"Aku penasaran. Kenapa hubunganmu dengan Rajendra tidak mirip seperti hubungan kekasih. Maksudku hubungan kalian berbeda sekali dengan Kemala dan kekasihnya." Widia menyahut dari sisi lain meja. Entah kenapa tiba-tiba mengarah ke arah sana. Membuat yang di tanyai gelagapan saja.
"Maksudmu bagaimana?" Ignacia bingung.
"Jika diperhatikan, kalian tidak saling mendatangi kelas satu sama lain atau mengobrol di sela-sela hari. Biasanya sepasang kekasih akan saling mengunjungi jika berada di satu sekolah. Tapi kalian tidak," Rananta menjelaskan.
Mendengar itu, Ignacia tertawa kecil. "Kelas kami dekat, aku bisa melihat dia lewat jendela sesekali. Juga dia harus melewati kelasku untuk sampai di Kantin dan tempat lainnya. Kami tidak punya alasan untuk saling mengunjungi," balasnya santai sambil menatap wajah teman-temannya selama seperkian detik.
"Kalian juga hanya diam saat tidak sengaja bertemu," kini Aruna ikut bicara. Tatapannya mengarah pada Ignacia seolah mencari sesuatu yang ingin dia dengar dari si gadis berambut hitam panjang itu.
"Apa aku harus berubah menjadi lebih atraktif tiap kali bertemu dengannya?" Ignacia membalikkan pertanyaan.
"Biasanya orang-orang lain akan tersenyum sangat manis, menyapa, menatap dengan penuh suka. Tapi kenapa kau tidak pernah melakukannya pada Rajendra?" Berganti Kemala yang bertanya. Mendadak beberapa dari mereka seperti sedang menyerang Ignacia yang sedari tadi diam.
"Aku gugup jika harus melakukannya," Ignacia menjawab. Ucapan Kemala benar juga. Tapi rasa gugup Ignacia terlalu besar hingga menutupi usahanya untuk menjadi lebih seperti kekasih yang baik.
"Kenapa kalian tiba-tiba membahas soal hal semacam itu? Apa yang sedang terjadi antara Ignacia dan Rajendra?" Dianti ikut bicara, menatap mereka yang ada di sekitar untuk meminta penjelasan. Itu karena dia tidak berada di sekolah yang sama dengan kesembilan temannya.
"Ignacia dan Rajendra seperti baru saja kembali menjalin hubungan setelah putus," Utari yang menjawab dengan nada santai.
"Kalian tidak bisa menyimpulkan hal semacam itu hanya karena mereka tidak saling bertemu dan sebagainya. Dari yang kulihat, sepertinya Ignacia sudah berubah. Maksudku dia sudah tidak malu-malu lagi jika ada Rajendra." Maharani ingin menjelaskan hal lain tapi dia gagal.
Ignacia menunduk, dia merasa agak malu dan tersudutkan. Tapi dia tidak membenci teman-teman dekatnya. Mereka semua benar. Ignacia memang terkesan seperti baru saja memulai hubungan lagi dengan pria yang sama. Ignacia sudah berusaha selama ini meksipun kemajuannya seperti tidak terlihat.
Tidak pernah ada kata putus. Hanya Ignacia saja yang sedikit merasa tertekan. Ignacia tidak ingin ada yang tahu.
"Oh ya, kenapa kau tidak pernah memposting foto berdua dengan Rajendra?" Utari bertanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Kemala yang mendengarkan juga ikut berfokus, dia seolah menatap aneh karena temannya ini sangat berbeda.
"Aku tidak bisa menemukan pose yang bagus." Ignacia tersenyum kecut, sangat berat rasanya jika harus membahas soal hubungannya dengan Rajendra. Meskipun dengan orang terdekat, Ignacia tidak ingin ceritanya membuat pandangan orang lain berbeda pada Rajendra.
"Kenapa selalu Rajendra yang memposting foto kalian? Aku pernah melihat Rajendra memposting foto kalian bersama saat kau mendapatkan juara pertama di drama." Widia menyerang lagi. Semuanya jadi agak kacau.
"Entahlah."
"Kau juga lakukan hal yang sama kalau begitu," Rananta kembali bicara, "temanku, hubungannya berakhir karena salah satunya seperti tidak menganggap keberadaan yang lainnya. Aku takut kau mendapatkan hal yang serupa."
"Aku lebih suka menyimpan Rajendra untuk diriku sendiri. Aku juga bingung harus izin bagaimana agar bisa memposting foto kamu bersama padanya." Ignacia kembali menunduk, kembali berfokus pada dessert miliknya.
"Ignacia, teman-teman hanya khawatir karena kalian terlihat tidak sedekat sebelumnya. Kami khawatir jika kamu menyimpan masalahmu sendiri dan tidak membaginya dengan kami lagi. Kau tahu, menyimpan sesuatu sendirian itu tidak baik," di samping itu Indri mencoba untuk menjelaskan.
"Aku mengerti. Kami baik-baik saja. Kami hanya sedang sibuk dengan sekolah masing-masing."
"Jika ada sesuatu yang terjadi, kami bisa menjadi tempatmu untuk bercerita. Jangan sungkan hanya karena kita memiliki kesibukan masing-masing," Maharani tersenyum padanya menguatkan. Dan senyuman itu menular pada yang lainnya.
"Terima kasih, aku menghargainya."
Di tengah obrolan ringan lainnya, ada sebuah ponsel yang suara getarannya terdengar. Mereka mengecek ponsel masing-masing dan mendapati pemiliknya adalah--Kemala.
"Ini dari mamaku. Aku izin pergisebentar." Gadis bermata sipit itu bangkit dari duduknya, membawa ponselnya keluar ruangan. Menutup pintu bersamaan dengan jarinya yang menggeser tombol hijau yang ada di layar pipih miliknya.
"Rananta, aku ingin pergi ke toilet." Ignacia bangkit setelah mendapatkan izin dari pemilik acara. Dia dibantu dua orang dari resepsionis lantai dua untuk mencari letak toilet.
Omong-omong Kemala tidak ada di lorong. Mungkin dia mencari tempat yang sepi untuk menjawab panggilan dari mamanya.
Di dalam toilet yang sepi, Ignacia menatap dirinya sendiri. Membenarkan rambutnya yang agak menganggu. Sorot matanya tampak kelelahan hanya karena berada di dalam ruangan bersama dengan 9 orang lainnya. Antara karena ada banyak orang dan pertanyaan yang teman-temannya tanyakan soal hubungannya dengan Rajendra.
"Aku tahu maksud mereka. Aku tahu mereka ingin membantuku jika ada seseorang yang membuatku kembali sakit hati. Sama seperti yang selalu kami lakukan pada satu sama lain. Tapi kenapa aku sangat tidak suka pembicaraan soal Rajendra?"
"Aku terlalu takut," lirihnya.
Setelah 5 menit, Ignacia hanya mencuci tangannya dan mengeringkannya seolah baru selesai menggunakan bilik toilet. Keluar dengan langkah percaya diri dan akan kembali masuk ke dalam ruangan. Tapi sebelum itu, ada sesuatu yang menarik atensinya. Kaca besar yang ada di sisi lain lorong.
Pemandangannya tidak jauh berbeda dengan yang ada di dalam ruangan. Sama-sama tentang lampu-lampu gedung-gedung pencakar langit, kesibukan jalanan kota, toko-toko dan restoran lain yang lebih rendah. Pemandangan yang tidak bisa dinikmati seseorang setiap waktu.
Kemudian di bawah sana, Ignacia melihat seseorang tengah menjawab panggilan telfon. Entah dari siapa, namun sepertinya sudah bukan mamanya lagi. Wajah Kemala tampak lebih berseri-seri seolah baru mendapatkan hadiah utama.
Mungkin panggilan dari kekasihnya.
Ignacia yang melihatnya jadi ikut tersenyum seperti yang sedang dilakukan Kemala disana. Entah darimana Ignacia merasakan perasaan aneh di dalam dirinya. Dia merasa iri dengan kegiatan Kemala dengan seseorang di ujung panggilan.
"Aku juga ingin bicara dengan Rajendra tanpa menunggu dia selesai dengan kesibukannya. Aku ingin sesekali mengirimkan pesan random tanpa alasan. Semakin lama, aku merasa semakin sendirian. Padahal seharusnya berdua." Tanpa sadar Ignacia berbisik. Kepalanya terasa penuh dengan semua ingatan.
Ignacia masuk ke dalam ruangan sebelum Kemala selesai. Tidak ingin dianggap sebagai mata-mata.
Sekembalinya Kemala dari luar, Aruna dan Widia langsung bertanya kenapa dia kembali begitu lama. Dan rupanya benar apa kata Ignacia. Gadis itu mendapatkan panggilan dari kekasihnya setelah panggilan dengan mamanya selesai.
"Hah memang seperti ini rasanya baru memiliki kekasih. Pasti akan berkirim kabar dan mungkin sebentar lagi akan ada seseorang yang menjemput Kemala," goda Widia untuk kesekian kalinya. Padahal dia juga pernah merasakannya.
"Hei ingatlah dahulu kau pernah mendapatkan perlakuan yang sama. Jangan terus menggodaku," sebal Kemala kemudian duduk di tempatnya. Menyimpan ponsel ke dalam tas.
Ignacia berganti meraih ponselnya dari dalam tas. Sudah bisa ditebak jika dia tidak akan menemukan pesan apapun di layar ponselnya. Tapi rupanya mamanya baru saja mengirimkan pesan. Katanya ayahnya sedang membahas sesuatu dengan saudara perempuannya dan akan terlambat pulang.
Sementara itu jika Ignacia pulang lebih cepat dari kedua orang tuanya, Ignacia akan sendirian di rumah. Athira dan kedua adik laki-lakinya tentu saja ikut pergi ke rumah nenek.
...Mama...
^^^Iya, tidak apa-apa |^^^
^^^Sebentar lagi acaranya selesai |^^^
^^^Aku akan memesan ojek online nanti |^^^
| Jangan lupa untuk mengunci pintu
| Beruntung tadi kamu sempat membawa kunci
^^^Iya, aku beruntung |^^^
| Bagaimana jika mama panggilan Rajendra saja?
| Dia tadi bertanya pada mama apa kamu sudah akan pulang
| Katanya ponselmu tidak aktif
^^^Ah aku baru menyalakannya tadi |^^^
^^^Pesannya mungkin masih dalam proses |^^^
^^^Aku akan pulang sendiri saja |^^^
| Tapi malam-malam begini lebih aman dengan Rajendra
| Jika dia datang, sambut saja, ya
^^^Baiklah, aku mengerti |^^^
Mamanya terlalu menyukai Rajendra.
"Ada apa Ignacia?" Indri yang ada di sampingnya bertanya. Dia menyadari perubahan air wajah temannya dengan cepat. Dia mengambil waktu yang tepat sehingga hanya keduanya yang tahu soal pertanyaan yang datang tiba-tiba.
"Mamaku tidak bisa menjemput setelah acara ini selesai. Ayah masih ada urusan di rumah nenek sekarang. Jadi aku diminta untuk memesan ojek online," jujur Ignacia.
"Begitu rupanya. Lalu kamu akan sendirian di rumah?"
"Ya begitulah." Indri mengangguk-angguk paham.
Setelah Indri di ajak bicara oleh Dianti, Ignacia berhasil membuka roomchat Rajendra. Benar pesan yang datang.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Kamu sudah selesai dengan acara Rananta?
| Ignacia, aku ingin menjemputmu
| Katanya mamamu tidak bisa menjemput
| Ignacia, hubungi aku setelah selesai
Senyuman kecil muncul di sudut bibir Ignacia. Akhirnya ada kalanya Rajendra yang mengirimkan pesan padanya. Dan ada pesan yang menunjukkan bahwa dia tengah senggang dan dapat menunggu balasan pesan dari Ignacia.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
^^^Baiklah, akan aku hubungi nanti |^^^
^^^Setelah ini akan selesai |^^^
| Baiklah, aku akan bersiap-siap kalau begitu
| Jangan menunggu aku diluar
| Berbahaya jika sendirian
Tidak membutuhkan waktu lama hingga Rajendra membalas pesan. Rasanya seperti kembali ke masa lalu saat Ignacia dan Rajendra baru berpacaran. Rasanya seperti masih berada di tahun yang sama dengan Kemala.
...*****...
"Kenapa tidak menunggu disini saja, Ignacia? Aku akan pulang setelah kalian semua pulang."
Rananta padahal sudah menawarkan diri untuk menemani Ignacia di lobi, namun gadis yang tengah dia ajak bicara terlalu keras kepala. Kekeuh ingin menunggu di depan restoran agar yang menjemput tidak perlu berbalik arah. Langsung kembali ke jalanan besar di luar daerah.
"Baiklah kalau begitu. Hubungi aku jika yang menjemputmu sudah datang. Aku akan berada disini."
Ignacia mengangguk, mengucapkan terima kasih pada Rananta dan pamit pergi. Hanya tersisa Rananta dan kedua orang tuanya setelah acara selesai. Mereka akan pulang setelah semua teman sang anak sudah di jemput. Dan kebetulan yang tersisa sekarang hanya Ignacia saja.
Ignacia selesai menghubungi Rajendra untuk menjemputnya. Tidak butuh waktu lama hingga Rajendra datang dengan sepeda motornya. Awalnya dia agak heran saat melihat Ignacia dengan balutan pakaian berwarna dominan coklat susu. Dia tampak berbeda dari yang biasanya memakai warna yang lebih cerah.
"Ada yang salah denganku?" Tanya Ignacia setelah berhasil memakai helm yang disodorkan oleh Rajendra.
Yang menatap itu menggeleng, hanya diam dan membiarkan Ignacia naik ke jok belakang. Katanya tidak akan pulang larut, tapi sekarang jam malamnya sudah habis dan harus segera sampai di rumah. Meksipun seluruh keluarganya tidak ada di rumah. Masih belum selesai dengan urusan disana.
"Bagaimana acaranya?" Tanya Rajendra di sela-sela mengemudi. Tapi Ignacia tidak memperhatikan karena harus mengirimkan pesan pada Rananta jika seseorang sudah menjemputnya pulang.
"Apa katamu barusan?" Tanya Ignacia setelah menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas.
"Bagaimana acaranya?"
"Oh acaranya berjalan dengan baik. Karena hanya orang-orang terdekat yang datang, rasanya lebih hangat dan nyaman . Omong-omong terima kasih sudah membantuku mencari hadiah. Terima kasih sudah menjemputku juga malam ini. Padahal sudah larut. Maaf jika merepotkanmu, Rajendra."
"Tidak perlu berterima kasih. Aku senang bisa memastikan kamu pulang dengan selamat."
Ignacia melingkarkan tangannya di pinggang Rajendra, rasanya nyaman bisa kembali bersama laki-laki yang dia sukai. Rasa aman juga datang setelah dia menemukan posisi terbaik untuk memeluk Rajendra dari belakang. Ignacia merindukan laki-laki yang selalu sibuk dengan organisasi.
"Ignacia, jangan tertidur. Kita masih belum sampai di rumahmu. Apa kamu sudah mengantuk?" Rajendra khawatir karena merasakan tubuh Ignacia yang rileks di punggungnya.
"Tenang saja. Aku tidak sedang mengantuk. Aku hanya ingin memelukmu," jujur Ignacia yang membuat Rajendra tersenyum di balik kaca helm. Rasanya Rajendra ingin terbang saja malam itu setelah mendengarkan kejujuran si gadis.
"Kamu terlihat berbeda dengan pakaian itu. Kamu tidak biasa memakai pakaian berwarna coklat selain seragam Pramuka."
"Aku terlihat bagaimana?"
"Cantik."
Di belakang, Ignacia sedang mencoba untuk menahan senyumnya agar tidak mengembang berlebihan. Satu kata yang sudah biasa Ignacia dengar dari mamanya rasanya berbeda jika Rajendra yang mengatakannya. Padahal ini bukan pertama kalinya laki-laki ini menyebut Ignacia cantik.
"Ini alasan kenapa aku selalu ingin menyimpanmu hanya untuk diriku sendiri, Rajendra."
"Apa?" Kebetulan saat Ignacia bergumam itu sepeda motor Rajendra berhenti di lampu merah. Menunggunya hijau memberikan jeda untuk keduanya mengobrol tanpa berteriak.
"Tidak apa-apa. Aku hanya bicara jika aku akan sendirian di rumah setelah kamu mengantarku. Orang tua dan adik-adikku masih ada di rumah nenek untuk sebuah urusan."
"Sampai jam segini?" Rajendra terkejut. Ignacia dapat melihatnya dari spion.
"Iya. Ayahku sangat menyayangi orang tuanya hingga lebih suka berlama-lama disana."
"Kalau begitu mau aku temani hingga mereka datang?"
"Ti-Tidak perlu. Aku baik-baik saja," Ignacia gugup.
"Hah kamu membuatku semakin ingin menyimpanmu hanya untukku, Rajendra!" Teriak Ignacia dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Moonlight
liatin si doi dari jauh emang lebih baik 🤣
2023-09-02
1
kimraina
Aku mau punya temen ky gni jg 😿
2023-06-30
1
canvie
gengsi oh gengsiii mengapa engkau tinggi
2023-05-17
1