...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Apa yang akan kamu lakukan? |^^^
^^^Lebih baik jangan lakukan ini lagi |^^^
| Aku hanya ingin memberikan plester luka padaku
| Kamu terluka, benar?
| Jadi ingin kubawakan plester lukanya
^^^Kamu berlebihan, Rajendra |^^^
^^^Ini hanya luka kecil yang mudah sembuh |^^^
| Kamu menolakku, Ignacia?
| Entah luka kecil atau besar, tetap saja
| Aku peduli padamu, tidak ada yang lain
Ini salah satu sikap yang tidak disukai Ignacia soal kekasihnya. Rajendra bisa dengan mudahnya membuat janji temu sesuka hati tanpa peringatan sebelumya. Ignacia tidak pernah bisa belajar tentang pertemuan yang sangat mendadak.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Maafkan aku, Rajendra |^^^
^^^Aku tidak bisa dengan pertemuan mendadak |^^^
^^^Kita bertemu lain kali saja ya? |^^^
^^^Lukaku akan segera sembuh |^^^
| Sepertinya kamu memang tidak bisa diberikan kejutan
| Kamu tidak pernah suka dengan kejutan yang aku berikan
| Kamu selalu menolak kejutan yang aku siapkan untukmu
^^^Rajendra, ini hanya luka kecil |^^^
^^^Kamu tidak perlu datang |^^^
| Aku peduli padamu, Ignacia
| Tapi kenapa kamu menolak niat baikku?
"Apa kamu tahu betapa gugupnya aku setiap kamu meminta bertemu? Apa kamu tahu betapa gugupnya aku setiap kali kamu ingin membuat janji mendadak? Kamu tidak akan mengerti kenapa aku harus terus belajar untuk menjalani hubungan ini, Rajendra," bisik Ignacia sambil melihat layar ponsel.
Sudah lebih dari 1 menit sudah layar ponselnya dibiarkan menyala hingga akhirnya mati dengan sendirinya karena tidak adanya sentuhan apapun.
Apa yang harus Ignacia lakukan jika berada di situasi seperti ini? Dia sungguh tidak bisa berpikir. Tapi orang tuanya baru saja pergi bekerja satu jam yang lalu. Dia mungkin bisa tiba-tiba pergi keluar rumah dan meninggalkan ketiga adiknya di rumah sendirian sebentar.
Ignacia memiliki seorang adik perempuan yang hanya berbeda 2 tahun, dan dia bisa menjaga kedua adik lainnya yang masih berada di bangku sekolah dasar. Sebaiknya Ignacia menemui kekasihnya sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
"Lakukan seperti biasa saja, Ignacia. Terima dia dengan senang hati dan buat dia puas. Dengan begitu kau tidak akan ditinggalkan seperti yang dilakukan seseorang di masa lalu."
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Kalau begitu ayo bertemu di suatu tempat |^^^
^^^Kita bisa pergi berdua nanti malam |^^^
| Tumben sekali kamu seperti ini
^^^Aku akan bersiap-siap |^^^
^^^Bagaimana jika bertemu pukul 7? |^^^
| Tentu, akan kujemput jam 7 tepat
| Pakailah jaket yang hangat
| Malam ini akan agak dingin
^^^Baiklah, aku mengerti |^^^
Ignacia segera melepas headset yang baru dia gunakan sebelum menyalakan data ponselnya tadi. Segera dia menemui di adik pertama dan menjelaskan apa yang akan dia lakukan dengan Rajendra malam ini. Adiknya tidak keberatan, dengan catatan bahwa kakaknya tidak pulang terlalu malam.
"Tapi tumben sekali Kakak pergi dengan Kak Rajendra tanpa membuat janji jauh-jauh hari," bahkan perilaku kakaknya ini juga aneh di mata si adik. Ignacia tidak menjawab dan hanya berkeliaran di dalam kamarnya untuk bersiap-siap.
"Aku tahu jika kalian berpacaran lebih dari 3 tahun, hampir 4 tahun kurasa. Tapi kenapa kakak belum pernah membahas soal sesuatu yang kakak rasakan? Kakak bisa menolak jika kakak tidak ingin bertemu. Bukankah perasaan seperti itu wajar?"
Adik perempuan Ignacia berdiri di dekat pintu, melipat tangan sambil memperhatikan sang kakak. Ucapannya barusan membuat Ignacia tersenyum mencurigakan. "Wajar dia meminta bertemu, Athira. Itu karena Rajendra sangat menyukaiku," kata Ignacia.
"Tapi kenapa kakak terlihat tertekan setiap pertemuan mendadak. Seperti kakak tidak siap dan gugup. Hubungan macam apa yang kakak jalani bersama Kak Rajendra selama ini? Kakak membuatku takut sesekali."
Adik perempuan Ignacia--Athira ini memang paling mengenal sifat dan kebiasaan kakaknya dengan baik.
"Kau tidak perlu mengetahuinya. Kekasih Rajendra itu aku, bukan kau. Biar aku mengurus semuanya seperti kekasih yang baik." Ignacia masuk ke dalam toilet untuk berganti pakaian. Dan adiknya masih setia di dekat pintu.
"Kenapa kau masih ada disini? Bukankah kau tadinya sibuk menggambar, Athira? Kau bisa kembali ke kamarmu sekarang. Kumohon jaga adik-adik mu sehingga aku kembali, mengerti?"
"Baiklah. Nikmati saja kencan kalian."
Athira pergi, menemui kedua adiknya yang ada di ruang keluarga. Tengah menonton tv dengan siaran kartun. Tidak ada yang menyadari jika kakak tertua mereka akan pergi keluar rumah dengan terburu-buru.
Rajendra menjemput Ignacia sesuai janjinya. Tidak lupa si gadis memakai jaket sesuai saran Rajendra agar tidak kedinginan di malam yang entah mengapa memang begitu dingin.
"Terima kasih sudah menjemputku." Ignacia menyambutnya dengan senyuman hangat.
...*****...
Jalanan malam itu lumayan padat karena besok sudah akan masuk akhir pekan. Orang-orang tentu tidak akan melewatkan waktu yang berharga ini hanya untuk mengerjakan tugas atau pekerjaan yang sudah menunggu untuk diselesaikan. Lebih baik menikmati angin malam dan bersantai.
Keduanya pergi ke alun-alun kota.
Tempat yang disukai Ignacia jika sedang tidak begitu ramainya. Ada sebuah titik dimana tempat itu akan menjadi sangat ramai, namun bukan itu tempat yang akan mereka tuju. Jauh-jauh saja dari tempat para anak kecil dan orang tuanya bermain.
Baik Ignacia maupun Rajendra tidak ada yang bersuara. Hanya duduk bersebelahan di sebuah bangku taman dan menatap keramaian yang terjadi di sisi lain alun-alun. Suasananya agak canggung setelah kesalahpahaman kecil sore tadi.
"Aku benar-benar merusak suasana hatinya, benar? Lihatlah tingkah konyol yang kau lakukan, Ignacia," geram Ignacia pada dirinya sendiri. Kepalanya terus menyalahkan dirinya sendiri.
Diam-diam dia melirik ke arah Rajendra yang masih tidak fokus. Laki-laki itu tampak memilih kata sebelum membiarkan Ignacia mendengarnya. Hening, keduanya diam. Saling menunggu, mungkin. Hingga salah satunya siap membuka suara.
"Kadang aku berpikir bahwa aku belum cukup baik untukmu, Ignacia," Rajendra bersuara. Namun bukan dengan kalimat yang sudah diperkirakan oleh Ignacia. "Kamu tidak pernah suka dengan kejutan mendadak yang ingin kuberikan. Kamu selalu menolak."
Ignacia melirik Rajendra yang masih bicara, memperhatikan setiap kalimat yang ditujukan untuknya. Semuanya tentang dia yang seolah menolak keberadaan Rajendra. Ignacia bukannya menolak, hanya saja dia belum tahu harus bersikap seperti apa di hadapan kekasihnya.
"Bagaimana lukamu?" Rajendra bergerak untuk mengambil salah satu tangan Ignacia yang terluka di jari manis. Kelihatannya memang luka kecil, bukan masalah bagi Ignacia. Tapi tidak bagi Rajendra. Luka itu tetaplah luka. "Bagaimana bisa kamu terluka? Rasanya perih?"
Mata keduanya bertemu. Membuat Ignacia hanya bisa mengangguk tanpa suara.
"Aku tahu kamu tidak suka memakai plester jika tidak benar-benar terganggu dengan darahnya. Tapi sebaiknya kamu menggunakan ini agar tidak terinfeksi."
Rajendra mengeluarkan obat luka dari dalam sakunya. Meneteskannya beberapa di luka Ignacia sebelum menutupnya dengan plester yang dibawanya. Ditiupnya luka itu lembut seolah ingin menghilangkan rasa perihnya.
"Berjanjilah padaku untuk tidak terluka, Ignacia."
Si gadis masih tidak mengeluarkan suara apapun. Dia terpanah dengan pemandangan tidak biasa yang ada di depan mata. Seorang Rajendra yang biasanya sibuk sekarang datang padanya hanya untuk menutup luka kecilnya.
"Terima kasih," ucap Ignacia pelan pada Rajendra.
Jika begini, Ignacia jadi ingat kejadian mengejutkan di kelas tahun kedua SMA saat Minggu Drama. Minggu dimana semua kelas di tahun kedua harus mempersiapkan drama untuk mendapatkan nilai di mata pelajaran Bahasa Indonesia wajib.
Semua kelas mempersiapkan yang terbaik. Mulai dengan membagi peran menjadi aktor, sutradara, dan para staff yang berkerja di belakang layar. Semuanya sibuk hingga sepertinya hanya sibuk memikirkan soal drama yang setiap kelasnya dibagi menjadi 3 kelompok.
Di akhir pekan, kurang sekitar 5 kelompok yang belum tampil. Tepat di hari dimana akan diumumkan para pemenang di beberapa kategori tertentu. Setelah penampilan terakhir dan guest star yang entah siapa, para guru yang menjadi juri drama akan mengumumkan hasil akhirnya.
Ignacia kebetulan menjadi sutradara waktu itu. Sama seperti Rajendra yang berasal dari kelas lain.
Mereka jarang bicara selama persiapan drama. Berkirim pesan pun mungkin hanya dua pesan setiap harinya. Paling banyak mungkin ya beberapa baris selanjutnya. Itu pun hanya untuk berkeluh kesah atas hari berat menjadi sutradara.
Ignacia merasa tidak harus terlalu berlebihan menanggapi kekasihnya yang menghilang. Kekasihnya tengah berjuang sama kerasnya seperti dia. Tidak ada salahnya untuk menjadi sangat sibuk layaknya karyawan di kantor.
Semua orang ingin mendapatkan nilai terbaik.
Di hari pengumuman, Ignacia bingung akan datang dengan pakaian bagaimana karena acaranya seperti semi formal. Ada pertunjukan drama yang akan dinilai oleh tiga guru, juga ada guest star yang katanya akan datang, kemudian tidak lupa dengan hal yang paling penting, pengumuman pemenang.
Ignacia bicara dengan Rajendra untuk menentukan pakaian apa yang sebaiknya dia pakai. Dan karena kata Rajendra dia bisa menggunakan apa saja, jadilah Ignacia datang menggunakan Hoodie berwarna kuning fire, bandana berwarna kuning, dan celana coklat, penampilannya resmi seperti anak bebek.
Begitu sampai di aula, drama sudah berlangsung. Karena urutan kelas diacak, jadi sekarang waktunya kelas Mipa 2 saat Ignacia dan Nesya datang. Keduanya duduk di dekat para guru duduk di atas karpet dengan membawa kertas penilaian.
Drama dilaksanakan di panggung bawah, jadi duduk di karpet saja sudah cukup untuk menikmati keseluruhan drama selama seminggu penuh. Ignacia dan Nesya beruntung karena masih kebagian tempat duduk meskipun tidak begitu luas.
Pesan dari Rajendra datang setelah beberapa detik Ignacia menikmati drama yang masih di tahap pengenalan. Laki-laki itu hanya bertanya ada dimana Ignacia berada. Kemudian dia langsung tahu jika kekasihnya ada di dekat barisan guru karena warna Hoodie nya tidak ada yang menyamai.
"Oh kamu membuatku terkejut," kaget Ignacia saat tiba-tiba Rajendra langsung duduk di sampingnya yang tengah kosong. Nesya yang tidak tahu apapun juga terkejut karena tiba-tiba laki-laki yang adalah ketua MPK nya itu muncul.
"Seperti anak bebek apanya? Kamu terlihat menggemaskan dengan Hoodie ini," bisik Rajendra. Ignacia terkekeh mendengarnya. Untuk pertama kalinya Rajendra memujinya untuk pakaian yang dia gunakan.
Berakhir dengan ketiganya duduk bersama sambil menonton drama kelas lain. Ignacia dan Nesya sibuk menonton dan bicara soal apapun yang dapat mereka lihat selama pertunjukan, sementara Rajendra menanggapi teman-temannya yang terus menggodanya karena duduk di samping Ignacia.
Selalu ada teman yang menganggu keduanya jika sudah bersama. Entah untuk apa tujuannya. Dengan orang lain tidak begini, tapi jika soal Rajendra dan Ignacia, mereka akan gencar membuat pasangan kekasih ini tampak malu-malu.
Jujur saja, semenjak Rajendra mengatakan soal kebenaran bahwa dia memiliki hubungan dengan Ignacia saat melakukan acara kecil dengan anggota OSIS dan MPK, hubungan keduanya jadi tersebar cukup luas. Bahkan tidak sedikit anggota organisasi yang menganggu keduanya ketika terlihat bersama.
Ignacia tidak kebenaran jika Rajendra mengakui hubungan keduanya di depan banyak orang, namun kadang itu agak mengganggu. Tapi apa boleh buat. Rajendra memang begitu orangnya.
Acaranya berjalan seharian. Selera makan Ignacia hilang karena gugup dan berharap kelompoknya mendapatkan hadiah utama dan nilainya akan terjamin. Dia hanya ikut dengan Nesya yang katanya akan membeli makanan namun dia tidak ikut makan. Sungguh perutnya tidak terasa lapar dan hanya ingin tetap dibiarkan saja hingga pengumuman datang.
Selama itu Ignacia tidak membuka ponselnya. Dia hanya fokus dengan drama kelompok lain bersama Nesya. Saat menemani Nesya makan pun Ignacia sejujurnya masih khawatir. Jika dia dan Nesya yang sama-sama memiliki gelar sutradara menang sebagai kelompok terbaik pertama dan kedua, itu akan sangat hebat dan membanggakan.
Namun di tengah obrolan Ignacia dan Nesya tentang drama di aula setelah makan siang, Rajendra kemudian muncul dengan membawa sesuatu di tangannya. Langsung diberikannya pada Ignacia tanpa banyak bicara.
"Makanlah," ucap Rajendra yang lebih mirip dengan perintah, "kamu tidak boleh melewatkan jam makan. Jika perutmu memang tidak ingin diisi, aku membelikan makanan yang lebih ringan. Habiskan." Setelahnya dia pergi ke suatu tempat bersama temannya keluar aula.
Ignacia kebingungan juga merasa tidak enak, sementara Nesya menahan hatinya yang berbunga-bunga saat melihat teman terbaiknya mendapatkan perhatian yang menyenangkan. Dia jadi ikut terbawa suasana melihat Rajendra yang begitu baik pada Ignacia di aula yang lumayan ramai.
Takoyaki dan minuman dingin. Mau tidak mau Ignacia harus memakan pemberian Rajendra karena makanannya akan tidak enak jika sudah dingin. Tapi kenapa dia pergi sebelum Ignacia sempat berterima kasih?
Tapi Rajendra pada akhirnya kembali dan duduk di samping Ignacia yang kebetulan kosong. Orang-orang yang tadinya duduk di samping si gadis yang tadinya berada disana sekarang entah pergi kemana. Dan waktu tepat sekali untuk berterima kasih pada si pemberi makanan.
"Terima kasih untuk makanannya. Aku akan menjaga pola makanku, jadi kamu jangan khawatir dan melakukannya lagi. Seharusnya kamu tidak pergi sebelum aku berterima kasih tadi." Si gadis selesai bicara dan atensinya diambil oleh suara sutradara kelompok kesekian yang akan memulai drama mereka.
Rajendra hanya mengangguk-angguk saja kemudian ikut mengalihkan pandangannya dari Ignacia. "Padahal aku hanya ingin bersikap romantis. Aku ingin menjadi lebih pengertian dan memberikan banyak kejutan. Lagipula kenapa kamu tidak ingin makan apapun?" Rajendra berbisik.
"Aku gugup. Karena aku ingin menang," jawab Ignacia singkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Moonlight
Cheer up Rajendra yg sabar ya pacaran sm ignacia
2023-08-30
2
ANBU
semangat kak
2023-08-24
1
Ara Julyana
tak punya hadiah cuma bisa kasih iklan😁
2023-07-26
1