“eh Randi sudah datang ya, kok enggk bilang – bilang”
Dengan cepat meletakkan handphone ke bawahnya, di letakkan di bagian pahak, dengan posisi layar yang menghadap kebawah, sehingga randi tidak tau apa yang sedang di lihat sari sampai tidak memperhatikan kedatangan randi yang tiba – tiba sudah ada di depanya.
Randi yang berdiri di hadapan sari langsung mlengkahkan kaki ke arah orang yang bertugas untuk print tanda pengenal kelompoknya.
“bagaimana bang masih lama tidak”
“sebentar lagi ya selesai bang”
Setelah selesai bertanya tentang kartu tanda pengenalnya, randi melangkah ke arah sari dan duduk tepat di sampingnya, dengan jarak yang cukup aman, untuk duduk bersamaan dengan cewek yang berhijab.
sari hanya memperhatikan apa yang di lakukan randi, arah pandangannya menggarah kemana randi bergerak hingga duduk di sampingnya.
“eh…ran…mmm, kenapa hanya bertanya ke orang fotocopy ya, ke..kenapa tidak langsung bertanya kediriku?”
Sari berbicara dengan perasaan cemas, tidak tau apa yang membuatnya cemas tetapi perasaanya mengatakan, ada sesuatu yang salah yang di lakukannya.
“bagai mana episode anime Bla*k Clov*r\, yang terbaru seru ya?”
Sari yang mendengarnya terkejut dan sedikit panik, tapi di hatinya sedikit senang, karena Sari merupakan salah satu orang yang sangat menyukai flm animasi jepang yang di sebut anime itu, hobbi nya itu tidak pernah dia tutupinya karena tidak banyak orang di sekitarnya yang paham apa yang di tonton olehnya, tetapi sekarang ada laki – laki yang jelas – jelas langsung tahu judul anime yang dia tonton saat ini, itu menyebabkan dia sedikit senang dan juga merasa perasaan yang tidak bisa dia jelaskan saat itu.
“kenapa dirimu bisa tau Ran, apa yang sedang ku tonton, dan juga dirimu datang tidak bilang – bilang”
“di saat aku datang ke lokasimu aku lihat kamu sangat serius nontonnya\, apa lagi bagian Asta sedang bertarung dengan musuh yang bisa menyerap sihir itu (salah satu adegan di anime Bla*k Clov*r)\, dan aku juga sudah 5 menit berdiri di hadapan mu\, tapi dirimu sangat fokus saat menonton nya tadi kan?\, walau dengan gummaman yang bertanya – tanya kenapa aku memilih mu untuk mengerjakan hal yang meribetkan\, seperti ini kan?”.
Sari yang mendengarnya terdiam, dan hanya bisa menundukkan kepalanya, dan tidak berani melihat ke arah randi
‘apa?...dia sudah berdiri selama lima menit memperhatikanku, dan aku tidak sadar atas kehadiranya, yang lebih parah lagi dia mendengarkan perkataanku, berdosa sekali diriku, menggosipkan orangnya langsung di depanya’,
sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia merasa sangat malu apa yang telah ia lakukan.
Randi yang memperhatikan nya hanya bisa tertawa di dalam hati, karena terasa lucu sekali melihat dia merasa bersalah di saat dia melakukan itu, menurut randi tidak salah apapun.
“santai aja Sar, aku juga suka kok nonton anime, ya walau aku tidak akan nonton di tempat umum seperti ini sih, dan juga aku tidak akan marah dengan mu karena ngomongin keputusan ku yang sephiak sebelumnya”
Randi mencoba menenangkan sari dengan berkata tidak apa apa melakukan hal – hal tersebut itu tidak menyinggung perasaan nya sedikit pun.
“aku jujur memilihmu untuk melakukan ini, karena firasaat, wajah mu seperti orang yang dapat melakukanya menurutku, tidak bisa di jelaskan dengan jelas sih, tapi aku percaya dirimu bisa, hehe dan juga biasanya Wibu (panggilan untuk orang orang yang suka jejepangan) itu pintar dalam komputer dan sejenisnya, untuk mengerjakan ini pasti mudah kan?”.
Randi mengatakan itu sambil tertawa kecil kepada sari, melihat ekspressi sari saat itu seperti mau kesal karena di bilang Wibu ataupun sedikit senang karena di percaya oleh randi.
Sari menundukkan kepalanya sambil memain – mainkan handphone nya di tangannya dan mengucapkan beberapa kata,
“aku bukan Wibu ya, tapi sebelumnya maaf ya, dan juga……kenapa dirimu masih menggunakan kemeja putih?, dirimu tidak pulang kerumah ya?”.
Randi yang sedang mengambil handphone di dalam sakunya, mulai membalas perkataan sari tanpa memikirkan apa yang ingin dia ucapkan.
“iya karena aku tidak pulang tadi dan juga aku bersama mel………..”
Tiba tiba randi berhenti melanjutkan ucapanya, sekilas semua yang di lakukannya hari ini bersama melani, mulai muncul di kepalanya, seperti potongan pendek flm yang berjalan di kepalanya, satu persatu moment – moment memalukan ia bersama melani lewat di pikiranya, seperti makan ber sama, ucapan terimakasih dari melani, tangan randi yang menyentuh pipihnya untuk membersihkan noda kecap, wajah merah nya melani, kejadian headset yang di pasangkan di telinganya, dan kerbesamaan mendengarkan yel yel dengan satu headset yang di gunakan berdua, dengan zona milik pribadi, dan di tutupi dengan melani yang merekam suaranya untuk nada dan kata kata yel yel yang mereka akan tampilkan.
Muka randi panik dan sedikit memerah di bagian telinganya, saat pandangannya mengarah ke sari yang sedang menungu sambungan ucapan yang belum selesai dari randi, randi memotong ucapanya sendiri dengan berkata,
“ya…ya benar…karena aku malas pulang kerumah…ya karena itu”
Dengan wajah cemas dan senyum yang di paksakan randi menjelaskan dengan cepat kenapa dia masih menggunakan kemeja putih pada sore hari ini.
“eh…..oke, begitu ya”
Sari yang melihatnya bisa langsung paham ada yang dia tutupi dari perkataanya tersebut, tingkahnya mendadak aneh, kenapa juga ekspressinya seperti malu begitu.
Terdengar suara dari arah print, penjaga fotocopi memanggil untuk mengambil print kartu tanda pengenal kelompk kami, randi pun langsung menghampiri, orang yang mengurus print tersebut, berbincang - bincang sebentar dan kembali lagi membawa kartu tanda pengenal ke arah sari.
“ok sebelum kita pergi ke taman ayo kita buat tanda pengenal ini supaya bisa di pasangkan di leher dengan pita merah, seperti kalung atau tanda pengenal di letakkan bergelantung di leher” dengan pita merah sebagai media untuk meletakkanya di leher.
“oh iya sari kita lebihkan pitanya ya, sisanya untuk aksesoris tambahan kelompok kita ok”
“baik tapi, aksesoris seperti apa?”
“hmmm…kita akan menambahkan pita merah di bagian lengan kiri kita seperti tanda kapten dalam permainan bola, pita merah tersebut bisa menjadi tambahan untuk manarik pandangan orang lain kepada kita, dan sisanya lagi, bisa di jadikan ikat rambut atau ikat kepala bagi kelompok kita, bagaimana?”
“seperti nya menarik, ayo kita lakukan”
Randi dan sari pun duduk di depan fotocopi dengan di penuhi pita merah dan tanda pengenal di atas mejanya, yang ingin di selesai kan sebelum mereka pergi ke taman.
………….
….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments