Waktu yang dibutuhkan untuk sampai di kelas tahun terakhir tidak selama yang Ignacia perkirakan. Sekarang saja dia sudah hampir sampai di kehidupan penuh suka duka selama masa putih abu-abu. Yang dia tahu, setelah ini dia akan sibuk dengan segala bentuk tes untuk masuk ke perguruan tinggi. Sebelum itu, Ignacia tidak pernah mengira jika sebelum musim sibuk dia akan mendapatkan kejutan lain.
Rajendra akan pergi keluar pulau untuk sebuah penelitian yang berhubungan dengan lingkungan. Berhubungan pula dengan jurusan yang dia ambil di SMA. Dan berita itu Ignacia dapatkan bukan dari yang bersangkutan. Ada pihak lain yang menuliskannya di sebuah grup dimana Ignacia adalah salah satu partisipannya. Berita yang mengejutkan memang.
Berita itu kemudian diketahui kebenarannya setelah Ignacia yang membahasnya lebih dahulu. Rajendra terkejut karena Ignacia sudah mengetahuinya tanpa dia katakan sebelumnya.
"Aku melihatnya dari pengumuman seseorang di grup. Lalu, selamat karena terpilih untuk pergi," Ignacia tersenyum memberikan semangat. Yang kali ini tulus dari dirinya sendiri. Dia sangat ingin mendukung apapun yang Rajendra lakukan. Suasana di meja pasangan kekasih ini terasa agak dingin. Padahal tadinya ada canda tawa karena foto-foto yang diambil Ignacia bersama Nesya. Juga ada perasaan bersemangat karena akhirnya bisa bertemu kembali setelah beberapa Minggu terganggu kesibukan sekolah.
Berita yang tiba-tiba datang di beberapa saat sebelum Rajendra datang dan menjemput Ignacia untuk pergi ke tempat ini sungguh mengubah suasana hingga beberapa derajat. Tapi apa benar ini hanya hawa dingin dari sebelah pihak dan bukannya dari es krim dan udara malam?
"Kenapa diam? Ini hebat sekali. Pihak sekolah mengakui kehebatanmu dan memintaku melakukan penelitian diluar pulau. Kamu keren sekali, Rajendra." Ignacia kembali bicara karena tidak mendapatkan respon apapun dari Rajendra.
"Kamu sungguh tidak apa-apa?" Akhirnya Rajendra merespon setelah jeda panjang. Rajendra menatap kekasihnya dengan tatapan aneh, sementara itu hadis di depannya terlihat biasa saja sambil terus memakan es krim miliknya perlahan.
"Tentu saja. Aku tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena lelakiku ini adalah orang yang sangat hebat." Ignacia mendorong es krim Rajendra, "makanlah sebelum mencair. Rasanya akan berbeda nanti."
"Jika aku benar akan pergi keluar pulau, bagaimana menurutmu, Ignacia?" Suara Rajendra berubah pelan. Ada keraguan dalam sorot mata tegas itu.
"Aku sangat senang." Ignacia terlihat tulus dengan kalimatnya untuk Rajendra.
Tapi masih saja ada yang salah dengan perasaan Rajendra. Apa dia bisa pergi meninggalkan Ignacia selama seminggu penuh dan hanya fokus dengan tugasnya di pulau yang jauh? Apa hatinya akan siap untuk membuat Ignacia kembali kesepian setelah semua kesibukan yang dia berikan beberapa bulan terakhir? Apa dia bisa kembali sibuk setelah sedikit menyisihkan keberatan Ignacia untuk sementara waktu?
"Bersemangatlah, Rajendra. Jika kamu punya waktu luang, jangan lupa berkirim pesan denganku. Aku akan menunggu kamu pulang." Tangan Ignacia perlahan mendekati tangan Rajendra yang ada di atas meja, menggenggamnya lembut untuk menyalurkan kehangatan, "Aku pasti akan menunggu kamu kapanpun itu."
Sekali lagi Ignacia tersenyum, membuat Rajendra akhirnya berhenti bingung dengan hatinya. Tangannya bergerak untuk membahas genggaman tangan si gadis dan membalas tatapan berbinar-binar yang diberikan.v"Terima kasih karena sudah mau pergi denganku malam ini. Aku senang bisa bertemu denganmu lagi, Ignacia. Aku akan sebisa mungkin menghubungi kamu nanti."
Rajendra sebenarnya tidak berjanji, tapi diam-diam Ignacia ingin kekasihnya berjanji untuk memberikan sedikit waktu untuk memberikan kabar. Meskipun hanya satu dua kata saja, kirimkan saja jika memang ada waktu. Kuharap segala urusan disana segera berakhir dan kamu akan kembali menemuiku.
"Setelah ini, aku antar pulang." Ignacia mengangguki ucapan Rajendra dan kembali menyantap es krim masing-masing. Di satu sisi, Ignacia merasa aneh sementara Rajendra sudah kehilangan selera makan akibat pembicaraan barusan.
Jika kamu sungguh menghubungi aku, aku pasti akan menjadi gadis paling bahagia. Karena kamu masih mengingatku meskipun sedang sibuk. Tatapan Ignacia terbang ke luar kafe. Tepat pada jalanan yang ramai kendaraan khas kota malam hari. Rasanya ramai namun kosong. Ignacia tidak merasakan udara dingin lagi. Baik dari es krimnya yang sisa setengah atau angin malam di sekitar.
Padahal aku sudah mulai kembali merasakan getaran setiap Rajendra berada di dekatku. Tapi kenapa dunia ini ingin aku kehilangan semua perasaan yang berhubungan dengan orang lain? Sekali lagi Rajendra akan diambil dariku seperti masa-masa sebelumnya. Ini tidak adil.
Sebuah panggilan kemudian membuyarkan tatapan yang berubah jadi lamunan pada Ignacia. Rajendra mencoba untuk memanggil beberapa kali dan akhirnya berhasil. "Apa yang sedang kamu lihat dengan tatapan kosong begitu?"
...*****...
Di sepanjang perjalanan menuju rumah, Ignacia hanya meletakkan kepalanya pada punggung Rajendra yang tengah mengemudi di depannya. Jika biasanya tangannya akan sedikit melingkar di pinggang Rajendra, kini tidak. Ignacia hanya berpegang pada jaket merah maroon kekasihnya. Sekuat apapun ia menyembunyikan perasaan memuakkan yang ada, Ignacia akan tetap menunjukkannya tanpa sadar.
Meskipun dengan adanya ada helm yang menghalangi kepala Ignacia untuk bersentuhan dengan jaket merah maroon Rajendra. Dia bisa merasakan kehangatan dan hembusan angin pelan di sekitar wajah yang tidak tertutup kaca. Tangannya masih menggenggam kuat ujung jaket Rajendra tanpa laki-laki itu sadari. Ingin rasanya memeluk laki-laki ini seperti biasa, namun yang ada hanya perasaan takut.
"Ignacia, kamu mengantuk?" Rajendra bertanya, sesekali menatap spion untuk memastikan bahwa Ignacia baik-baik saja. Namun tidak ada respon apapun hingga Rajendra akhirnya menepikan sepeda motornya di sisi jalan yang tidak begitu ramai.
"Ignacia," panggil Rajendra lagi sambil melepas helmnya. Mencoba untuk mendapatkan respon. Jujur saja dia agak khawatir karena Ignacia belum pernah bertingkah seperti ini. "Apa kamu tidak enak badan? Apa kamu kedinginan? Kamu ingin memakai jaketku saja? Kita masih setengah jalan menuju rumahmu."
"Sepertinya aku sudah mengantuk." Ignacia tersenyum kecil. Rasa khawatir Rajendra lenyap seketika. Seratus persen percaya dengan akting kekasihnya. Ignacia lalu memeluk Rajendra tanpa pikir panjang agar laki-laki itu berhenti menatapnya. Kode agar dirinya segera diantar pulang juga.
Ignacia bahkan hampir tidak bisa mengatakan apapun saat turun dari sepeda motor Rajendra. Untuk mengangkat kepala saja rasanya berat. Suara dari mulutnya juga tiba-tiba tidak bisa dikeluarkan. Antara dia benar-benar mengantuk setelah kebohongan tadi atau hanya untuk menahan semua emosi.
"Sepertinya kamu sangat mengantuk sekarang. Masuklah dan beristirahat." Rajendra meraih satu tangan Ignacia dan meletakkannya di sebelah pipinya yang terasa dingin, "Maaf jika aku membuatmu sedih karena tidak memberitahu soal kepergianku. Aku takut kamu akan sedih jika aku membahasnya. Aku sungguh minta maaf, Ignacia."
Apa ini akhirnya? Hanya dengan melihat Rajendra yang mengkhawatirkan perasannya saja sudah membuat Ignacia lebih baik. Gejolak yang menumpuk hingga menciptakan kebohongan tadi lenyap terbawa angin. Rajendra tidak melakukan kesalahan. Rajendra sudah berusaha dan Ignacia terlalu cepat membahasnya.
Ignacia mengangguk, memberikan senyuman terbaik. "Tidak masalah. Terima kasih sudah memikirkan aku." Ignacia akan menyayangkan jika malam ini berakhir dengan tidak enak. Pertemuan ini akan jadi yang terakhir sebelum Rajendra berangkat keluar pulau. Dalam waktu sebulan lebih dari Minggu Rajendra akan meninggalkan Ignacia.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Sudah sampai di rumah? |^^^
| Masih berkumpul dengan teman-teman
| Kamu sendiri, sudah sampai di rumah?
^^^Sudah, baru saja sampai |^^^
Dalam waktu sebulan lebih seminggu itu Rajendra masih sempat menghabiskan waktu dengan teman-teman dekatnya. Mereka akan pergi keluar dan mematikan ponsel selain untuk keadaan penting. Jujur saja Ignacia merasa diabaikan. Selain fakta bahwa dirinya juga tidak bisa sering menemui Rajendra karena kesibukannya sendiri, ia juga tidak seharusnya membebani Rajendra.
Beruntung Rajendra masih sempat membalas pesannya meskipun itu berarti Rajendra sudah sampai di rumah. Tahan sekali dia tidak membuka ponsel sama sekali seharian ini. Malamnya ada waktu yang Rajendra korbankan agar bisa berkirim pesan dengan Ignacia. Gadis itu tidak sepenuhnya diabaikan. Perasannya saja yang berkata demikian.
Ketika sudah waktunya untuk berangkat, Rajendra sepertinya lupa mengirimkan kabar. Pasti ada banyak hal yang harus dilakukan sebelum sampai di bandara. Ignacia menunggu dan terus menunggu. Tidak ada pesan terbaru. Perasaan kesal dan khawatir itu ia alihkan untuk membaca novel pada akhirnya.
Satu dua jam berlalu tanpa membawa hasil apapun. Rajendra terlalu sibuk. Masih permulaan namun aku sudah merasa sejengkel ini. Ignacia meraih kembali ponselnya. Membuka media sosial untuk sekedar mengecek postingan terbaru teman-temannya. Lalu yang nampak di bagian paling atas dari beranda adalah kisah yang Rajendra bagikan.
Rupanya disini tempat Rajendra memberikan kabar. Bukan hanya untuk Ignacia, melainkan juga bagi semua orang yang mengikuti akunnya. Foto yang jelas-jelas menunjukkan sebuah bandara di kota sebelah. Dari foto itu terlihat jelas jika Rajendra sudah meninggalkan pulau ini. Hati Ignacia sekaam ikut pergi bersama pesawat yang sudah terbang tiga jam lalu.
...*****...
Rajendra sangat sulit dihubungi pada dua hari pertama. Pesan Ignacia terkirim, namun tidak ada balasan. 'Rajendra pasti sibuk', 'Rajendra sedang mengerjakan penelitian dengan penuh konsentrasi', 'Rajendra pasti akan membalas pesanku sebentar lagi', semua itu Ignacia ucapkan beberapa kali guna menenangkan diri sendiri. Meskipun hasilnya kadang tetap nihil.
Akun media sosial Rajendra jadi ramai dengan banyak kisah karena perjalanan ini. Observasi, proses pembuatan Karya tulis ilmiah, dan begadang adalah perpaduan yang didapatkan Rajendra selama berada di pulau asing. Bersama dengan kelompoknya, Rajendra hanya fokus dengan apa yang harus dia lakukan.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Aku kembali di akhir pekan
| Di pagi hari
Setelah penantian panjang akhirnya pesan Rajendra membangkitkan semangat yang sempat padam. Akhirnya Rajendra akan pulang. Satu Minggu yang hanya menyimpan beberapa gelembung pesan itu akhirnya berakhir. Ignacia berencana untuk datang ke bandara untuk menjemput kekasihnya, "Aku merindukan kamu jadi aku ingin datang."
"Tidak perlu. Orang tuaku akan datang menjemput. Lagipula bandara ini terlalu jauh dari rumah. Aku tidak ingin merepotkan. Akan aku hubungi setelah sampai di rumah. Pesawatnya akan segera datang. Sampai jumpa lagi, Ignacia." Sayang sekali. Padahal Ignacia sudah mendapatkan izin dengan susah payah dari mamanya.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Kamu mendapatkan salam
| Dari temanku disana
^^^Teman perempuan? |^^^
| Iya, teman perempuan
| Dia tahu kamu karena melihat media sosialku
Benar juga. Rajendra pernah memasang fotonya bersama anggota kelompok penelitian ini di media sosialnya. Pasti salah satu dari mereka yang memberikan salam. Rajendra tampak senang mendapatkan teman baru. Perempuan ini katanya anak asli pulau itu yang mendampingi kelompok Rajendra untuk melakukan penelitian. Bisa dikatakan mereka adalah rekan.
Meksipun sudah kembali, kesibukan tetap saja kesibukan. Berkencan dengan laki-laki yang selalu sibuk dan hampir selalu memiliki kegiatan di waktu-waktu tertentu cukup membuat kesepian. Tidak apa. Ignacia senang menggunakan semua waktu luang untuk dirinya sendiri. Masih ada banyak novel baru yang belum dia baca juga hal-hal lain yang bisa ia lakukan tanpa melibatkan orang lain.
"Aw," tapi terluka bukanlah rencana Ignacia selama sisa liburan sebelum naik ke kelas tahun ketiga. Fokusnya yang tiba-tiba terpecah mengakibatkan luka kecil di jari telunjuk. Awalnya hanya goresan khas dari pisau biasa. Namun lama kelamaan mulai muncul darah. "Dimana aku harus mencari plester?"
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Ignacia, ada yang ingin kutanyakan padamu
^^^Tunggu sebentar, aku akan pergi keluar sebentar |^^^
| Akan pergi kemana?
^^^Membeli plester luka |^^^
Ignacia langsung pergi ke sebuah tempat yang dia tahu pasti memiliki plester yang dia cari. Sayangnya Ignacia harus kembali dengan tangan kosong. Plester yang dia cari sudah habis dan tidak tahu apakah stoknya akan datang atau tidak. Ignacia tidak ingin ambil pusing karena darahnya juga sudah berhenti. Acara makan buah yang sudah dikupas sambil membaca novel akan berlanjut.
...*****...
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Bisa kamu keluar sebentar?
| Ignacia, ada yang ingin kuberikan padamu
| Hanya keluar rumah saja
| Apa kamu sedang tidur?
| Ignacia, kamu pergi kemana?
Mata lelah Ignacia langsung terasa segar begitu mendapati banyak pesan dari Rajendra pada layar ponselnya. Dengan segera Ignacia membalas pesan-pesan yang datang sekitar tiga jam yang lalu. Rajendra tidak akan menunggu di tempat yang ia sebutkan dalam pesannya kan?
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Rajendra, maafkan aku |^^^
^^^Aku tidak melihat ponsel tadi |^^^
^^^Apa yang kamu lakukan? |^^^
^^^Kamu tidak menungguku bukan? |^^^
| Menurutmu bagaimana?
| Aku menyerah dan pulang
| Masih mau bertemu denganku?
| Hanya sebentar saja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ
tak ambil pusing.... rajendra... harusnya pelankan dulu motornya... minggir dulu, cari angkringan, teh aanget gitu loh... tiba-tiba dia nggak peka.
2023-09-15
1
Moonlight
santai banget jawabannya, pdhl si Rajendra udh ngerasa bersalah :)
2023-08-30
2
Ara Julyana
ceritanya bikin baper😊
2023-07-26
1