Di pagi yang dingin, Ignacia berjalan sendirian dari tempat parkir paling utara. Dia datang lebih awal hanya karena terbangun satu jam lebih awal. Dia sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumahnya sebelum bersiap untuk pergi sekolah, jadi tidak ada yang bisa menghalanginya.
Belum ada banyak orang yang datang, Ignacia langsung duduk di tempatnya tanpa menatap ke arah lain. Fokusnya hanya pada mejanya yang bersih tanpa debu. Pandangannya perlahan mulai melayang, namun kebetulan sekali seseorang muncul di bingkai pintu.
"Halo," sapa seorang laki-laki bertubuh tinggi si pemilik alis hitam tebal. Seseorang yang membuat Ignacia kesal saat akan mengerjakan tugas MOP kemarin.
"Kenapa kamu datang pagi sekali?" Ignacia bertanya. Kedua mata coklatnya harus menatap dia yang kini berjalan mendekat agar tidak dianggap tidak sopan. Tapi biasanya dia tidak datang sepagi ini dengan sengaja. Rajendra lebih suka berada di rumah lebih lama daripada cepat-cepat pergi ke sekolah.
Pemuda ini bosan terus-terusan di sekolah.
"Hari ini ibuku membawa sepeda motorku pergi ke rumah temannya yang sedang sakit, memintaku pergi dengan temanku saja katanya. Jadi hari ini aku berangkat dengan ayahku. Ayahku harus pergi pagi-pagi seperti ini."
"Ah begitu rupanya."
"Boleh aku duduk?" Tanya Rajendra sebelum berniat menarik kursi yang ada di samping Ignacia.
"Kita pergi ke taman baru saja. Orang-orang akan segera datang dan- mereka mungkin akan- ya kau tahu maksudku. Ayo mengobrol sebentar disana." Ignacia mendahului pergi. Sungguh dia sudah mencoba untuk menahan diri agar tidak terlihat sensitif. Tapi sepertinya dia gagal.
"Kenapa kamu datang lebih awal, Ignacia?"
Rajendra menulai obrolan. Duduk di hadapan Ignacia dan melipat kedua lengannya di atas meja. Seluruh perhatiannya diberikan untuk gadis yang tengah duduk di hadapannya. Matanya berbinar seolah baru mendapatkan keberuntungan.
"Hanya ingin saja," jawab Ignacia singkat.
"Maaf karena aku tidak bisa menemanimu mengerjakan tugas kemarin. Apa kamu tetap mengerjakannya?" Rajendra menatap kedua manik mata coklat yang bahkan tidak sanggup membalas tatapannya. Sungguh tatapan seperti itu hanya akan membuat Ignacia tidak nyaman berlama-lama disana.
Dia gugup. Sungguh.
"Ini bukan pertama kalinya kau duduk dengannya, Ignacia. Kenapa kau begitu gugup?" Batin Ignacia. Demi apapun dia kesal karena terlihat selalu menolak Rajendra. Padahal si gadis hanya belum menguasai betul cara menjadi pacar yang sempurna.
"Tentu saja. Sesekali aku ingin tampak memiliki nilai A di rapor meskipun hanya di kegiatan non-akademik. Bagaimana denganmu, Rajendra? Kamu mengerjakan tugas itu?"
Rajendra menarik dirinya perlahan, masih mempertahankan posisi tangan di atas meja. "Tidak, aku malas mengerjakannya. Lagipula tanpa tugas itu, aku akan mendapatkan nilai B seperti yang kepala sekolah katakan. Datang ke acara itu saja sudah membuatku dapat nilai. Kenapa perlu mengerjakan tugas juga?"
Ignacia dapat melihat dengan jelas senyuman tidak masuk akal Rajendra di hadapannya. "Aku tahu kau lebih cerdas dariku, tapi tolong jangan meremehkan nilai yang sedang aku perjuangkan, Rajendra," batin Ignacia lagi.
"Oh ya, kelasku kemarin mendapatkan tugas untuk menggambar tiga objek benda di pelajaran seni budaya. Menggunakan kertas HVS dan dikumpulkan pada hari itu juga. Kelasmu sudah mendapatkan tugas itu?" Rajendra mengalihkan pembicaraan namun tetap saja soal tugas.
"Belum, tapi kami sudah diminta untuk mempersiapkan kertas HVS di pertemuan selanjutnya. Kelasmu tidak mengadakan remidi seni budaya setelah ujian?"
"Remidinya mudah dan bisa dilakukan sambil menggambar. Aku tidak ikut remidi, bagaimana denganmu?" Ignacia menggeleng. Dia senang karena tidak perlu mengikuti remidi dan bebas dengan nilai yang tergolong tinggi.
"Ignacia, apa ada sesuatu yang menganggumu? Kamu terlihat lemas." Tangan Rajendra akan menyentuh wajah Ignacia, namun tangan itu segera ditepis sebelum sempat mendekat. Ini bukan area dimana keduanya bisa saling menyentuh.
"Aku sebal jika harus mendapatkan semua godaan teman-temanmu."
"Aku baik-baik saja. Aku hanya merasa dingin dan- kurasa aku agak lelah setelah membaca buku semalam." Selalu alasan yang sama jika mendapatkan pertanyaan serupa. Dan seperti biasa, Rajendra tidak akan pernah menyadari makna lain di baliknya.
"Selalu kamu dan bukumu, Ignacia. Kenapa kamu sangat terburu-buru dalam membaca buku? Kamu selalu ingin menyelesaikan bukumu dengan cepat. Matamu bisa kelelahan nanti. Pelan-pelan saja."
"Aku tidak terburu-buru. Bukunya saja yang membuatku tertarik dan tidak bisa berhenti." Ignacia tersenyum kecil, mengumpulkan keberanian untuk menatap mata si kekasih yang tengah mendengarkan.
"Haha sepertinya semua buku yang kamu beli itu bahkan bisa habis dalam waktu dekat, Ignacia. Tapi tetap jaga matamu agar tidak kelelahan, mengerti?" Yang ada di hadapannya itu mengangguk pelan, mempertahankan senyuman kecil di wajahnya yang tampak lelah.
"Omong-omong," ada jeda di kalimat Rajendra selanjutnya, seperti sedang memilih-milih kata, "sepulang sekolah ini kamu ada acara, Ignacia? Bagaimana jika kita pergi makan sesuatu sore ini? Cuaca hari ini kelihatannya akan bagus."
Selalu Rajendra dengan janji dadakannya.
"Maafkan aku," Ignacia kini melipat kedua tangannya, diletakkan di atas meja seperti yang dilakukan Rajendra, "aku memiliki beberapa tugas dan presentasi penting besok. Bagaimana jika akhir pekan saja?" Ignacia membuat nada bicaranya jadi sedamai mungkin.
"Sepertinya ada yang akan sibuk." Rajendra melempar senyum menggoda untuk Ignacia. Namun hanya sedikit efek yang diterima hati si gadis. "Kalau begitu kita bisa pergi di akhir pekan. Ada seseorang yang menunggumu."
Rajendra bangkit, seolah memberikan kode pada seseorang yang berada di belakang Ignacia. Dah benar saja, saat si gadis menoleh, dilihatnya seseorang yang tengah berdiri jauh dari tempatnya duduk, tengah menatap dengan keempat matanya.
Nesya berpapasan dengan Rajendra, ada sesuatu yang mereka bicarakan sebelum akhirnya laki-laki yang baru saja bicara dengan Ignacia tadi berlalu pergi. Entah apa yang mereka bicarakan. Ignacia tentu tidak dapat mendengarnya dari tempatnya berada di detik-detik itu.
Tidak tahu kenapa, Ignacia tidak bisa bangkit dari tempatnya dan membuat Nesya yang datang menghampiri. "Aku tidak tahu jika kalian bisa membuat janji di sekolah sepagi ini." Tatapannya menunjukkan bahwa Nesya tidak ada niatan apapun saat mengatakan apa yang dia pikirkan.
"Ini hanya kebetulan."
"Kebetulan, tapi kalian bahkan duduk disini dengan tatapan mata yang sepertinya tidak bisa dialihkan." Nesya mulai terdengar tidak percaya dengan ucapan temannya.
"Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya. Ayo pergi ke kelas."
...*****...
"Oh?" Ignacia tidak sengaja melihat Rajendra yang berada diluar kelas di jam istirahat pertama. Tirai kelasnya yang dibuka lebar-lebar bisa menunjukkan bahwa laki-laki itu tengah bicara dengan seorang teman perempuannya. Entah karena organisasi atau urusan kelompok di kelas. Tapi mereka tampak dekat.
"Hm, jika aku jadi kau, aku akan menegurnya, Ignacia," suara seseorang yang datang dari arah belakangnya. Seorang teman perempuan yang selalu menggunakan jam istirahat sebagai jam tidurnya. "Apa kau tidak marah melihatnya terus akrab dengan teman perempuannya, Ignacia?" Tanyanya kemudian.
"Sudah biasa, kenapa aku harus marah?"
Ignacia sudah tidak pernah merasakan apapun saat melihat Rajendra tengah bersama teman perempuannya. Toh Ignacia tidak akan bisa memisahkan laki-laki itu dari gender yang bernama perempuan.
Biarkan saja. Toh mereka hanya mengobrol. Meskipun dengan tatapan mata dan canda tawa itu, Ignacia tidak masalah.
"Jika aku jadi kau, aku akan merasa cemburu." Teman yang kembali bicara itu sudah menemukan tempat yang pas di belakang kelas hingga akhirnya menutup mata untuk sementara.
"Tapi sayangnya kau bukan aku," lirih Ignacia hingga tidak ada yang bisa mendengarnya selain dirinya sendiri.
Jika diingat, Ignacia sudah banyak kali menemukan Rajendra tengah bersama teman perempuannya ketika di jam-jam sekolah. Menebak-nebak jika itu soal organisasi, soal sesuatu yang berhubungan dengan kelas saat Rajendra masih menjabat menjadi ketua kelas, dan hal-hal lain sebagainya.
Dari semuanya, ada kejadian yang paling Ignacia ingat. Tidak, dia tidak marah pada si teman perempuan Rajendra atau laki-laki itu sendiri. Dia hanya heran. Kenapa Rajendra harus terjebak dengan gadis yang Ignacia kenal?
"Kenapa gadis-gadis itu harus terus menemuimu lebih sering dari teman-teman laki-laki yang kutahu? Kamu sangat terkenal di kalangan perempuan," bisiknya.
Rajendra pernah berkeinginan untuk membolos kelas pagi di jam pelajaran ke-0 karena gurunya memang jarang sekali datang. Namun sekalinya dia mencoba untuk datang sebelum jam pelajaran pertama, rupanya guru kelas pagi datang dan mengisi kelas. Seolah-olah sang guru tahu niat muridnya.
Ignacia menemukan Rajendra berada di taman baru bersama seorang perempuan dan laki-laki. Entah untuk urusan apa, teman laki-laki Rajendra pergi sebentar dan meninggalkan sisanya berduaan. Oh jelas Ignacia tidak ingin kehilangan momen dan menyiapkan ponsel untuk mengambil gambar.
Satu gambar berhasil di ambil, beserta sebuah video yang menunjukkan bahwa Rajendra dan teman perempuannya berjalan beriringan menuju kelas. Tentu saja. Karena mereka berada di kelas yang sama. Tujuannya sama pula.
"Apa aku terlalu banyak memerhatikan Rajendra? Aku terus melihatnya dikelilingi banyak perempuan akhir-akhir ini," lirih Ignacia lagi. Sekarang dipindahkannya fokus dari Rajendra ke ponselnya. "Haruskah aku mencari sesuatu yang menghibur?"
...*****...
"Kami akan presentasi secepat mungkin dan kita akan pulang tepat waktu," ulang anggota kelompok Ignacia bergantian untuk menyakinkan teman-temannya yang sudah ingin pulang. Masih ada sisa waktu 25 menit yang seharusnya cukup untuk menjelaskan soal cerita sejarah dalam powerpoint nya sudah dibuat Ignacia dengan sangat baik.
Tapi rupanya waktu berjalan begitu cepat, melangkahi waktu yang dibutuhkan kelompok Ignacia untuk melakukan presentasi. Gurunya tidak keberatan menunggu hingga presentasi selesai, tapi rasanya tidak enak menahan banyak orang yang sudah ingin segera pulang. Ignacia yang merasa tidak enak.
Ignacia bertugas menjadi moderator. Bagian presentasinya ada di awal slide, jadi sebagai moderator saja sekalian. Kini tinggal teman-temannya saja yang melakukan presentasi. Tempatnya yang ada di paling pojok, membuat Ignacia tidak bisa melihat apakah Rajendra sudah pulang atau belum.
Jadi sepanjang teman-temannya presentasi, Ignacia hanya fokus dengan tugasnya agar tidak salah menemukan slide saat teman-temannya bicara. Hanya itu yang bisa dia lakukan setelah membuat orang-orang menunggu.
"Ignacia," seseorang memanggil dari bangku menonton. Teman perempuan yang duduk paling depan, menunjuk arah jendela seolah ingin menunjukkan sesuatu. Dan benar saja, seseorang tengah berdiri di dekat jendela yang ditunjuk dan menatap Ignacia balik.
"Kenapa disini?" Tanya Ignacia tanpa suara.
"Aku ingin bicara denganmu," balas yang diluar.
Tentu bukan hanya satu teman Ignacia saja yang menyadari keberadaan Rajendra di depan kelas. Lebih banyak orang kemudian mengalihkan perhatian mereka dari yang sedang presentasi ke Ignacia yang sedari tadi diam. Mereka mulai menggodanya tanpa alasan meskipun masih ada yang presentasi.
...*****...
"Pergilah, ada yang menunggumu. Aku akan pulang setelah selesai membersihkan kelas. Bersenang-senanglah," ucap Nesya sebelum Ignacia sempat mengatakan sesuatu. Dia sudah melihat Rajendra sebelum Ignacia sempat mengetahuinya.
Rajendra mengajak Ignacia berbicara berdua diluar sekolah. Padahal keduanya masih memakai seragam dan membawa tas yang tidak bisa dikatakan ringan. Tapi rupanya yang ingin Rajendra katakan ini lebih penting daripada beban tas yang diangkut masing-masing.
"Tunggu disini," pinta Rajendra setelah keduanya sampai di taman. Cuacanya agak mendung, jadi tidak masalah jika ingin pergi keluar ruangan.
Ignacia menungggu di sebuah bangku taman. Melihat sekitar dan menebak-nebak apa yang ingin dikatakan Rajendra hingga tidak bisa menunggu hingga akhir pekan. Padahal besok sudah hari terakhir keduanya bersekolah. Akhir pekan sudah hampir tiba.
"Vanila." Sebuah es krim cone disodorkan pada Ignacia, dan dilihatnya Rajendra membawa es krim rasa coklat kesukaannya. Tapi mereka datang kemari pasti bukan karena es krim.
"Ada yang ingin kamu katakan?" Ignacia memulai pembicaraan.
"Iya, ada. Sebelumnya maaf karena memintaku jauh-jauh datang kemari. Kuharap Nesya tidak keberatan jika aku menculikmu sebentar." Rajendra tersenyum kecil, namun dalam beberapa detik saja senyumannya menghilang.
Sementara itu, Ignacia hanya diam, memakan es krim vanila miliknya dengan tenang.
"Apa yang ingin dia bicarakan? Jika seperti ini, mungkin topik yang penting. Tapi dia jarang mengatakan padaku soal kegiatannya atau apapun," batin Ignacia.
Ignacia menerka-nerka.
"Ignacia," panggil Rajendra sebelum memulai pembicaraan seriusnya. Yang di panggil tentu menoleh, tapi tidak bertemu mata dengan yang memanggil. Rajendra sibuk mengalihkan pandangan seolah tengah gugup.
"Sepertinya beberapa hari ini aku akan pulang dan berangkat dengan temanku. Temanku ini baru saja pindah rumah di depan rumahku. Kami sekelas. Bagaimana menurutmu?"
"Teman perempuan?" Ignacia ternyata iseng.
Rajendra mengangguk.
Ignacia tidak salah lihat, bukan? Apa Rajendra baru saja mengangguk tadi?
"Kalau kalian tidak keberatan, kenapa tidak? Apa dia tidak memiliki sepeda motor untuk pergi ke sekolah?" Ignacia bertanya, menahan sesuatu yang ada di dalam dirinya agar tidak muncul ke permukaan.
Rajendra mengangguk. Temannya ini memiliki dua orang kakak yang juga membutuhkan sepeda motor. Sementara dia tidak bisa berangkat dengan ayahnya karena terlalu pagi. Jadi solusi terbaiknya adalah ikut di motor Rajendra yang adalah teman sekelas yang sudah dia kenal.
"Ibuku memintaku untuk bersamanya, dan ayah temanku ini meminta dia untuk bersamaku. Bagaimana menurutmu?"
Ignacia bisa mendengar nada bicara yang tidak nyaman dari laki-laki yang duduk di sebelahnya.
"Kalian bisa melakukannya jika diminta oleh orang tua," Ignacia menjawab, "tapi itu terserah padamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Doubi
Pasrah bener kamu, Cia😖 kayak gada cemburu-cemburunya🫂
2023-08-05
1
Vellysia
menculik mu sebentar .. huhu masaa sii sebentar
2023-07-22
1
mama zha
semangat dek
2023-07-02
1