Sebuah pesan masuk, dari teman dekat Ignacia--Utari yang berada di kelas lain, salah satu anggota OSIS juga seperti Nesya. Tapi keduanya tidak begitu dekat. Ya hanya hubungan kerja organisasi dan saling mengenal dengan nama saja.
| Wah kau akan terkejut dengan apa yang kulihat hari ini
| Kau pasti senang mendengarnya
Begitulah isi pesan seorang teman yang berhasil menarik perhatian Ignacia. Dengan segera Ignacia yang tengah membaca novel di atas tempat tidurnya itu pun menandai halaman novel sebelum beralih membalas pesan yang masuk.
^^^Ada apa? |^^^
^^^Sepertinya aku tidak melakukan apapun |^^^
Tidak butuh waktu lama hingga Utari membalas.
| Biar kuceritakan saja ya
| Jadi hari ini ada technical meeting di aula kecil
Ah benar juga. Ada technical meeting.
| Kami menggunakan laptop Rajendra
| Memasangkannya di proyektor
| Lalu saat membuat WhatsApp di laptop
| Aku dapat melihat dengan jelas kontakmu disana
| Ada di bagian paling atas, disematkan pula
| Lalu kau tahu apa yang kudapatkan dari itu?!
^^^Pesanku yang hanya dia baca? |^^^
| Bukan, bukan itu
| Aku melihat emoticon Stroberi di kontakmu
| Nama kontakmu diberikan emoticon Stroberi
| Wah itu menggemaskan sekali
| Aku tidak tahu jika Rajendra bisa melakukannya
| Maksudku aku tidak tahu jika dia bisa berpikir demikian
Ignacia tersenyum dan tertawa kecil karena pesan bersemangat dari teman baiknya sejak SMP.
^^^Tapi itu aku yang melakukan |^^^
^^^Aku yang memberikan emoticon itu untuk kontakku |^^^
| Yahh aku kecewa mendengarnya
| Kukira dia yang berinisiatif untuk memberikan emoticon
| Rupanya kamu yang memberikannya Ignacia
^^^Iya, aku yang melakukannya |^^^
^^^Karena dahulu rasanya lucu |^^^
^^^Diberikan emoticon seperti itu |^^^
| Padahal kamu memberikan nama yang lucu
| Untuk kontak Rajendra
| Tapi kenapa dia tidak melakukan hal serupa?
^^^Entahlah |^^^
^^^Itu hal yang tidak penting juga |^^^
^^^Jika aku tidak berinisiatif |^^^
^^^Mungkin nama kontakku hanya bertuliskan 'Ignacia' |^^^
| Iya benar
| Rajendra bukan laki-laki fiksi
| Seperti yang ada di novelmu
^^^Haha sayangnya bukan |^^^
Percakapan via chat dengan seorang teman Ignacia itu berlangsung lama. Masing-masing membahas soal hari yang berat, sesuatu yang kadang tidak ingin Ignacia bagi dengan Rajendra yang sibuk. Memang laki-laki itu pasti tidak ada waktu untuk membaca pesan yang berisi keluh kesah Ignacia.
Hari sudah semakin malam, waktunya Ignacia untuk memakai perawatan wajah sebelum tidur. Tapi sebelum dia bisa melakukan ritual malam, sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Jika dari suara notifikasinya, sepertinya itu Rajendra.
...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...
| Jam berapa kamu pulang tadi?
^^^Kurasa lebih dari pukul 5 sore |^^^
^^^Bagaimana harimu? Ada yang spesial? |^^^
| Hanya aku dapat menemuimu di sekolah
| Kita jarang melakukannya, jadi itu spesial
| Aku masih merindukanmu
^^^Bukankah tadi kita sudah bertemu dan mengobrol? |^^^
| Kita sudah jarang sekali mengobrol seperti itu
| Jadi kurasa aku menginginkan lagi
| Apa kamu tidak merindukan aku?
^^^Bagaimana jika pergi keluar dan makan es krim besok? |^^^
^^^Hari ini kamu pasti lelah karena Technical meeting |^^^
| Wah aku tidak percaya jika kamu tidak lagi menolak
| Aku juga masih tidak percaya jika kamu sudah berubah
| Tentu, ayo bertemu besok sore
| Akan kuberikan es krim yang kamu suka
^^^Haha terima kasih |^^^
^^^Jadi sekarang istirahat saja |^^^
| Ya, kurasa aku butuh itu
| Selamat malam
Hanya sampai disana chat hari itu. Ignacia sibuk dengan novel dan ritual malam, sementara Rajendra mungkin sudah tertidur karena kelelahan. Meksipun dia pulang lebih awal dari Ignacia yang masih melakukan sesi foto dengan teman-teman selama makan rujak buah dan yang lainnya.
"Hari sudah cukup menyenangkan. Biar besok juga menyenangkan setelah bertemu dengan Rajendra," gumam Ignacia sambil mengoleskan krim terakhir sebelum kembali membaca novel di atas tempat tidur. Lampu utama masih menyala hingga waktunya untuk tidur.
Namun sebelum itu, Ignacia mengecek ponselnya. Bukan untuk melihat pesan yang mungkin dikirim oleh Rajendra, ada room chat lain yang dia buka sebelum benar-benar mengakhiri hari.
| Nama kontakmu diberikan emoticon Stroberi
| Wah itu menggemaskan sekali
| Aku tidak tahu jika Rajendra bisa melakukannya
Ignacia tersenyum, memikirkan jika saja benar Rajendra yang memiliki inisiatif untuk memberikan sesuatu yang bisa membuat kontak Ignacia lebih spesial. Tapi sayangnya, Rajendra yang asli tidak akan pernah melakukan hal semacam itu.
| Padahal kamu memberikan nama yang lucu
| Untuk kontak Rajendra
| Tapi kenapa dia tidak melakukan hal serupa?
Mana mungkin Rajendra akan melakukannya. Biar saja Ignacia yang melakukan hal imut untuk membuat kontak kekasihnya lebih spesial dari yang lain. Lagipula Ignacia tidak begitu peduli dengan hal-hal yang berbau romantis. Mereka sudah lama bersama. Bukan hal romantis yang membuat keduanya bertahan.
Meskipun kadang sering kurang komunikasi dan salah satu pihak cenderung menyembunyikan atau tidak menceritakan sesuatu yang dialaminya ke pihak lain. Hanya hal-hal yang berhubungan dengan perhatian kecil dan rasa pengertian atas kesibukan masing-masing saja yang membuat keduanya tetap menjalin hubungan yang sudah lumayan lama ini.
"Baiklah, ayo tetap bersemangat hingga akhir pekan, Ignacia."
...*****...
Sesuai janji, keesokan harinya Ignacia pergi berkencan dengan Rajendra. Keduanya tidak pergi ke kafe jika hanya ingin makan es krim. Rajendra membawa si gadis berambut panjang pergi ke sebuah taman. Tempat dimana mereka bisa menikmati waktu dengan tenang.
Tapi Rajendra katanya terlalu lelah dengan ujian fisika yang ada siang tadi dan membutuhkan sedikit istirahat. Alhasil waktu bertemu keduanya bergeser ke waktu setelah makan malam. Ignacia tidak marah dengan itu, dia mengerti situasi Rajendra yang kepalanya kelelahan.
Fisika mungkin tidak begitu mudah baginya.
"Dingin?" Rajendra bertanya pada si gadis saat berhenti untuk lampu merah. Bisa dirasakannya jika Ignacia sejak tadi agak tidak nyaman karena udara dingin. Dia sudah memakai sweater, namun telapak tangannya masih saja terasa dingin.
Ignacia tidak mengaku saat Rajendra bertanya. Menurutnya dia bisa mengatasinya. Jika dia bilang dingin, mungkin Rajendra tidak akan membiarkannya untuk makan es krim malam ini. Padahal dia ingin keluar untuk makan es krim dengan Rajendra agar tidak perlu membeli banyak jika saja adiknya juga ingin.
"Masukkan tanganmu ke dalam saku jaketku saja," saran Rajendra sebelum sepeda motornya kembali berjalan di jalanan yang tidak begitu ramai. Ignacia menggeleng, dia tidak ingin rencana makan es krimnya batal karena angin malam yang terbilang dingin jika berada di jalanan.
Tanpa aba-aba Rajendra kemudian menarik kedua tangan Ignacia masuk ke dalam saku jaketnya untuk menghangatkan diri. Benar saja telapak tangan Ignacia agak dingin. Rajendra diam saja, masih mengemudi dengan satu tangan dan tangan lainnya dia gunakan untuk menghangatkan tangan Ignacia.
"Maaf karena aku memundurkan waktu kencan kita. Aku seharusnya bisa mengerti jika malam ini akan dingin. Aku minta maaf, Ignacia," sesal Rajendra.
Keduanya sampai di taman. Padahal Ignacia baru saja turun, langsung diberikan permohonan maaf dengan tatapan mata tulus Rajendra. Tidak lupa kedua tangan Ignacia yang di genggam Rajendra untuk menyalurkan kehangatan.
"Tidak masalah. Yang penting kita bisa makan es krim hari ini. Aku yang akan membelinya, biar kamu mengurus sepeda motornya sekarang. Tunggu sebentar ya."
Ignacia memberikan helm yang dia gunakan pada Rajendra yang masih berdiri di samping motor, berlari-lari kecil ke arah sebuah minimarket yang berdiri tak jauh dari sana. Dari tempatnya, Rajendra dapat melihat semangat si gadis yang berada di balik balutan sweater berwarna biru dan pink pastel itu.
"Menggemaskan," bisiknya entah sadar atau tidak.
Di dalam minimarket, Ignacia langsung mendekati mesin pendingin yang menyimpan es krim. Matanya tertuju pada es krim cone dengan rasa vanila kesukaannya. Baru saja akan mengambil es krim yang berada paling atas, namun kemudian tangannya bersentuhan dengan seseorang yang juga akan mengambil es krim serupa.
"Eh maaf," Ignacia langsung mundur satu langkah dan menarik tangannya dari dalam pendingin. "Oh Rajendra?"
Tapi rupanya si laki-laki sudah sampai. Sengaja Rajendra ingin membuat Ignacia seolah-olah tidak sengaja menghalangi seseorang yang akan meraih es krim. Tapi kenapa Rajendra bisa datang kemari dengan cepat? Ignacia saja yang tidak harus memikirkan motor baru datang.
"Sudah kukatakan jika aku saja yang membeli es krim. Kamu bisa menitipkan sesuatu padaku jika ada yang kamu inginkan. Kamu tidak perlu jauh-jauh kemari," Ignacia kembali mendekat, akan mengambil es krim dari pendingin.
"Kenapa tidak? Aku sedang ingin berada di dekatmu."
Rajendra serius mengatakannya? Ungkapan sederhana itu langsung diterima Ignacia dengan baik. Si gadis mengangguk-angguk dan meraih es krim yang dia inginkan. Tapi sebelum itu dia menunggu Rajendra yang masih sibuk memilih.
Ada lebih banyak variasi rasa untuk rasa coklat, jadi biarkan saja Rajendra bingung. Tapi ujung-ujungnya dia juga memilih es krim coklat kesukaannya. Es krim yang bisa Ignacia bawakan untuknya tanpa harus datang ke minimarket juga.
"Aku bisa bawakan es krim itu tadi," bisik Ignacia tepat di telinga Rajendra kemudian mendahului menuju kasir.
...*****...
Taman suasananya lebih tenang dari Alun-alun kota. Anak-anak lebih menyukai alun-alun yang luas dan memiliki banyak mainan daripada taman. Itu membuat para orang tua lebih sering membawa mereka bermain di alun-alun kota.
"Ada kabar baik apa hari ini?" Tanya Ignacia memulai obrolan.
Dia sudah mulai membuka es krim cone miliknya, begitu pula dengan Rajendra yang sudah mulai makan es krim. Laki-laki di samping Ignacia mengangkat bahu tidak tahu. Rasanya tidak ada sesuatu yang bisa dia bagikan.
"Bagaimana denganmu, Ignacia? Ada yang menarik hari ini?"
"Rasanya aneh kita bicara seperti ini," Ignacia tidak bisa menahan tawanya, "padahal kita biasanya tidak bertanya seperti ini. Benar?"
"Iya, kita tidak biasa bicara seperti ini. Mau mencoba es krim milikku?" Rajendra menawarkan es krim miliknya, tapi Ignacia menolak. Dia lebih menyukai vanila daripada coklat.
"Technical meeting kemarin itu menggunakan laptop milikmu, Rajendra?" Tiba-tiba Ignacia langsung membahas hal lain begitu cepat seolah lupa jika tadinya mereka tengah merasa aneh dengan pertanyaan orang awam yang aneh bagi keduanya.
"Iya, kemarin menggunakan laptopku. Bagaimana kamu bisa tahu? Aku bahkan tidak mengatakannya." Tentu saja tidak. Laki-laki ini pasti menganggap bahwa Ignacia tidak perlu tahu hal-hal remeh tentangnya di dalam organisasi.
"Hehe, seorang temanku memberitahuku soal itu kemarin. Saat kamu masih offline lama sekali."
"Benarkah? Bagaimana ceritanya?"
Rajendra menunjukkan ketertarikannya pada cerita yang akan Ignacia katakan. Persis seperti apa yang teman Ignacia katakan padanya kemarin. Pasal roomchat yang dipikir adalah inisiatif pemilik laptop.
"Tapi dia terlihat kecewa saat tahu bahwa yang memberikan emoticon Stroberi itu adalah aku dan bukannya kamu. Dia mengira jika kamu memiliki inisiatif yang menggemaskan untuk membuat roomchat ku menjadi lebih istimewa. Lebih dari hanya petunjuk bahwa roomchat ku disematkan."
Ignacia masih fokus dengan es krimnya selama bercerita, dia tidak begitu berani untuk membalas tatapan mata yang begitu memperhatikan. Rasanya sangat aneh saat mendapatkan banyak perhatian.
"Haha rupanya ada seseorang yang bisa salah paham. Tapi memang begitu adanya. Aku tidak begitu romantis dan hanya menerima apa yang kamu lakukan pada kontakmu sendiri."
Rajendra yang awalnya menatap Ignacia ini mengalihkan pandangan pada pemandangan di sekitar. Taman yang terang ini hanya diisi oleh beberapa orang yang menikmati malam dan berkencan. Tidak ada begitu banyak orang yang datang.
"Ignacia, aku akan menjadi panitia di perlombaan di sekolah nanti. Aku akan pulang malam, tidak bisa dihubungi dan-"
"Aku sudah menduga itu." Ignacia memotong ucapan Rajendra dengan cepat, memberikan senyuman dan menatap Rajendra selama seperkian detik. "Ku tahu jika kamu akan begitu. Karena tugasmu selalu begitu," lanjutnya.
"Sepertinya temanmu ini mengatakan banyak hal padaku, benar? Bahkan kamu tahu soal itu." Rajendra terkekeh pelan.
Ignacia menggeleng, air wajahnya tampak berbeda. "Aku tahu jika kamu pasti akan menjadi panitia. Aku tahu perlombaan yang datang setiap tahun ini tidak mungkin membiarkan para anggota OSIS dan MPK istirahat. Kau tahu kalian semua akan sibuk dengan persiapan dan laporan."
Hening. Keduanya berhenti memakan es krim yang masih lumayan banyak di tangan masing-masing. Seolah pembicaraan soal panitia ini merusak malam yang seharusnya menyenangkan.
"Maaf jika aku harus membuatmu merasa ditinggalkan lagi, Ignacia. Kamu mengerti situasi ku saat ini."
Ignacia jauh lebih tahu daripada siapapun. Sekuat tenaga dia tidak akan bilang pada seseorang di sampingnya ini bahwa dia akan menunggu pesan yang mungkin akan Rajendra kirimkan. Sekuat tenaga dia terlihat biasa saja, seolah tampak biasa dengan segala kesibukan yang sungguh menyita waktu keduanya untuk berkomunikasi.
Ignacia paling benci ini.
"Rajendra kemungkinan besar akan menjadi panitia di perlombaan nanti," begitu berita yang Ignacia dengar.
"Menurutmu kenapa aku bilang untuk bertemu denganmu hari ini, Rajendra?" Ignacia menoleh pada si laki-laki, mata keduanya bertemu beberapa detik hingga kalimat tadi dilanjutkan
"Karena aku tahu jika setelah ini aku akan sangat sulit untuk bertemu denganmu. Berkirim pesan saja sudah semakin jarang setiap tahunnya karena kesibukan mu. Apalagi bertemu, itu sebuah hal yang mustahil karena kamu masih menjadi ketua organisasi. Aku sedang mengambil waktumu sekarang."
"Kau menyadarinya, Rajendra?" Ignacia bertanya karena Rajendra tidak segera memberikan respon.
"Kurasa aku hanya datang karena merindukanmu, Ignacia. Aku tidak berpikir bahwa kamu mencuri waktuku."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
Moonlight
bucin banget kalian 🥰
2023-08-30
1
Ara Julyana
sosweet sih kata-katanya itu lho...
2023-07-29
1
Vellysia
Aaaalamaaak...Aku suka bab ini.
semangat, kak. Cerita kebucinan nya amat sweet di mataku.
2023-07-21
1