. Tapi sekarang pergi dan pulang dengan teman perempuan saja tidak mau.
Ignacia mulai memikirkan apa mungkin perempuan ini sangat cantik hingga Rajendra merasa canggung akan kecantikannya. Tidak apa-apa jika ada yang lebih cantik. Ignacia tidak keberatan. Toh Rajendra sudah memilihnya jauh sebelum bertemu dengan perempuan ini.
Jika Ignacia bertanya pada Kemala, apa hadis bermata sipit itu akan mengenal teman ini? Mereka sekelas, tapi mungkin Kemala tidak akan tahu siapa temannya yang baru pindah rumah.
Tak lama setelah itu Rajendra kembali dengan tisu di tangannya. Dia mengeluarkan satu dan memberikannya pada Ignacia. "Ada yang menetes di tanganmu. Kukira kamu makan es krim lebih cepat dariku. Tapi lihatlah ada banyak yang menetes." Ignacia melihat tangannya sendiri, dan itu rupanya benar.
Suhu dingin es krim yang menetes di tangannya saja tidak terasa karena memikirkan kemungkinan soal teman perempuan Rajendra. Namanya saja Ignacia tidak diberi tahu. Tisu tadi diterima oleh Ignacia dan mulai membersihkan tangannya sendiri.
"Jika boleh tahu, siapa nama perempuan itu?" Tanya Ignacia tanpa pikir panjang. Kenapa juga Rajendra ingin menyembunyikan seseorang yang mungkin bisa saja lebih dekat dengannya daripada Ignacia.
"Kamu tidak perlu memikirkan soal itu. Aku tidak akan pergi dengannya juga. Lupakan saja." Kenapa Rajendra harus menutupi soal nama gadis itu? Lagipula mereka tidak ada hubungan apapun. Tapi ya sudah jika tidak ingin memberitahu.
...*****...
Di kamar, Ignacia terus menatap layar ponselnya yang tengah mati. Ada banyak hal yang dia pikirkan soal Rajendra dan teman perempuannya itu. Hal yang membuat Rajendra canggung, soal nama perempuan itu, dan hal-hal lain yang membuat kedua orang tua sepasang teman ini setuju untuk menyatukan mereka saat pergi dan pulang sekolah.
"Apa aku harus bertanya pada ahlinya?" Gumam Ignacia.
Perlahan tangannya meraih ponsel yang ada di atas meja belajar, mengetikkan nama seseorang di pencarian dan membuka sebuah roomchat. Sudah lama sekali dia tidak mengirimkan pesanlebih dahulu, jadi rasanya agak canggung.
Tapi untuk apa juga merasa cemas? Toh yang dia kirimkan pesan tidak ada di sekitarnya.
...Bahri...
^^^Kau ingin kuajak berpikir? |^^^
Dan di tengah penantian yang singkat, pesan balasan pun datang. Entah saat itu dia tengah memegang ponsel atau sebagainya. Ah mungkin orang ini tengah bosan.
...Bahri...
| Hah? Berpikir bagaimana?
^^^Jadi begini ceritanya, ini tentang kekasihku |^^^
| Laki-laki tinggi dengan alis tebal itu?
| Kukira kau sudah putus seperti mantanmu dahulu
^^^Hei kau jahat sekali |^^^
| Iya-iya lanjutkan ceritamu
Ignacia mulai menceritakan apa yang dia pahami tentang Rajendra yang diminta untuk menemani teman perempuannya dengan motornya. Lalu soal orang tua kedu belah pihak yang meminta agar keduanya melakukan hal demikian. Juga ada lagi, tentang rasa canggung Rajendra.
...Bahri...
^^^Menurutmu kenapa dia menolak? |^^^
| Kukira kau tidak punya otak
| Tapi rupanya tidak pintar
| Tentu saja karena dia sudah memiliki kekasih
^^^Padahal sudah kukatakan jika aku tidak masalah |^^^
^^^Aku tidak cemburu atau marah padanya juga |^^^
^^^Lagipula mereka hanya teman, hanya itu |^^^
| Jika bukan kekasih, mungkin dia merasa seperti supir
^^^Kenapa berpikir seperti itu? |^^^
^^^Biasanya juga dia membawaku dengan motornya |^^^
| Ini jelas berbeda, Ignacia
| Jika dengan kekasih, itu rasanya seperti dibutuhkan
| Berbeda sekali jika bersama teman biasa
^^^Tapi kan hanya sebentar |^^^
^^^Dia bilang jika merasa canggung |^^^
| Dia bisa saja benar-benar merasa canggung
| Atau hanya tidak ingin membuatmu salah paham
^^^Sudah kukatakan jika tidak apa-apa |^^^
^^^Dia tidak percaya dengan ucapanku? |^^^
| Laki-laki yang baik itu menggenggam erat komitmen
| Dia tidak ingin merusak hubunganmu dengannya
| Hanya karena ada teman yang ingin ikut pergi bersama
| Dia memikirkan perasaanmu, Ignacia
| Dasar kau ini tidak peka sekali
^^^Apa aku sekarang jadi egois? |^^^
^^^Karena aku, teman itu tidak bisa pergi dengan kekasihku |^^^
| Sesekali cobalah memakai otak, Ignacia
| Itu artinya kekasihmu itu khawatir padamu
| Tidak ada hubungannya apa kau egois atau tidak
^^^Benarkah? |^^^
| Tentu saja
| Laki-laki mana yang tidak memikirkan perasaan kekasihnya?
| Kau termasuk orang yang beruntung, Ignacia
| Kekasihmu itu orang baik dan setia padamu
| Jangan berpikiran macam-macam dengannya
^^^Tapi dia bisa saja menerima amanah orang tuanya kan? |^^^
| Dasar kau ini
| Lupakan saja, Ignacia
| Dia tidak ingin membuatmu terluka
| Hanya itu
Yang dikatakan temannya ini masuk akal. Mungkin Rajendra tidak terlalu memikirkan soal rasa canggung jika duduk berdekatan dengan perempuan. Rajendra masih memikirkan soal perasannya? Apa sebaiknya Ignacia membiarkan kekasihnya menolak permintaan ayah temannya?
Rajendra pasti punya alasan.
...Bahri...
| Omong-omong, Ignacia
| Kau sedang sibuk saat ini?
^^^Sebentar lagi aku akan menyiapkan presentasi |^^^
^^^Besok masih ada presentasi penting |^^^
| Membuat powerpoint?
^^^Tidak, hanya sedang menghafal saja |^^^
| Mau bicara denganku via telfon?
Hah anak ini berulah lagi. Ignacia sangat yakin jika temannya ini sungguh sedang bosan. Mungkin kekasihnya tengah sibuk hingga dia hanya bisa menghubungi seorang teman yang kebetulan mengirimkan pesan padanya
...Bahri...
^^^Hei kekasihmu mungkin akan marah padaku nanti |^^^
| Kenapa begitu?
| Dia tidak akan marah hanya dengan hal sepeleh
| Dia bukan tipe yang mudah cemburu
^^^Kau kedengaran jahat, kau tahu? |^^^
^^^Kau bisa melukai hati perempuan itu |^^^
| Tidak apa-apa
| Aku mengenalnya lebih baik darimu
| Bagaimana? Mau bicara denganku?
| Sekalian aku ingin kau membantuku dengan pr
^^^Dasar kau ini |^^^
^^^Tidak, aku sedang sibuk |^^^
...*****...
Rajendra sungguh tidak membawa siapapun di jok belakang sepeda motornya. Ignacia tidak pernah tahu siapa gadis yang diminta untuk pergi bersamanya dan Kemala tidak tahu siapa teman yang baru pindah rumah. Ignacia diminta Rajendra untuk melupakan pertanyaannya soal pendapat tentang si perempuan, tapi mana mungkin dia bisa melupakannya.
Bukan karena cemburu, hanya ingin tahu.
"Siapa nama perempuan itu?" Ignacia bertanya untuk kedua kalinya setelah beberapa Minggu. Tapi jawaban yang dia dapatkan hanya, "semakin sedikit yang kamu tahu, maka akan semakin baik."
Dahulu Ignacia diminta untuk menambah relasi karena tidak memiliki banyak teman, namun sekarang untuk tahu tentang seseorang saja tidak diperbolehkan.
"Mungkin dia mengira jika kamu mungkin akan melakukan sesuatu pada perempuan itu, Ignacia. Lebih baik lupakan saja seperti kata Rajendra." Bahkan Nesya saja setuju dengan laki-laki yang memberikan tatapan aneh waktu itu. Apa makna di balik tatapannya? Ignacia tidak pernah mengerti.
"Begitukah?" Tapi Ignacia masih ingin tahu.
"Lebih baik bersiap untuk presentasi antropologimu, Ignacia. Hari ini kelompokmu akan tampil bukan? Semoga berhasil."
"Iya, setelah ini kelompokku akan melakukan presentasi. Semoga tidak ada masalah apapun."
Ignacia menyandarkan diri pada sandaran kursi, menatap ke arah papan tulis kosong yang sebentar lagi akan menjadi tempatnya menunjukkan hasil kerja kelompok dua Minggu terakhir.
"Nesya, aku egois jika masih ingin tahu tentang perempuan yang diminta pergi dengan Rajendra? Dia sudah memintaku untuk melupakannya, memintaku untuk tidak memikirkan atau bertanya tentangnya lagi. Tapi aku masih saja ingin tahu." Gadis yang bersandar itu menoleh pada Nesya.
Yang di tatap kebetulan sedang berkaca dengan menggunakan layar ponsel yang mati. "Ciri orang egois itu tidak seperti itu, Ignacia. Egois itu mementingkan diri sendiri hingga tidak memikirkan orang lain. Yang kamu lakukan ini hanya karena kamu ingin tahu. Tapi aku tahu tujuanmu selanjutnya."
"Apa maksudmu?"
"Kamu mungkin akan membandingkan dirimu dengan gadis itu segera setelah tahu siapa dia. Kamu akan menilai apakah dia lebih cantik, lebih pintar, dan lebih cerdas dalam hal akademik lebih dari kamu. Mungkin Rajendra sudah memikirkan hal semacam itu hingga melarangmu untuk tahu."
"Apa isi kepalaku tengah transparan sekarang? Kalian bertingkah seolah bisa membacanya dengan mudah. Aku benar hanya ingin tahu. Rajendra bilang merasa canggung jika bersamanya, jadi aku ingin tahu bagaimana perempuan yang bisa membuatnya merasa canggung.
"Tapi memang orang-orang akan melakukan itu, Ignacia. Kamu juga manusia, pasti secara tidak sadar akan membandingkan diri dengan orang lain."
...*****...
Setelah presentasi, yang dilakukan Ignacia hanya diam dan membaca novel yang kebetulan dia bawa. Nesya pergi sebentar untuk melakukan tugasnya sebagai anggota OSIS ketika ada perintah yang tidak dimengerti Ignacia. Membiarkan teman baiknya ini sendirian di tengah keramaian.
20 menit tidak akan terasa lama jika pikirannya tengah teralihkan pada hal lain yang dia minati. Memikirkan tokoh utama yang tengah berusaha agar tujuannya terwujud tanpa peduli dengan hambatan yang terus datang sebelum sampai di puncaknya.
Apalagi presentasi antropologinya hari ini berjalan dengan baik. Bahkan lebih baik dari yang dia harapkan. Sang guru meminta yang lainnya bertepuk tangan karena kelompok kesekian ini berhasil membawakan materi dengan baik.
Dari sudut mata, Ignacia seakan bisa melihat aktivitas seseorang yang baru keluar dari kelasnya. Dari arah pukul dua. Dia laki-laki tinggi dengan alis tebal yang mampu memberikan tatapan berbeda-beda pada orang lain. Dan seperti yang sudah Ignacia duga, ada perempuan yang bicara dengannya.
"Perempuan yang itu?" Gumam Ignacia. Perempuan itu tidak setinggi Rajendra. Rasanya seperti melihat dirinya sendiri yang sedang berbicara dengan laki-laki itu. Setelah bicara dengan Rajendra, dia di ajak seorang temannya pergi ke suatu tempat.
Lalu Rajendra mendekati wastafel untuk mencuci tangan, datang lagi seorang perempuan yang mungkin membawa berita hingga laki-laki itu buru-buru masuk ke dalam setelah mengeringkan tangannya sebentar.
"Apa yang itu?"
Di hari berikutnya, teman sekelas Ignacia yang mendekati Rajendra. Mungkin membicarakan tentang organisasi. Ignacia ada diluar kelas, melihat mereka berkomunikasi dengan begitu mudahnya. Ada keinginan untuk bicara dengan Rajendra sama seperti gadis itu. Tanpa mengingat hubungan apapun.
"Ada begitu banyak teman perempuan di sekitarmu, mana mungkin aku bisa menemukan gadis yang kamu bicarakan dengan sendirinya. Dan sebelum memulai hubungan ini, kita juga teman."
"Hah apa yang kamu pikirkan, Ignacia? Rajendra itu laki-laki terbaik yang pernah kau tahu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Ara Julyana
sarkas nya oke
2023-08-01
1
kimraina
Hatimu selapang glora bung karno dek 😹
2023-07-25
2
mama zha
lanjut
2023-07-02
2