Aku Antar

"Kamu sudah akan pulang, Rajendra?"

Kemunculan Rajendra yang tiba-tiba dari depan laboratorium biologi agak mengejutkan. Tapi tidak membuat senyuman Ignacia hilang begitu saja. Dia suka dengan situasi yang membuatnya lebih berani untuk berjalan ke arah Rajendra lebih dahulu.

"Iya, sebentar lagi aku akan pulang. Bagaimana denganmu? Kapan kamu akan pulang? Sudah sore." Tatapan yang diberikan Rajendra itu tulus, namun agak memberatkan bagi Ignacia. Itu tatapan mata membius yang selalu digunakan Rajendra saat menatap kekasihnya.

Kenapa sampai sekarang Ignacia masih belum berani untuk menatap mata Rajendra dari jarak dekat? Padahal sudah hampir 4 tahun hubungan keduanya.

"Entahlah. Mungkin masih nanti. Kamu sudah dijemput?"

Beberapa hari terakhir sepeda motor Rajendra mengalami masalah dan harus menetap di bengkel cukup lama. Jadi untuk saat ini ayah Rajendra yang menjemputnya setiap ada kesempatan, atau mungkin pulang diantar teman laki-lakinya.

Rajendra menggeleng, dia bahkan belum menghubungi ayahnya sejak tadi. Sepertinya hanya untuk mengulur waktu agar bisa lebih lama bersama Ignacia. Kesempatan seperti ini tidak mudah didapatkan. Ignacia tampak selalu gugup dan seolah menolak Rajendra mendekatinya di sekolah.

"Kamu mau menunggu di depan sekolah?" Tawar Ignacia secara suka rela, "ayo kita pergi," lanjutnya. Rajendra semakin bingung saja dengan tingkah Ignacia yang berubah secara tiba-tiba.

"Maksudnya kamu ingin mengantarku sampai di gerbang depan sekolah?" Rajendra sedikit menebak-nebak apa yang diinginkan Ignacia. Dan rupanya itu benar. Gadis di hadapannya mengangguk dan tersenyum kecil. "Ada apa ini? Tumben sekali. Tapi seharusnya aku yang mengantar, bukannya kamu."

"Kenapa tidak?"

Rajendra tidak menjawab. Dia hanya senang karena Ignacia sedikit lebih lunak padanya. "Kamu sudah selesai makan rujak buah, Ignacia?"

"Iya, sudah cukup. Sekarang ayo kita pergi ke gerbang depan."

"Kita duduk sebentar saja. Akan aku hubungi ayahku sebentar lagi." Ignacia mengekor di belakang Rajendra, mengikuti dengan langkah kaki ringan meksipun tali sepatunya sama sekali tidak diikat. Dibiarkan saja lepas karena malas membenarkannya.

Baru saja keduanya akan berjalan, namun sebuah sepeda motor tengah melaju ke arah keduanya. Ignacia dibawa minggir oleh Rajendra padahal gadis itu bisa melakukannya sendiri. Mata laki-laki yang mengendarai sepeda motor itu--teman sekelas Ignacia--bersitatap dengan Rajendra.

Mereka saling menyapa.

Setelah teman Ignacia itu pergi, si gadis berambut panjang di belakang Rajendra itu buru-buru menyelaraskan langkah dengan kekasihnya. "Bagaimana kamu bisa mengenal dia?" Mana tahu Ignacia jika Rajendra mengenal salah satu temannya.

"Kami sama-sama masuk ke ekstrakurikuler robotik," jawab Rajendra enteng. Wah jadi selama dua-tiga tahun terakhir keduanya saling kenal. Sebuah kejutan temannya bisa berteman dengan Rajendra.

Dikiranya karena berbeda jurusan, Rajendra tidak akan mengenal teman-temannya. Ignacia hampir lupa soal ekstrakurikuler lain yang mungkin mengikutsertakan anak dari jurusan bahasa seperti laki-laki tadi.

Lorong kelas 12 Ips tengah sepi. Hanya ada Ignacia dan Rajendra saja disana. Keheningan, kecanggungan, perasaan aneh muncul silih berganti seperti saluran televisi.

"Kapan ayahmu akan datang?" Ignacia bertanya untuk mengubah suasana yang canggung, "kenapa tidak menunggu di depan saja agar cepat pulang?"

"Ayahku bahkan baru masuk ke kamar mandi sebelum menjemputku. Tenang saja, masih ada cukup waktu sebelum aku pulang." Rajendra tersenyum, namun sayangnya Ignacia tidak begitu berani untuk menatapnya. Yang dia pikirkan hanya apa sikapnya ini sudah bagus untuk Rajendra.

"Kenapa ya kadang ayah harus pergi ke toilet sebelum mengantar atau menjemput anaknya dari sekolah?" Rajendra mengangkat bahu tidak tahu, mana pernah dia memikirkan hal seperti itu. Tidak mungkin ada hal lain selain karena panggilan alam yang harus segera dituntaskan.

"Tunggu sebentar," sebuah panggilan muncul di ponsel Rajendra, membuatnya bangkit dari duduk dan memberikan jarak antara dia dan Ignacia beberapa langkah sebelum mengangkatnya.

Mungkin seorang temannya, mungkin tentang urusan organisasi dan sebagainya, pikir Ignacia sambil menunduk melihat sepatunya yang masih belum diikat dengan benar. Beruntung ruang yang sangat longgar itu tidak membuat sepatunya terlepas dan terlihat konyol di depan orang-orang.

Ignacia tidak bertanya siapa itu setelah Rajendra kembali. Ya pasti bukan urusannya juga.

"Ayahmu masih lama datangnya?" Ignacia bertanya lagi di sela-sela keheningan. Rajendra tertawa kecil.

"Sudah kubilang jika kita masih memiliki waktu untuk mengobrol sebentar. Kenapa kamu sangat ingin aku segera pulang hm? Lalu kenapa kamu tiba-tiba ingin mengantar aku hingga ke depan hm? Ini pertama kalinya kamu melakukan ini."

"Aku ingin mencobanya saja. Sejujurnya aku ingin melakukan ini juga setelah dramaku waktu itu. Tapi aku tidak bisa melangkah dengan benar menggunakan kebaya itu. Jadi aku tidak bisa mengantarmu hingga ke gerbang sekolah. Aku minta maaf."

Ignacia menatap kekasihnya dengan keberanian yang sudah dikumpulkan beberapa detik sebelumnya. "Aku tidak bersikap cukup baik padamu. Padahal kamu pulang sore karena menonton dramaku, tapi aku justru membiarkan kamu pergi sendirian sementara aku bersama teman-temanku."

Wajah Rajendra mulai agak memerah, antara tersentuh atau gemas dengan apa yang Ignacia katakan. Tangannya bergerak untuk mengelus surai panjang Ignacia tanpa memutuskan kontak mata.

Tangan Rajendra kini ada di puncak kepala si gadis, "kenapa kamu meminta maaf? Aku tahu jika tidak mudah berjalan dengan kecepatan yang berbeda seperti yang biasa kamu lakukan. Aku tidak keberatan jika pergi sendirian. Jangan merasa bersalah."

"Tidak, kali ini aku ingin mengantarmu hingga di depan pagar. Ayahmu akan segara datang?"

Lagi-lagi sikap Ignacia yang sungguh berubah seratus delapan puluh derajat ini mengambil hati Rajendra. Tapi apa begini caranya agar laki-laki ini selalu jatuh cinta dengannya setiap saat? Entahlah. Ignacia tidak pernah tahu.

"Ayahku masih lama untuk sampai. Lalu kapan kamu akan pulang? Apa acara di kelasmu masih akan lama?" Tangannya kini sudah ditarik kembali setelah sedikit merapikan rambut Ignacia yang agak berantakan sambil bicara.

"Entahlah, mungkin akan lama. Sekarang aku pulang lebih lama darimu. Tidak seperti biasanya. Sekarang aku yang akan merasakan pulang sore sepertimu biasanya." Ada nada menyindir lucu dari Ignacia pada Rajendra. Memang laki-laki itu yang selalu saja pulang sore dan malam.

"Hei aku disini untuk melakukan tugas-tugas sebagai ketua MPK. Kamu tahu sendiri bagaimana organisasi berjalan."

Ignacia mengangguk-angguk saja. Mengalihkan perhatian pada kedua sepatunya yang kini sudah tidak memeluk kakinya. Jika digunakan berjalan cepat mungkin akan lepas.. Di satu sisi, sekuat tenaga Ignacia berusaha agar terlihat normal. Padahal sedari tadi dia menahan rasa gugup. Dan di sisi lain memikirkan soal sepatu.

Ada pembicaraan lain di tengah waktu menunggu. Ignacia bicara soal hantu-hantu di kelasnya dan kegiatan yang seharusnya dia lakukan lebih dahulu sebelum pergi ke kelas. Cerita yang sama seperti yang dia ceritakan pada Nesya tadi. Rajendra terkekeh karena mendengar Ignacia banyak bicara di dalam satu pertemuan. Tidak seperti dia yang biasanya diam.

"Kurasa aku harus datang lebih siang," ucap Ignacia di akhir ceritanya. Dia tidak menatap Rajendra karena gugup, jadi tidak bisa melihat senyuman kecil di wajah tampan itu.

"Iya, seharusnya kamu datang lebih siang. Lain kali kamu tidak perlu masuk ke kelas jika melijat hantu-hantu seperti itu. Kamu pergi saja meskipun Nesya belum datang," saran Rajendra.

"Tapi kamu tau sendiri jika aku tidak akan pergi kemanapun jika berada di sekolah kecuali jika diajak pergi ke toilet dan koperasi. Aku juga ingin tidak masuk ke kelas. Tapi aku akan berada dimana jika tidak di kelas?"

"Datang saja ke kelasku."

Sekarang Ignacia yang terkekeh, dia menoleh dan mendapati tatapan Rajendra yang terasa sangat damai padanya. "Jangan membuatku terlihat seperti para hantu di kelasku, Rajendra. Lagipula aku lebih suka bertemu denganmu diam-diam daripada berada di keramaian."

Mata keduanya bertemu. Ada kedamaian di dalamnya.

"Bagaimana jika pergi ke gerbang sekarang? Mungkin ayahmu sudah datang, Rajendra." Ignacia lebih dahulu bangkit, tidak peduli lagi dengan sepatunya. Dia mengulurkan tangan kepada Rajendra sebagai kode untuk laki-laki itu juga bangkit dan akan dia antar hingga di depan sana.

"Kamu serius?" Rajendra masih terkekeh, menerima tawaran tangan itu dan ikut bangkit. Namun tentu keduanya tidak mungkin untuk bergandengan tangan di area sekolah.

Omong-omong, hari ini, Ignacia dan Rajendra banyak tersenyum ke satu sama lain.

Baru saja keluar dari lorong, kembali ke jalanan panjang yang menghubungkan banyak tempat. Di ujung jalan sana, di depan perpustakaan, di dekat jalan keluar gerbang depan, tiga-empat teman Rajendra tengah berdiri disana dan mendapati seseorang yang tengah berjalan di samping si ketua MPK. Salah satunya adalah laki-laki yang seperti sedang membawa laptop.

Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya dan bertingkah seolah akan mengambil gambar Ignacia dan Rajendra yang tengah berjalan bersama ke arah mereka. Tapi peringatan dari Rajendra yang tegas membuatnya tidak berani dan mengurungkan niat bercandanya.

"Memangnya kenapa jika dia mengambil gambar kita?" Ignacia bertanya pada kekasihnya, namun mungkin Rajendra tidak mendengar pertanyaan dengan suara kecil. Jadi biar saja Ignacia merasa penasaran hingga mendapatkan jawaban.

Sampai di ujung jalan, tempat beberapa manusia dari organisasi MPK berdiri, Rajendra menagih laptop yang dibawa si laki-laki iseng. Sepertinya sesuatu yang mereka lakukan di aula kecil itu menggunakan laptop milik Rajendra.

Setelah sampai di ujung jalan, perjalanan menuju gerbang depan sudah ada di depan mata. Ignacia berdiri di ujung jalan hingga membuat Rajendra juga menghentikan kakinya dan menoleh dengan bingung. "Baiklah kalau begitu," ucap Ignacia seperti akan meninggalkan Rajendra hingga sampai disana.

"Kamu bilang ingin mengantarku sampai ke gerbang depan, Ignacia," protes Rajendra dengan nada candaan.

"Hm, kamu benar." Tidak jadi sampai sana. Ignacia melanjutkan langkahnya lagi, Rajendra masih saja memerhatikan dia hingga bisa kembali menyelaraskan langkah. Semakin dekat dengan pagar sekolah, rasanya Ignacia senang sekali.

"Tapi ayahku yang akan menjemput," bisik Rajendra yang bisa didengar oleh Ignacia.

"Lalu kenapa jika itu ayahmu?"

"Hm? Tidak apa-apa."

Kenapa Rajendra membuat Ignacia bertanya-tanya tanpa berniat menjelaskan? Ya memang Ignacia belum pernah bertemu dengan orang tua Rajendra, hanya dengan Ibu Rajendra saja. Itu pun hanya sekali saja bertemunya.

Entah Rajendra pernah bicara dengan sang ayah soal Ignacia atau tidak, Ignacia tidak tahu.

"Sudah sampai, sekarang kamu yang kembali ke kelas," ucap Rajendra kemudian memberikan senyuman terakhir sebelum benar-benar pergi dan membiarkan Ignacia berbalik untuk kembali ke kelasnya.

Tapi Ignacia ya tidak pergi secepat itu. Baru saja dia berjalan dia langkah dari tempatnya berpisah dengan Rajendra, ada sebuah kejadian aneh di depan matanya.

Sebuah ikan koi besar keluar dari dalam kolam yang ada di depan kantor TU, tepat di depan mata Ignacia bahkan.

Rajendra masih ada di dekat pagar, ikut melihat ikan besar berwarna campuran putih dan merah itu menggelepar di atas paving. Rasanya seperti dia ingin kabur dari kolam dan memulai hidup barunya dengan bernafas menggunakan paru-paru.

Ignacia menunjuk ikan yang sedang coba ditangkap oleh seorang satpam. Rajendra mengangguk-anggukkan kepalanya, kode bahwa dia juga tengah melihat ikan itu tadi. Dia juga memberi kode agar Ignacia segera kembali setelah ikannya berhasil masuk kembali ke dalam kolam.

"Sampai jumpa," lambaian tangan terakhir dari Ignacia dan dia benar-benar kembali kelas.

"Iya, sampai jumpa. Hati-hati di jalan pulang nanti. Cepatlah kembali dan melanjutkan makan."

Dia mendapati Nesya di depan kelas saat dia kembali. Semua sudah di bereskan dan sekarang dia di ajak Nesya untuk mengambil sepeda motor di tempat parkir ke depan kelas agar dekat dengan jalan keluar sekolah. Juga agar tidak perlu jauh-jauh pergi ke tempat parkir sebelah Utara sekolah itu.

"Huh kamu meninggalkan aku untuk pergi berkencan," marah Nesya dengan nada bicara yang dibuat-buat. Ignacia tertawa kecil dan meminta maaf karena meninggalkan teman baiknya ini sendirian. Ignacia padahal sudah izin padanya.

"Jadi kamu mengantarkan Rajendra sampai di depan gerbang? Wah kamu berani sekali. Tidak seperti biasanya. Saat muncul di depan Rajendra tadi juga. Bagaimana kamu bisa begitu berani hari ini?" Nesya jadi ikut bingung. Dia juga menjadi saksi dari tingkah aneh Ignacia.

"Aku ingin melakukan sesuatu yang biasanya dilakukan oleh orang yang berpacaran. Aku ingin tahu apa aku bisa membuatnya salah tingkah atau tidak," jujur Ignacia. Lagipula hanya ada keduanya di jalan menuju tempat parkir.

"Lalu bagaimana hasilnya?"

"Entahlah, aku tidak paham."

Ignacia belum belajar banyak soal perasaan ketika sedang jatuh cinta. Perasaan dominan yang selalu dia rasakan hanya perasaan seperti ada banyak kupu-kupu yang berterbangan di dalam perutnya. Saat berjalan dengan Rajendra tadi juga seperti itu, tapi tidak begitu banyak kupu-kupu yang terbang.

"Mau aku bonceng?" Kebetulan hari itu Neysa datang dengan diantar oleh sang kakak, jadi dia hanya ingin menemani teman yang tengah berbunga-bunga ini untuk mengambil sepeda motornya. Ignacia tentu tidak menolak tawaran itu dan duduk di jok belakang. Tidak lupa memegang helm miliknya.

"Wah aku melakukan pencapaian yang mengagumkan," senang Ignacia. Dia berteriak dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Moonlight

Moonlight

suka banget karakter si cwok selalu bikin baper :)

2023-08-30

1

Doubi

Doubi

Ignacia, ini kamu emang males-malesan atau cuma mau ngode ke mas pacar buat benerin tali sepatu, sih?

2023-07-28

1

hyOvaltine

hyOvaltine

Astaga Jendra

2023-07-18

1

lihat semua
Episodes
1 Hadiah Kecil
2 Persiapan Hati
3 Kejutan Untukmu
4 Hanya Ingin
5 Aku Antar
6 Emoticon Stroberi
7 Agak Sensitif
8 Workaholic
9 Pertandingan
10 Backstreet?
11 Simpan Sendiri
12 Happy Anniversary
13 Kurang Dewasa
14 Panitia Keren
15 Tugas Pramuka
16 Teman Perempuan
17 Bukan Egois
18 Waktunya Istirahat
19 Menit Berharga
20 Dasar Mimpi
21 Ingatan Lampau
22 Tidak Sengaja
23 Aku Menyukaimu
24 Terus Terang
25 Aku Cemburu
26 Teman Lama
27 Keluar Kota
28 Kita beruntung
29 Bahaya Besar
30 Tidak Adil
31 Depan Rumah
32 Ditinggal Sendiri
33 Jadi Ketahuan
34 Informasi Penting
35 Sebelum Pergi
36 Panggilan Singkat
37 Keadaan Mendadak
38 Dia Monster
39 Tidak Boleh
40 Situasi Aneh
41 Rahasia Lagi?
42 Kekanak-kanakan
43 Janji Kabar
44 Debut Perdana
45 Saturday Night
46 Bulan Sibuk
47 Sedang Manja
48 Study Awalnya
49 Tertangkap Basah
50 Akan Ku pastikan
51 Tidak Peduli
52 Timbal Balik
53 Situasi Aneh
54 Malam Puncak
55 Laki-laki Kontes
56 Terima Kasih
57 Terlalu Khawatir
58 Buket Bunga
59 Mahasiswa Baru
60 Datang Pergi
61 Teman Baru
62 Kerja Paruh Waktu
63 Kesibukan Lain
64 Kabar Darimu
65 Panggilan Video
66 Tentang Buku
67 Ajakan Kecil
68 Bukan Berita Bagus
69 Girls Day
70 Penuh Semangat
71 Sebelum Bertemu
72 Perhatian Kecil
73 Lima Tahun
74 Double Date
75 Panas Dingin
76 Percaya Padaku
77 Datang Dan Pergi
78 Sayang Kakak
79 Truth or Dare
80 Manito Game
81 Cerita Rahasia
82 Kembali Lagi
83 Mug Bergambar
84 Pasar Malam
85 Mengantarmu Kembali
86 Kupon Hadiah
87 Bulan Bahasa
88 Kamu Bersamaku
89 Curi-curi Waktu
90 Rencana Besar
91 Penulis Cream
92 Makan Bersama
93 Teman Baik
94 Datang Padamu
95 Kencan Lain
96 Coklat Vanila
97 Akhir Hari
98 Menurutmu Kenapa?
99 Tokoh Utama
100 Jadi Dewasa
101 Teman Curhat
102 Waktunya Liburan
103 Tentang Danita
104 Sedikit Cerita
105 Yang Terbaik
106 Agak Menyebalkan
107 Sekarang Gantian
108 Mungkin Salahku
109 Perubahan Jadwal
110 Topik Berat
111 Mimpi Buruk
112 Satu Tahun
113 Kakak Pulang
114 Kenapa Bertanya?
115 Mengantar Athira
116 Penjelasan Dariku
117 Tiga Rasa
118 Harus Dirahasiakan
119 Jalan-jalan Sore
120 Berubah Hati
121 Pergi Berenang
122 Wisuda Lagi
123 Foto Bersama
124 Terasa Familier
125 Reuni Kecil
126 Kabar Baik
127 Ajakan Datang
128 Tamu Rajendra
129 Kakak Perempuan
130 Diluar Rencana
131 Undangan Bertamu
132 Persiapan Kejutan
133 Minta Tolong
134 Pelanggan Aneh
135 Berkunjung Lagi
136 Gantungan Kunci
137 Habis Sudah
138 Rencana Selanjutnya
139 Kenangan Buruk
140 Efek Positif
141 Bertemu Athira
142 Pekerjaan Pertama
143 Rekan Kerja
144 Kabar Mendadak
145 Kenapa Begini?
146 Aku Kembalikan
147 Lega Rasanya
148 Demi Ignacia
149 Gadis Beruntung
150 Berangkat Liburan
151 Gangguan Eksternal
152 Makin Ganjil
153 Inti Liburan
154 Sepuluh Tahun
155 Ayo Berhenti
156 Aku Berusaha
157 Undangan Ignacia
158 Latar Belakang
159 Hari Kita
160 Sesuai Keinginanku
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Hadiah Kecil
2
Persiapan Hati
3
Kejutan Untukmu
4
Hanya Ingin
5
Aku Antar
6
Emoticon Stroberi
7
Agak Sensitif
8
Workaholic
9
Pertandingan
10
Backstreet?
11
Simpan Sendiri
12
Happy Anniversary
13
Kurang Dewasa
14
Panitia Keren
15
Tugas Pramuka
16
Teman Perempuan
17
Bukan Egois
18
Waktunya Istirahat
19
Menit Berharga
20
Dasar Mimpi
21
Ingatan Lampau
22
Tidak Sengaja
23
Aku Menyukaimu
24
Terus Terang
25
Aku Cemburu
26
Teman Lama
27
Keluar Kota
28
Kita beruntung
29
Bahaya Besar
30
Tidak Adil
31
Depan Rumah
32
Ditinggal Sendiri
33
Jadi Ketahuan
34
Informasi Penting
35
Sebelum Pergi
36
Panggilan Singkat
37
Keadaan Mendadak
38
Dia Monster
39
Tidak Boleh
40
Situasi Aneh
41
Rahasia Lagi?
42
Kekanak-kanakan
43
Janji Kabar
44
Debut Perdana
45
Saturday Night
46
Bulan Sibuk
47
Sedang Manja
48
Study Awalnya
49
Tertangkap Basah
50
Akan Ku pastikan
51
Tidak Peduli
52
Timbal Balik
53
Situasi Aneh
54
Malam Puncak
55
Laki-laki Kontes
56
Terima Kasih
57
Terlalu Khawatir
58
Buket Bunga
59
Mahasiswa Baru
60
Datang Pergi
61
Teman Baru
62
Kerja Paruh Waktu
63
Kesibukan Lain
64
Kabar Darimu
65
Panggilan Video
66
Tentang Buku
67
Ajakan Kecil
68
Bukan Berita Bagus
69
Girls Day
70
Penuh Semangat
71
Sebelum Bertemu
72
Perhatian Kecil
73
Lima Tahun
74
Double Date
75
Panas Dingin
76
Percaya Padaku
77
Datang Dan Pergi
78
Sayang Kakak
79
Truth or Dare
80
Manito Game
81
Cerita Rahasia
82
Kembali Lagi
83
Mug Bergambar
84
Pasar Malam
85
Mengantarmu Kembali
86
Kupon Hadiah
87
Bulan Bahasa
88
Kamu Bersamaku
89
Curi-curi Waktu
90
Rencana Besar
91
Penulis Cream
92
Makan Bersama
93
Teman Baik
94
Datang Padamu
95
Kencan Lain
96
Coklat Vanila
97
Akhir Hari
98
Menurutmu Kenapa?
99
Tokoh Utama
100
Jadi Dewasa
101
Teman Curhat
102
Waktunya Liburan
103
Tentang Danita
104
Sedikit Cerita
105
Yang Terbaik
106
Agak Menyebalkan
107
Sekarang Gantian
108
Mungkin Salahku
109
Perubahan Jadwal
110
Topik Berat
111
Mimpi Buruk
112
Satu Tahun
113
Kakak Pulang
114
Kenapa Bertanya?
115
Mengantar Athira
116
Penjelasan Dariku
117
Tiga Rasa
118
Harus Dirahasiakan
119
Jalan-jalan Sore
120
Berubah Hati
121
Pergi Berenang
122
Wisuda Lagi
123
Foto Bersama
124
Terasa Familier
125
Reuni Kecil
126
Kabar Baik
127
Ajakan Datang
128
Tamu Rajendra
129
Kakak Perempuan
130
Diluar Rencana
131
Undangan Bertamu
132
Persiapan Kejutan
133
Minta Tolong
134
Pelanggan Aneh
135
Berkunjung Lagi
136
Gantungan Kunci
137
Habis Sudah
138
Rencana Selanjutnya
139
Kenangan Buruk
140
Efek Positif
141
Bertemu Athira
142
Pekerjaan Pertama
143
Rekan Kerja
144
Kabar Mendadak
145
Kenapa Begini?
146
Aku Kembalikan
147
Lega Rasanya
148
Demi Ignacia
149
Gadis Beruntung
150
Berangkat Liburan
151
Gangguan Eksternal
152
Makin Ganjil
153
Inti Liburan
154
Sepuluh Tahun
155
Ayo Berhenti
156
Aku Berusaha
157
Undangan Ignacia
158
Latar Belakang
159
Hari Kita
160
Sesuai Keinginanku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!