BAB 7 : Restoran

Sampailah di sebuah restoran……

Telihat seorang pelayan berjalan menuju meja nomor 03 sambil membawa 2 gelas minuman, di atas nampan/baki, mengarah kedua pemuda pemudi yang sedang duduk di meja itu.

“permisi, ini minumannya, untuk makannanya tunggu ya”.

Pelayan itu menginfokan bahwa makanan nya akan datang sedikit lebih lama di bandingkan minuman, jadi dimohon untuk sabar menunggu.

“terimakasih kak”,

cowok itu menjawab dengan sopan dan membantu pelayan itu meletakkan minumannya di meja, dan juga meletakkan minuman ke bagian masing-masing.

Cewek yang duduk bersama dengan cowok itu tersenyum saja kepada pelayan tersebut. Pelayanpun meninggalkan tempat itu, meninggal mereka berdua.

‘apa yang aku lakukan di sini, kenapa aku bisa membawa cewek untuk makan siang bersama’.

Cowok itu menatap minuman dengan tatapan kosong sambil berfikir apa yang telah dia lakukan.

Seorang mahasiswa baru bernama Randi Padrian sedang duduk menunggu makanan bersama seorang cewek cantik dan imut di depannya. Ini adalah pertama kalinya dia mengajak wanita untuk makan di luar bersama. Selama masa 3 tahun di SMA (Sekolah Menegah Atas), Randi di sibukkan dengan kegiatan di rumahnya, rumahnya adalah sebuah tokoh yang cukup besar di kampung yang menjadi pusat pembelanjaan di sana, setiap harinya dia hanya berkerja di tokohnya. Kumpul bersama teman, kencan dengan seorang gadis, ataupun berpacaran, adalah hal mustahil yang dia lakukan pada saat itu.

Dan semenjak dia masuk ke perguruan tinggi dia ingin merubah sifatnya itu yang kurang peduli dengan sekitarnya, dan mencoba untuk bergaul dengan teman teman baru, itu yang dia ingin capai di saat sekarang. Dan teman pertamanya yang dia jumpai adalah seorang gadis manis, yang awalnya meledeknya karena terlambat datang di hari pertama Ospek diperguruan tinggi, cewek ini adalah Melani Natasya, yang sekarang ada di depanya, sedang menunggu pesanan makanan.

‘aku gugup sekali, topik apa yang harus aku bicarakan, kenapa aku tidak setenang di campus tadi, apa karena kami hanya berdua disini,’

mata yang diam – diam menatap kearah cewek itu yang sedang menatap layar handphone sambil menunggu pesananya.

‘ayo randi dirimu pasti bisa, anggap saja ini merupakan simulasi kencan yang biasanya ada di game – game kencan biasanya, ayo beranikan dirimu, kalo tidak sekarang kapan lagi.’

Melani yang melihat kerah randi yang hanya memperatikan minumanya sedikit malu dengan suasana sunyi antara mereka berdua, karena suasana di antara mereka berdua sedikit canggung saat ini melani pun memulai pembicaraan.

“Ran ini sudah ada yang mengirimkan audio untuk referensi Yel-yel kita, udah ada 3 referensi dari Arby, lesiana, dan juga siti, mau dengar?”

“menurutku nanti saja setelah kita makan, biar bisa lebih fokus”

Randi mengatakan seolah itu merupakan pilihan terbaik, tetapi itu sebenarnya adalah pelarian diri, karena tidak sanggup duduk terlalu dekat dengan cewek itu.

‘bagus randi pemilihan kata yang tepat sekali, aku bisa sedikit menghindar, hatiku masih belum siap untuk duduk di samping cewek’

Randi pun membungkukkan badanya kearah bawah untuk menjangkau tas miliknya yang di letakkan di bawah meja, setelah mengambil handphonenya dari dalam tas, matanya perlahan melihat kearah melani, sambil kembali ke posisi duduk yang semestinya.

“ada apa ya mel, kok ngeliatinya  gitu banget”, dengan sedikit tersenyum kecil seperti tertawa

Melani yang melihat tingkah Randi yang sangat berbeda, tidak seperti di dalam ruangan kelompok tadi maupun disaat pertama kali bertemu, sikapnya yang biasa cuek dan hanya berbicara apa adanya, tidak di perlihat sekarang, di hadapanya, dia terkesan sekarang tingkahnya seperti anak anak yang malu malu dan salah tingkah di depannya.

Cewek ini pun menarik nafas dan menghembuskanya keluar….

“Ran boleh Bertanya sesuatu tidak?”.

Wajah serius dengan mata yang berfokus ke arah randi seorang, suasana yang awalnya biasa menjadi mendebarkan untuk randi, karena tiba-tiba suana mereka menjadi serius.

“bertanya apa mel?”

Randi yang cukup gelisah dan tidak cukup berani memandang mata cewek itu, hanya bisa memandang ke arah minumannya melani, tidak sampai menatap matanya melani itu sendiri.

“kamu bohong ya di saat ke jadian di toilet itu”

Randi yang mendengarnya, secara reflek langsung menatap mata melani yang sedang serius itu, walau mata milik randi seperti mata orang yang tidak ada semangatnya saatmenatap orang lain.

“maksudmu bohong apa ya?”

“setelah kejadian di toliet itu, aku menghampiri panitia untuk menjelaskan yang terjadi dan sekalian berterimakasih sudah memintamu untuk memanggilku”.

Randi yang mendengar perkataan teringat kembali kejadian di saat dia menolong cewek itu di toilet, kenapa dia bisa tahu kalo melani dalam bahaya, dan kenapa juga randi bisa ada di tempat itu.

“panitia itu bilang, dia tidak meminta pertolongan siapa pun untuk memanggilku di toilet, dan juga itu jalurnya toilet cewek kenapa juga panitia meminta cowok seperti mu untuk memanggilku”

Wajah randi pun terdiam dan sedikit panik, dia tidak pernah mengira kejadian ini akan di ungkit kembali, kejadian yang menyebabkan dia tiba di toilet, dan menolongnya dari para senior yang menggodanya, itu semua karena Quest dari layar hologram yang tiba-tiba muncul saat itu.

“itu….ya…kebetulan..ya kebetulan..he he”, sambil menundukkan kepalnya randi menjelaskan maksud dia

menolongnya hanya karena kebetulan, dengan nada bicara yang sedikit ragu ragu, dia ingin menyakinkan kalau itu hanya kebetulan semata.

‘tidak ku sangka, melani akan membahas hal ini lagi, tapi kalo ku ingat kembali di pertemuan kelompok pagi tadi, dia juga ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak ku dengar, karena aku terlalu fokus dalam membaca Quest yang mendadak datang di

saat itu’.

Melani menghela nafas dan mengalihkan pandangannya kearah samping, sambil memainkan sedotan yang ada di gelas minumanya dia berkata.

“iya..iya kebetulan, tapi aku ucapkan terimakasih, sudah di tolong waktu itu, terimakasih ya”

dengan pandangan dan cara bicara yang cukup datar tapi terdengar pelan ia mengatakan terimakasih kepada randi.

Randi yang mendengar itu, mengarahkan pandanganya langsung ke arah melani, dengan tatapan terkejut dia melihat reaksi dan pekataan yang menurutnya menyentuh hatinya, sudah lama sekali dia tidak mendengar cewek berterimakasih setulus itu kepadanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!