Panitia Keren

"Hah kukira kelas 12 sudah tidak diwajibkan untuk mengikuti kegiatan MOP. Kenapa kita harus ikut di tengah gempuran ulangan harian dan presentasi?" Nesya mengeluh, bersandar pada sandaran tempat duduk, menatap langit-langit ruangan yang sedikit mendung.

"Mungkin dikiranya kita tidak keberatan jika harus meluangkan satu hari libur kita untuk kegiatan Pramuka ini. Dengan iming-iming nilai A jika berhasil mengerjakan tugasnya juga, semua orang pasti akan memaksakan diri untuk datang. Tidak peduli apakah ada MOP susulan atau tidak."

Ignacia melakukan hal yang sama.

Keduanya merasa sangat lelah setelah upacara dan pelajaran olahraga setelahnya. Sekarang sedang menunggu jam ekonomi yang akan segera dimulai. Untuk saat ini, makan saja tidak berselera saking lelahnya. Tapi salah mereka sendiri karena jarang berolahraga. Sekalinya dimintai berlari mengelilingi sekolah, rasanya tubuh akan melayang.

"Jika seperti ini, yang kita lakukan hanya mengejar angka sebagai pelengkap isi raport dengan harapan bisa mendapatkan jalur undangan masuk perguruan tinggi," timpal Nesya.

Dengan sekuat tenaga Ignacia mengangkat tangan kirinya, melihat jam yang sudah menunjukkan jam mata pelajaran ekonomi. Tapi gurunya masih saja belum datang. Mungkin ingin memberi waktu bagi mereka yang masih menikmati makanan setelah kelelahan berlari.

"Setelah ini ujian lisan Ekonomi, sebaiknya kita mendapatkan nilai yang bagus," bisik Nesya yang seakan-akan ingin pergi tidur dengan posisi nyamannya. Matanya terpejam perlahan, tubuhnya hanya ingin merebahkan diri dan bangun keesokan harinya.

"Ah ujian itu. Aku tidak menyukainya."

"Tapi setidaknya guru ini lebih menyenangkan dan ramah daripada guru kelas 11, Ignacia."

Nesya benar. Mengembalikan kenangan yang tidak begitu bagus tentang guru laki-laki mata pelajaran ekonomi di kelas mereka tahun lalu.

"Bu Ery datang," suara bersahutan teman-teman yang baru saja kembali dari luar. Mereka buru-buru masuk, meletakkan minuman berwarna yang baru mereka bawa dari kantin dan menyiapkan mata pelajaran ekonomi di atas meja.

Suasana kelas menjadi sedikit riuh dalam beberapa detik. Buru-buru semuanya membereskan sampah bekas makanan dan duduk dengan tenang. Sementara itu sang guru sudah sampai di daun pintu, menatap isi kelas dengan tatapan ramah.

"Padahal saya sudah datang terlambat 10 menit agar kalian bisa segera menghabiskan makanan setelah olahraga. Tapi rupanya kalian masih saja makan dan bahkan ada yang baru membeli minuman dari kantin," ucap sang guru. Beliau melangkahkan kaki masuk ke dalam kelas, membawa dua buah buku berubah absen dan buku paket ekonomi.

Orang-orang di dalam kelas saling pandang, melihat meja lain yang memiliki makanan sebagai hiasannya.

"Hari ini kita ujian lisan ya." Dan suara dari Bu Ery yang sudah duduk di tempatnya menarik atensi semua orang. Kini suasana di dalam kelas menjadi agak aneh. Berpikir bagaimana ujian yang akan dilangsungkan sebentar lagi.

"Saya akan memanggil nama secara acak dari setiap kelompok. Jadi tidak semuanya yang akan maju. Dan yang saya panggil, harap segera maju ke depan." Semua orang dapat melihat senyuman di wajah Bu Ery. Namun senyuman ramah biasanya mengartikan banyak hal.

Ya, Ignacia baru ingat. Kelompok di pelajaran ekonomi itu.

Dari tempatnya, Ignacia membuka buku catatan, berbisik pada Nesya untuk menunjukkan catatan soal Debet dan Kredit yang pernah ditulis di papan. Selama bab ini, Ignacia hanya menikmati waktu mengerjakan tugas yang diberikan bersama Nesya. Jadi dia hanya mengandalkan catatan milik temannya.

"Ignacia Maheswari."

Tubuh seorang gadis berambut panjang yang duduk di samping Neysa itu menegang. Mata coklatnya menatap lurus ke arah sang guru yang duduk di tempatnya. Baru saja dia ingin menulis rumus masalah Debet dan Kredit, namun namanya kemudian di panggil secara tidak terduga.

"Ignacia, ayo silahkan maju," panggil Bu Ery dengan santainya, masih dengan memberikan senyuman ramah. "Saya tidak akan memberikan soal yang sulit. Kita kan sudah pernah mengerjakan soal tentang ini," sambung Bu Ery.

Dengan berat hati Ignacia bangkit dari duduknya. Melepaskan bulpoin yang digunakan tadi dan berjalan ke depan kelas. Mata orang-orang kini mulai tertuju padanya. Ignacia tidak merasa begitu tegang di situasi seperti ini untuk pertama kalinya. Dia tidak khawatir atau merasa takut.

"Buat kolom Debet dan Kredit," pinta Bu Ery.

Ignacia mendekati meja guru, mengambil spidol dan mulai membuat kolom dengan sisa-sisa ingatan. Kolom tanggal, keterangan, ref, Debet kemudian kredit. Beruntung sekali dia masih ingat kolom-kolom yang ada dengan sedikit bantuan dari Bu Ery yang menenangkan.

"Jadi Ignacia, ini soalnya. Seorang pemilik kantor membayar biaya listrik, air dan telfon sebesar 150 ribu rupiah. Sudah hanya itu. Masukkan ke dalam kolom Debet dan Kredit."

Ignacia bersiap-siap untuk menulis. Hari ini mungkin hari keberuntungannya setelah berhasil berlari tepat waktu meksipun tidak begitu cepat di pelajaran olahraga tadi. Dia memasukkan biaya listrik, air, dan telfon ke kolom Debet karena biaya bertambah sementara kas akan berkurang dan masuk ke kolom kredit. Hanya itu.

"Bagus Ignacia. Siapa saja kelompok mu?" Tanya Bu Ery.

Benar juga. Ini berhubungan dengan kelompok. Ignacia tentu tidak mengingat siapa saja yang menjadi anggota kelompoknya karena sudah lama tidak melakukan kerja kelompok. Tapi kemudian mereka-mereka yang adalah anggota kelompoknya menyebutkan nama dan nilainya naik berkat Ignacia.

"Haha aku bangga sekali," batin Ignacia tanpa bisa mengontrol senyuman yang muncul di wajahnya. Rupanya tugas yang dikerjakannya bersama Nesya membawa banyak keuntungan baginya. Terima kasih pada Nesya yang mendukungnya dari tempat duduk dan ikut gugup untuknya.

"Bagus sekali Ignacia, terima kasih. Silahkan duduk kembali," ucap Bu Ery setelah memasukkan nilai.

Ignacia berjalan mendekati tempat duduknya dengan Nesya, pura-pura meletakkan anak rambutnya ke belakang telinga seolah sangat bangga di hadapan Nesya. Lupa jika ada banyak orang yang dapat melihatnya juga hingga banyak yang tertawa melihat tingkah percaya diri Ignacia.

"Kerja bagus, Ignacia," puji teman sekelompok Ignacia sambil mengangkat kedua jempolnya. Sekaligus mereka berterima kasih karena berkat Ignacia, mereka aman. Padahal selama bab ini, Ignacia hanya bekerja sama dengan Nesya dan bukannya mereka yang lebih memilih untuk bekerja sama dengan orang lain.

"Haha padahal kamu baru saja akan menulis rumusnya. Belum selesai menulis rumus, sudah di panggil Bu Ery untuk mengerjakan tugas," Nesya berusaha menahan tawanya dengan apa yang baru terjadi. Ignacia juga sama, keduanya menahan tawa hingga wajahnya memerah.

Receh sekali mereka.

Keberuntungan tidak datang ke perwakilan kelompok selanjutnya yang diminta untuk maju. Entah karena Ignacia sudah menggunakan keberuntungan orang lain atau bagaimana, hingga mereka gagal dan membuat sebuah masalah.

Perwakilan kelompok yang di panggil tidak bisa menjawab hingga anggota kelompoknya ikut terpanggil untuk maju ke depan, membantu, menjelaskan pada teman-teman, dan mereka tidak bisa melakukannya. Pada akhirnya ada sebuah pecahan kecil namun dianggap bercanda oleh yang lainnya.

"Beruntung kamu berhasil, Ignacia," bisik Nesya.

"Aku keren bukan?" Ignacia masih tidak ada habisnya dengan kebanggaannya hari itu.

"Iya, kau keren sekali." Dan Nesya akan selalu mendukung.

...*****...

Di jam pulang, Ignacia dan Nesya sengaja menunggu hingga beberapa menit agar sepeda motor keduanya bisa keluar. Datang sebelum mayoritas orang datang adalah hal yang membuat mereka harus pulang agak terlambat. Tempat parkir sangat sesak jika sudah waktunya pulang. Banyak sepeda motor yang menghalangi satu sama lain.

"Kenapa belum pulang?"

Dan kesempatan itu digunakan Rajendra yang baru selesai membersihkan kelas untuk mendatangi Ignacia dan Nesya yang tengah asik mengobrol soal hari menyenangkan keduanya. Padahal Ignacia mengira jika Rajendra sudah pulang sejak tadi karena tempat sepedanya selalu mudah untuk dikeluarkan.

"Sepeda kami masih belum bisa keluar," Ignacia menjawab.

Nesya melihat jam di pergelangan tangannya, "oh sepertinya kita sudah bisa pulang sekarang. Kelihatannya kita sudah lama menunggu, Ignacia." Kedua gadis tadi bangkit, berjalan dengan Rajendra yang mengekor di belakang Ignacia.

"Nesya, kau tidak menjadi panitia untuk acara MOP?" Rajendra tiba-tiba bertanya.

Kini atensi Ignacia juga tertuju pada teman berkacamatanya. Gadis itu menggeleng dan bertanya baik pada Rajendra. Ignacia dapat melihat dengan jelas jika kekasihnya mengangguk.

Artinya akan ada yang sibuk lagi.

"Panitia, apakah pulangnya akan malam lagi?" Ignacia bertanya pada siapapun yang dapat menjawab. Rajendra yang merespon karena Nesya tidak tahu apapun. Dia lebih bersyukur karena tidak perlu menjadi panitia di hari yang seharusnya sekolah mereka diliburkan.

Rajendra menggeleng, tapi dia tidak tahu pasti kapan akan pulang. Yang jelas, mungkin sedikit lebih lama dari Ignacia. Tapi siapa yang ingin tetap berada di sekolah setelah semua orang pulang? Diam-diam Rajendra ingin jadwal pulangnya bersamaan dengan Ignacia. Mungkin bisa sekalian bertemu lagi.

"Tidak bisakah Rajendra pulang bersamaku saja setelah acaranya selesai? Laki-lakiku juga membutuhkan hari libur seperti yang lainnya. Kenapa menahannya setelah acara selesai? Kedengaran tidak adil," batin Ignacia kesal.

Hari itu rasanya aneh. Ignacia merasakan sesuatu saat berada di dekat Rajendra. Bukan getaran yang biasa dia rasakan saat berada di dekat Rajendra. Tapi seperti pertanda bahwa laki-laki yang berjalan di sebelahnya ini akan kembali sibuk karena menjadi panitia untuk kesekian kalinya.

Rajendra mendapatkan panggilan sebelum ketiganya sampai di tempat parkir paling utara. Rupanya ada panggilan dari seorang teman. Entah tentang apa, Ignacia tidak diberitahu dan hanya diberikan pesan untuk berhati-hati di jalan oleh Rajendra.

Nesya juga diam saat melihat Rajendra perlahan pergi masih dengan telfon yang tersambung. Kemudian pandangannya beralih pada Ignacia yang membeku. Bisa dia lihat jika Ignacia merasa kecewa pada Rajendra meksipun hanya dilihat dari punggungnya saja.

...*****...

Hari-hari sebelum hari diselenggarakannya MOP, Ignacia tidak banyak berinteraksi dengan Rajendra. Laki-laki itu jadi lebih sering menghilang ketika dicari. Selalu sibuk, pulang terlambat, dan kombinasi lain yang sudah biasa bagi Ignacia.

Tidak apa-apa, dia bisa mengganggu Athira atau kedua adiknya yang lain jika merasa bosan. Tapi dia kadang juga ingin tahu apakah Rajendra sudah sampai di rumah atau belum.

...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...

^^^Hari ini pulang terlambat lagi? |^^^

| Kelihatannya begitu

^^^Huh selalu saja seperti ini |^^^

^^^Kamu pasti akan pulang malam |^^^

^^^Bahkan matahari saja sudah pulang lebih dahulu |^^^

^^^Sebelum kamu |^^^

| Ya mau bagaimana lagi?

| Aku sedang mempersiapkan acara penting

| Yang akan kamu datangi besok

Padahal Rajendra hanya mengetikkan tiga kalimat singkat di pesannya. Tapi kenapa Rajendra terlihat keren di mata Ignacia sekarang? Rajendra sedang mempersiapkan acara penting yang akan Ignacia datangi. Hoho itu terdengar keren.

...*****...

Di hari H, seperti kegiatan Pramuka kebanyakan, akan dibentuk regu di setiap kelasnya. Tapi untuk kelas 12, ini hanya sebagai formalitas saja. Nanti di acaranya juga mereka akan tetap duduk di barisan kelas masing-masing tanpa peduli regu apa yang mereka dapatkan.

Keberuntungan mereka datang sehari sebelum hari ini datang. Mereka berada di dalam satu regu meksipun tahu jika ini hanya untuk formalitas belaka.

"Yang penting kita bisa bersama," kata Nesya dengan bahagianya. Karena biasanya mereka tidak pernah satu kelompok jika ditentukan orang lain.

Di tengah keramaian, sempat-sempatnya Ignacia menemukan Rajendra yang tengah meminta teman sesama anggota organisasinya untuk melakukan sesuatu. Wajahnya yang tegas, serius, juga semua ucapannya yang begitu sesuai membuat Ignacia hampir tidak bisa mengalihkan pandangan.

Laki-laki itu lebih tinggi darinya, dia memiliki sikap pemimpin yang mendarah daging, sangat bertanggung jawab dan bisa diandalkan. Baju Pramuka terlihat sangat cocok untuknya. Lebih dari seragam lain yang dia punya. Oh ya jangan lupakan alis tebal yang menambah poin menawannya.

Rajendra terlihat keren.

Di sela-sela kegiatan yang hanya mendengarkan seorang narasumber dengan powerpoint yang lebih mirip dengan powertext pun masih digunakan Ignacia untuk mengirimkan pesan pada Rajendra yang kelihatannya tidak sibuk dari kejauhan. Caranya mengambil ponsel saja terlihat keren di mata Ignacia.

...Rajendra ఇ ◝‿◜ ఇ...

^^^Kamu terlihat keren hari ini |^^^

^^^Kenapa bisa begitu? |^^^

^^^Apa yang sudah kamu lakukan? |^^^

| Keren darimananya?

| Haha sepertinya kamu sedang salah lihat

Ignacia sudah jujur, namun Rajendra saja yang menolak kejujuran kekasihnya. Mungkin dia tidak menatap cermin sebelum pergi ke sekolah hari ini. Atau mungkin dia sudah tidak merasa tampan karena sudah berada di sekolah sedari pagi. Berbeda dengan kalangan kelas 12 yang diminta untuk datang lebih siang daripada kelas 10 dan 11.

"Sekarang kamu jatuh cinta pada kekasihmu sendiri?" Nesya yang terus mendapati Ignacia menatap Rajendra dalam diam pun tentu merasa aneh. Untuk kedua kalinya dia melihat Ignacia jatuh cinta pada laki-laki yang sudah memiliki status yang jelas dengannya. Sebuah hal yang jarang terjadi.

"Kurasa aku harus banyak-banyak minum, Nesya."

"Hah?" Nesya kebingungan.

"Hari Rajendra terlihat berbeda. Dia menjadi lebih keren dari sebelumnya? Apa karena dia menjadi panitia hari ini?" Masih ada tatapan penuh perasaan dari Ignacia pada Rajendra disana.

Seharusnya laki-laki itu melihatnya.

"Kurasa kamu memang sedang jatuh cinta padanya, Ignacia. Selamat ya. Tidak akan ada seseorang yang menghalangimu untuk jatuh cinta padanya."

"Hah, dia terlihat keren. Bagaimana ini?" Ignacia jadi bingung sendiri di samping Nesya yang menatapnya aneh. Memang agak menyeramkan jika Ignacia sudah bisa merasakan emosi seperti ini. Sikapnya jadi berubah salah tingkah.

Terpopuler

Comments

𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ

𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ

debit kredit... itu kelemahan terbesarku.

2023-09-28

1

kimraina

kimraina

Ada aqua 😹 kaya iklan 😆

2023-07-07

1

mama zha

mama zha

kakak dukung kamu yang rajin up nha

2023-06-30

1

lihat semua
Episodes
1 Hadiah Kecil
2 Persiapan Hati
3 Kejutan Untukmu
4 Hanya Ingin
5 Aku Antar
6 Emoticon Stroberi
7 Agak Sensitif
8 Workaholic
9 Pertandingan
10 Backstreet?
11 Simpan Sendiri
12 Happy Anniversary
13 Kurang Dewasa
14 Panitia Keren
15 Tugas Pramuka
16 Teman Perempuan
17 Bukan Egois
18 Waktunya Istirahat
19 Menit Berharga
20 Dasar Mimpi
21 Ingatan Lampau
22 Tidak Sengaja
23 Aku Menyukaimu
24 Terus Terang
25 Aku Cemburu
26 Teman Lama
27 Keluar Kota
28 Kita beruntung
29 Bahaya Besar
30 Tidak Adil
31 Depan Rumah
32 Ditinggal Sendiri
33 Jadi Ketahuan
34 Informasi Penting
35 Sebelum Pergi
36 Panggilan Singkat
37 Keadaan Mendadak
38 Dia Monster
39 Tidak Boleh
40 Situasi Aneh
41 Rahasia Lagi?
42 Kekanak-kanakan
43 Janji Kabar
44 Debut Perdana
45 Saturday Night
46 Bulan Sibuk
47 Sedang Manja
48 Study Awalnya
49 Tertangkap Basah
50 Akan Ku pastikan
51 Tidak Peduli
52 Timbal Balik
53 Situasi Aneh
54 Malam Puncak
55 Laki-laki Kontes
56 Terima Kasih
57 Terlalu Khawatir
58 Buket Bunga
59 Mahasiswa Baru
60 Datang Pergi
61 Teman Baru
62 Kerja Paruh Waktu
63 Kesibukan Lain
64 Kabar Darimu
65 Panggilan Video
66 Tentang Buku
67 Ajakan Kecil
68 Bukan Berita Bagus
69 Girls Day
70 Penuh Semangat
71 Sebelum Bertemu
72 Perhatian Kecil
73 Lima Tahun
74 Double Date
75 Panas Dingin
76 Percaya Padaku
77 Datang Dan Pergi
78 Sayang Kakak
79 Truth or Dare
80 Manito Game
81 Cerita Rahasia
82 Kembali Lagi
83 Mug Bergambar
84 Pasar Malam
85 Mengantarmu Kembali
86 Kupon Hadiah
87 Bulan Bahasa
88 Kamu Bersamaku
89 Curi-curi Waktu
90 Rencana Besar
91 Penulis Cream
92 Makan Bersama
93 Teman Baik
94 Datang Padamu
95 Kencan Lain
96 Coklat Vanila
97 Akhir Hari
98 Menurutmu Kenapa?
99 Tokoh Utama
100 Jadi Dewasa
101 Teman Curhat
102 Waktunya Liburan
103 Tentang Danita
104 Sedikit Cerita
105 Yang Terbaik
106 Agak Menyebalkan
107 Sekarang Gantian
108 Mungkin Salahku
109 Perubahan Jadwal
110 Topik Berat
111 Mimpi Buruk
112 Satu Tahun
113 Kakak Pulang
114 Kenapa Bertanya?
115 Mengantar Athira
116 Penjelasan Dariku
117 Tiga Rasa
118 Harus Dirahasiakan
119 Jalan-jalan Sore
120 Berubah Hati
121 Pergi Berenang
122 Wisuda Lagi
123 Foto Bersama
124 Terasa Familier
125 Reuni Kecil
126 Kabar Baik
127 Ajakan Datang
128 Tamu Rajendra
129 Kakak Perempuan
130 Diluar Rencana
131 Undangan Bertamu
132 Persiapan Kejutan
133 Minta Tolong
134 Pelanggan Aneh
135 Berkunjung Lagi
136 Gantungan Kunci
137 Habis Sudah
138 Rencana Selanjutnya
139 Kenangan Buruk
140 Efek Positif
141 Bertemu Athira
142 Pekerjaan Pertama
143 Rekan Kerja
144 Kabar Mendadak
145 Kenapa Begini?
146 Aku Kembalikan
147 Lega Rasanya
148 Demi Ignacia
149 Gadis Beruntung
150 Berangkat Liburan
151 Gangguan Eksternal
152 Makin Ganjil
153 Inti Liburan
154 Sepuluh Tahun
155 Ayo Berhenti
156 Aku Berusaha
157 Undangan Ignacia
158 Latar Belakang
159 Hari Kita
160 Sesuai Keinginanku
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Hadiah Kecil
2
Persiapan Hati
3
Kejutan Untukmu
4
Hanya Ingin
5
Aku Antar
6
Emoticon Stroberi
7
Agak Sensitif
8
Workaholic
9
Pertandingan
10
Backstreet?
11
Simpan Sendiri
12
Happy Anniversary
13
Kurang Dewasa
14
Panitia Keren
15
Tugas Pramuka
16
Teman Perempuan
17
Bukan Egois
18
Waktunya Istirahat
19
Menit Berharga
20
Dasar Mimpi
21
Ingatan Lampau
22
Tidak Sengaja
23
Aku Menyukaimu
24
Terus Terang
25
Aku Cemburu
26
Teman Lama
27
Keluar Kota
28
Kita beruntung
29
Bahaya Besar
30
Tidak Adil
31
Depan Rumah
32
Ditinggal Sendiri
33
Jadi Ketahuan
34
Informasi Penting
35
Sebelum Pergi
36
Panggilan Singkat
37
Keadaan Mendadak
38
Dia Monster
39
Tidak Boleh
40
Situasi Aneh
41
Rahasia Lagi?
42
Kekanak-kanakan
43
Janji Kabar
44
Debut Perdana
45
Saturday Night
46
Bulan Sibuk
47
Sedang Manja
48
Study Awalnya
49
Tertangkap Basah
50
Akan Ku pastikan
51
Tidak Peduli
52
Timbal Balik
53
Situasi Aneh
54
Malam Puncak
55
Laki-laki Kontes
56
Terima Kasih
57
Terlalu Khawatir
58
Buket Bunga
59
Mahasiswa Baru
60
Datang Pergi
61
Teman Baru
62
Kerja Paruh Waktu
63
Kesibukan Lain
64
Kabar Darimu
65
Panggilan Video
66
Tentang Buku
67
Ajakan Kecil
68
Bukan Berita Bagus
69
Girls Day
70
Penuh Semangat
71
Sebelum Bertemu
72
Perhatian Kecil
73
Lima Tahun
74
Double Date
75
Panas Dingin
76
Percaya Padaku
77
Datang Dan Pergi
78
Sayang Kakak
79
Truth or Dare
80
Manito Game
81
Cerita Rahasia
82
Kembali Lagi
83
Mug Bergambar
84
Pasar Malam
85
Mengantarmu Kembali
86
Kupon Hadiah
87
Bulan Bahasa
88
Kamu Bersamaku
89
Curi-curi Waktu
90
Rencana Besar
91
Penulis Cream
92
Makan Bersama
93
Teman Baik
94
Datang Padamu
95
Kencan Lain
96
Coklat Vanila
97
Akhir Hari
98
Menurutmu Kenapa?
99
Tokoh Utama
100
Jadi Dewasa
101
Teman Curhat
102
Waktunya Liburan
103
Tentang Danita
104
Sedikit Cerita
105
Yang Terbaik
106
Agak Menyebalkan
107
Sekarang Gantian
108
Mungkin Salahku
109
Perubahan Jadwal
110
Topik Berat
111
Mimpi Buruk
112
Satu Tahun
113
Kakak Pulang
114
Kenapa Bertanya?
115
Mengantar Athira
116
Penjelasan Dariku
117
Tiga Rasa
118
Harus Dirahasiakan
119
Jalan-jalan Sore
120
Berubah Hati
121
Pergi Berenang
122
Wisuda Lagi
123
Foto Bersama
124
Terasa Familier
125
Reuni Kecil
126
Kabar Baik
127
Ajakan Datang
128
Tamu Rajendra
129
Kakak Perempuan
130
Diluar Rencana
131
Undangan Bertamu
132
Persiapan Kejutan
133
Minta Tolong
134
Pelanggan Aneh
135
Berkunjung Lagi
136
Gantungan Kunci
137
Habis Sudah
138
Rencana Selanjutnya
139
Kenangan Buruk
140
Efek Positif
141
Bertemu Athira
142
Pekerjaan Pertama
143
Rekan Kerja
144
Kabar Mendadak
145
Kenapa Begini?
146
Aku Kembalikan
147
Lega Rasanya
148
Demi Ignacia
149
Gadis Beruntung
150
Berangkat Liburan
151
Gangguan Eksternal
152
Makin Ganjil
153
Inti Liburan
154
Sepuluh Tahun
155
Ayo Berhenti
156
Aku Berusaha
157
Undangan Ignacia
158
Latar Belakang
159
Hari Kita
160
Sesuai Keinginanku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!