...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Sepertinya aku melihat seseorang yang mirip denganmu |^^^
^^^Tapi sepertinya bukan, aku agak ragu |^^^
^^^Karena aku melihatnya di kejauhan |^^^
| Haha lalu siapa yang kamu lihat hm?
^^^Sepertinya bukan kamu |^^^
^^^Tapi mirip denganmu |^^^
Ignacia menyimpan ponselnya dengan mode pesawat untuk menyimpan banyak energi. Bersiap-siap untuk mengikuti ketiga teman lain yang tengah menunggunya di dekat pintu kelas. Tidak perlu membawa apapun, katanya akan disediakan bulpoin dan kertas jika ingin mencatat.
"Nesya benar tidak akan ikut?" Seorang teman perempuan berkacamata yang tengah memegang ponselnya dengan pandangan yang tertuju pada Ignacia. Yang di tanyai mengangguk, tadi dia sudah menghubungi Nesya sebelum mendapatkan balasan dari Rajendra.
"Dia harus menjadi panitia lomba hari ini. Dia sudah menjadi penanggung jawab, jadi tidak bisa meninggalkan posnya begitu saja. Sepertinya tidak apa-apa jika kita hanya berempat. Toh kita hanya akan diam dan mendengarkan."
Teman yang berkacamata itu mengangguk, mungkin tidak apa-apa baginya. Lagipula guru yang meminta lima orang dari kelas Ignacia hari itu hanya ingin murid-muridnya datang dan mendengarkan penjelasan pasal pajak. Setidaknya ada yang datang meksipun bukan lima orang perwakilan.
"Jadi hanya kita berempat yang datang?" Seorang teman perempuan dengan suara kecil bertanya, juga menatap Ignacia setelah teman yang berkacamata tadi sudah melepaskan tatapannya. Ignacia mengangguk sebagai jawaban.
Ya mau bagaimana lagi. Nesya harus terus menaati perintah ketua OSIS yang memintanya menjadi panitia. Nesya harus tetap menjadi anggota yang baik hingga pensiun nanti.
"Kita pergi sekarang?" Suara teman perempuan terakhir, gadis yang memiliki suara keras, sudah bersiap-siap untuk pergi ke aula kecil. Letak aulanya cukup jauh dari letak kelas keempat gadis yang tengah mengecek ponselnya beberapa kali. Jika saja ada sebuah pesan yang mereka tunggu-tunggu.
Sesampainya di aula, sebagian perwakilan sudah datang. Sudah menempati tempat yang telah di sediakan. Sebelum masuk, Ignacia sempat melakukan panggilan suara dengan Nesya, untuk memastikan bahwa teman baiknya tidak datang ke aula dan tetap berada di posnya.
Seorang guru yang mengajak kelimanya sebagai perwakilan meminta Ignacia menghubungi teman terakhir. Dan hasilnya tetap sama. Nesya harus menjaga posnya.
Di dalam, suasananya dingin. Tidak seperti yang Ignacia bayangkan saat pertama datang. Padahal ini bukan kunjungan pertamanya ke aula.
Harus tanda tangan dulu sebelum duduk. Diberikan sebuah kuisioner dan sebuah bulpoin yang memiliki senter kecil di bagian atasnya. Ignacia mengambil bulpoin yang bisa dibawan pulang itu, mengirimkannya pada Nesya dan membiarkan ponselnya kembali ke mode pesawat.
Toh Rajendra juga sibuk menjadi penanggung jawab lomba futsal di lapangan depan. Hah, andai saja Ignacia bisa datang dan ikut menonton kelasnya bertanding. Diam-diam curi-curi pandang pada Rajendra yang terlihat keren dengan seragam OSIS. Ingin rasanya Ignacia mengajaknya berfoto.
Tapi Ignacia terlalu takut untuk meminta.
...*****...
Acara Pajak bertutur.
Ignacia tidak paham betul, namun tempat ini membantunya agar tidak perlu berpartisipasi dalam lomba tahunan. Lagipula disini tidak akan seramai lapangan basket, pos Rajendra. Hanya ada beberapa orang yang mewakili semua kelas dari angkatan tahun pertama hingga ketiga. Sekitar lima hingga 6 orang. Kemudian banyak orang dari organisasi literasi datang juga.
Di sela-sela menunggu acara dimulai, Ignacia mengisi kuesioner bersama ketiga temannya. Hanya ada beberapa pertanyaan ringan. Setelahnya kertas dikumpulkan, Ignacia melirik ponselnya sekilas. Apa dia mungkin harus bertanya sesuatu pada Rajendra?
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Hari ini kamu akan pulang terlambat lagi? |^^^
Hanya pesan singkat kemudian kembali ke mode pesawat.
Ignacia tahu jika Rajendra tidak akan bisa dihubungi hingga pertandingan berakhir. Laki-laki itu akan benar-benar bertanggungjawab sebagai seorang ketua MPK dan tidak membiarkan apapun mengacaukan tugasnya.
Ignacia suka tipe ini. Tapi kesibukan Rajendra membuatnya muak setiap harinya. Selalu saja soal pekerjannya di sekolah, selalu tentang tugas-tugas dari organisasi dan sebagainya. Orang sibuk, wajar saja. Tapi entah mengapa Ignacia menganggapnya sebagai workaholic.
Acara dimulai sejak lomba dimulai hingga akhirnya selesai di tengah hari. Tepat dimana matahari sudah duduk di takhta tertinggi. Semua lomba sudah berakhir begitu Ignacia dan ketiga temannya selesai dengan acara pajak. Rasanya seperti keluar dari tempat persembunyian.
"Kukira kita tidak akan memiliki waktu untuk menonton pertandingan futsal. Padahal aku sangat ingin menonton," geram seorang teman Ignacia yang kini berjalan di sisinya. Ignacia juga sama kesalnya. Mana tahu dia jika acaranya akan berlangsung sangat lama.
Hari mereka berakhir begitu saja.
Meskipun ada sedikit game, hadiah untuk yang aktif, juga drama singkat dari anggota literasi, tetap saja rasanya tidak adil. Materi yang diberikan tidak begitu penting layaknya permainan yang dimainkan beberapa kali di dalam aula. Rasanya Ignacia sedikit kecewa.
Di tengah-tengah permainan, Ignacia sempat mengirimkan beberapa pesan pada Nesya. Mengatakan kondisi aula kecil yang dia lewatkan untuk fokus pada organisasi OSIS. Tidak lupa juga Ignacia bertanya soal Rajendra, tapi sayangnya Nesya tidak ikut berada di area pertandingan futsal seharian.
Dengan bulpoin di tangannya selama acara, yang Ignacia lakukan hanya mencatat sesuatu yang menurutnya penting soal materi pajak. Siapa tahu dia akan menggunakan rangkuman kecil yang dia buat suatu hari nanti.
Ignacia menyalakan kembali data ponselnya. Pesan yang di tunggunya masih belum datang. Mungkin sedang membersihkan area pertandingan futsal dan sebagainya.
"Bagaimana jika pergi ke kelas saja?" Ajak teman yang memakai kacamata pada tiga yang lainnya. Tapi begitu kedua teman lain sudah selesai memakai sepatu, Ignacia masih saja di posisinya dengan sepatu yang talinya tidak diikat sempurna, pandangannya tertuju pada ponselnya.
"Ignacia," tegur teman itu hingga berhasil mengembalikan Ignacia dari lamunan yang membuat tatapannya berubah kosong dalam beberapa detik. Entah apa yang dia pikirkan sebelum akhirnya mengikuti teman-temannya menuju kelas.
"Ada yang menganggumu?" Tanya salah seorang teman, si suara kecil. Ignacia menggeleng, dia menyimpan ponselnya seolah memang tidak terjadi apapun. Padahal ya dia tengah merasa kesepian dan kembali diacuhkan oleh si kekasih.
Taman yang membelakangi kelas kelihatannya tidak terlalu panas. Karena ada di bawah bayang-bayang pohon yang rindang dan udaranya cukup sejuk. Duduk-duduk disana sambil mengobrol hingga pagar depan dibuka mungkin tidak masalah.
Tas keempatnya dibawa, benar hanya duduk-duduk disana dan membahas soal keseharian atau mungkin soal teman-teman yang memiliki cerita seru. Tapi ya kadang tidak jauh-jauh dari teman-teman sekelas yang diluar nalar.
"Oh ya, Ignacia, kau memiliki pacar bukan?" Tiba-tiba saja seorang teman bersua keras itu bertanya pada Ignacia, membuat kedua teman lain mulai memperhatikan Ignacia yang sedang di tanyai. "Anak kelas Mipa itu? Apa kalian pernah pergi berkencan selama tahun-tahun hubungan?"
"Apa yang kau bicarakan? Mereka sudah berkencan cukup lama. Hampir empat tahun malah," sahut si teman bersuara kecil yang ada di sampingnya. Cukup mengejutkan karena berita soal berapa lama hubungannya dengan Rajendra bisa sampai di telinga teman-teman di hadapannya.
"Kurasa tidak," jawab Ignacia. Berbohong.
Ketiga teman yang mendengar itu jadi agak kebingungan dan juga terkejut. Terlihat dari wajah ketiganya yang seakan bertanya-tanya alasannya.
"Strict Parents?" Si suara kecil menerka-nerka dengan sorot mata ingin tahu.
"Tidak, hanya aku saja yang tidak mau." Kebohongan lainnya.
Di atas meja, sebuah pesan masuk ke ponsel Ignacia. Seseorang yang tadinya menjadi topik pembicaraan keempat gadis.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Hari ini kamu akan pulang terlambat lagi? |^^^
| Sepertinya tidak
| Aku lelah sekali hari ini
| Apa kamu sudah pulang?
Setelahnya Rajendra kembali offline.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Tidak, aku masih ada di sekolah |^^^
^^^Di taman baru yang ada di dekat kelas |^^^
^^^Kapan kamu pulang? Segera? |^^^
Tumben sekali. Tidak membutuhkan lebih dari 10 menit hingga balasan dari Rajendra datang.
| Aku akan pulang begitu semua urusan disini selesai
| Entah kapan itu, aku tidak tahu
Ignacia hanya membacanya. Tidak berminat kembali menunggu pesan yang mungkin di kirimkan saat ada waktu luang. Bukan meluangkan waktu untuk mengirimkannya. Ada perbedaan dari dua kalimat yang Ignacia tekankan dalam hati.
Lebih baik kembali mengobrol dengan teman-temannya. Sekarang mereka membahas soal kejadian menegangkan yang dihadapi oleh di berkacamata. Truk besar hampir menabraknya yang akan menyebrang jalan dengan menggunakan sepeda motor. Untung saja si berkacamata tidak terluka dan truk besar itu cepat-cepat berhenti sebelum menyentuhnya.
Di akhir cerita, sebuah pesan lain datang.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Kamu ada dimana?
^^^Masih di taman baru |^^^
^^^Sepertinya kamu akan lembur hari ini |^^^
| Kurasa juga begitu
Seharusnya Ignacia tidak berharap untuk bisa bertemu sebentar dengan Rajendra. Harapannya agar untuk sekedar bertemu tatap dengan Rajendra sudah hilang tertiup angin di siang yang panas. Mengecewakan, tapi tidak apa-apa.
...*****...
Sebelum memutuskan untuk pulang, Ignacia mengirimkan pesan pada Rajendra. Mengatakan bahwa semoga Rajendra bisa cepat pulang dan beristirahat. Dengan begitu Ignacia tidak perlu lagi menunggu balasan pesan yang entah kapan datang.
Rajendra membalas saat Ignacia baru saja sampai di rumah. Sudahlah. Ignacia malas harus berurusan lagi dengan Rajendra. Padahal dia ingin membanggakan diri setelah hadir di acara Pajak meskipun harus melewatkan pertandingan futsal. Tapi semua keinginannya hilang karena Rajendra bahkan tidak bisa hadir untuk membaca pesannya.
"Kak, apa aku boleh masuk?" Sebuah suara datang dari luar setelah ketukan pintu terdengar. Ignacia menemukan Athira dengan ponsel juga headset yang tersemat di telinganya saat perlahan memasuki kamar dingin sang kakak.
"Aku membutuhkan ketenangan," ucap Athira memberitahu sebelum Ignacia sempat bertanya soal maksud kedatangannya. Kabarnya ayah juga mamanya tengah menonton tv dengan volume keras di ruang keluarga sementara kedua adik laki-laki mereka tengah melakukan bermain game online bersama.
Kamar Ignacia adalah satu-satunya yang hening dan bebas dari gangguan apapun. Sementara kamar Athira dekat dengan ruang keluarga, jadi disana terdengar berisik.
"Kakak membeli buku baru?" Tanya Athira saat mendapati sebuah novel yang belum pernah dia lihat di tangan kakaknya yang bersandar di atas tempat tidur. Ignacia mengangguk saja sambil mendengarkan lagu menenangkan dari headset miliknya.
Dia hanya ingin fokus dengan dirinya sendiri.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Kamu tadi mengikuti lomba apa?
Sialnya Ignacia harus menyadari pesan masuk yang ada di ponselnya. Seharusnya tadi dia matikan saja datanya agar Rajendra tidak menganggu waktu sendirinya setelah diabaikan selama sehari. Di malam hari dia baru mengirimkan pesan.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Seharian ini aku berada di aula kecil |^^^
^^^Tadi kamu mencariku, Rajendra? |^^^
| Untuk acara Pajak itu?
| Aku mencarimu setelah pertandingan futsal selesai
| Tapi kemudian teman-teman mengajakku bersih-bersih
^^^Kamu benar mencariku? |^^^
^^^Apa kamu sempat melakukannya? |^^^
| Bagaimana jika kita pergi berdua besok?
| Sore hari setelah semuanya selesai
^^^Besok masih ada lomba |^^^
^^^Kamu seharusnya beristirahat saja |^^^
^^^Kita bisa pergi ketika sama-sama tidak sibuk |^^^
| Tapi aku tidak sibuk besok sore
^^^Jangan mengatakannya sekarang |^^^
^^^Kamu bisa sibuk sewaktu-waktu |^^^
^^^Aku tidak ingin sendirian lagi |^^^
| Apa maksudmu dengan sendirian?
^^^Tidak perlu dibahas |^^^
^^^Aku juga lelah hari ini |^^^
^^^Kita beristirahat saja |^^^
| Baiklah kalau begitu
| Besok akan aku hubungi jika aku tidak sibuk
^^^Baiklah |^^^
Pesan hanya berakhir disana.
Ignacia langsung menyalakan mode pesawat untuk menghindari apapun yang berhubungan dengan Rajendra malam itu. Dia mungkin masih sensitif, tapi siapa yang tidak kesal jika di abaikan selama seharian? Meskipun Ignacia tahu jika perasan kesal miliknya yang salah, tapi tetap saja.
"Kakak bertengkar dengan Kak Rajendra?" Rupanya Athira tidak hanya fokus dengan drama yang dia tonton di ponsel. Dia masih sempat melihat wajah kesal kakaknya saat diam-diam melempar ponselnya menjauh. Lupakan saja soal mendengarkan musik ketika membaca buku tadi.
"Tidak," jawab Ignacia dingin kemudian kembali pada novel bergenre drama miliknya. Dia hanya ingin tahu apa yang dilakukan tokoh utama untuk menghadapi lawan bicara yang mencoba untuk menjebaknya.
"Kalian selalu seperti itu. Jika bukan Kak Rajendra yang kesal karena kakak terlalu sibuk dengan dunia kakak, ya Kak Ignacia yang merasa kesal karena diabaikan oleh Kak Rajendra saat sibuk dengan organisasi. Kalian kurang banyak berkomunikasi. Kakak tahu?"
"Jangan sok tau, Athira." Balas Ignacia semakin dingin.
Tapi hal itu tidak mempengaruhi Athira. Gadis yang tengah duduk di single sofa dalam ruangan Ignacia itu sudah biasa dengan semua ucapan dingin dan kejam kakaknya.
"Aku heran dengan hubungan kalian. Sudah lama kalian bersama namun tetap saja sulit berkomunikasi. Padahal hanya tinggal bilang jika kakak kesal ditinggalkan. Apa sulitnya?"
"Jangan sok tahu. Kau tidak mengerti apapun."
"Kakak terlalu sibuk membuat kesan baik untuk dilihat Kak Rajendra selama bertahun-tahun tanpa membiarkan hati kakak yang mengambil alih. Kenapa kakak ingin tampak sangat sempurna? Kak Rajendra menyukai kakak bahkan sebelum kakak menyadarinya."
Ignacia tidak lagi ingin membalas ucapan adiknya. Athira benar. Tapi jika Ignacia tidak berusaha tampak sempurna, Rajendra bisa saja meninggalkannya seperti orang yang pernah datang ke kehidupan Ignacia di masa lalu. Ignacia tidak ingin terluka.
"Aku tidak ingin kembali dipermainkan, Athira. Mendengarkan banyak pertanyaan soal putusnya hubungan membuatku tertekan. Aku harus mempertahankan hubungan yang ini semampuku," lirih Ignacia.
Athira menatap kakaknya yang berubah lemah. Melihat jelas jika bibir gadis dengan novel di tangannya itu agak bergetar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ
hidupnya nggaak bisa santai...
2023-09-21
1
Moonlight
Selalu sibuk:')
2023-08-30
1
Ara Julyana
iklan aja ya kk, gk punya hadiah😊
2023-07-30
1