"bayi siapa itu Ma?" tanya pak leon.
Bu liza tersentak kaget, entah sejak kapan suaminya berada dibelakangnya.
pa, ta..tadi mama dengar suara bayi nangis terus mama ikutin dan ternyata emang ada yang naruh bayi di depan pintu pah", terang bu liza
Pak leon mendekati istrinya, lalu melihat bayi yang ada dalam gendongan bu liza, terlihat bibir bayi yang mungil itu sedikit membiru karena kedinginan.
"bawa masuk mah, bayi itu kedinginan"
Bu liza menganggukan kepala dan berjalan menuju kamar silvi.
bu liza lalu mengganti kain batik yang melekat di tubuh bayi itu dengan pakaian bayi milik silvi dulu. bu liza lalu meminta pengasuhnya silvi untuk menjaga bayi itu.
Pagi yang cerah menyapa keluarga yang sedang duduk berkumpul di sebuah ruangan.
"aku akan menjadikannya putri keduaku Zivanya Olivia Smith" ucap pak leon sembari menggendong bayi itu.
Bu liza meneteskan air mata bahagia, bertambah lagi putri cantiknya. Sedangkan silvi melompat kegirangan karena bahagia memiliki adik.
waktu berlalu begitu cepat silvi dan vanya tumbuh menjadi anak yang cerdas dan saling menyayangi. Saat ini sekeluarga sedang menanti kelahiran putri ketiga keluarga Richard yang tinggal menghitung hari.
"bunda kalau adek lahir bunda jangan pergi ya, kakak nggak mau adek ngerasain apa yang pernah kakak alamin", keluh silvi
"ya sayang, bunda nggak akan pergi nggak akan tinggalin kakak, vanya dan adek", ucap bu liza menenangkan kedua putri nya.
Yang dinanti nanti akhirnya lahir juga, seorang putri cantik, Zivani Aurelle Smith. putri ketiga keluarga smith yang sangat disayangi semua orang.
sejak kelahiran ziva, bu liza bertambah sibuk ia bahkan berhenti bekerja dikantor bersama suaminya, ia memilih dirumah menemani anak-anak. Sementara sang kakak silvi sudah mulai bersekolah.
Saat pak leon mengantarkan silvi kesekolah, diseberang jalan ternyata ada seorang wanita yang sedang memantau silvi dari kejauhan.
Dan saat pulang sekolah wanita tersebut telah menunggu silvi di depan gerbang sekolah.
"sayang", ucap bu elen
Silvi kurang mengenali wanita didepannya, namun ia merasa tidak asing dengan suara tersebut. silvi berusaha mengingat, sedetik kemudian silvi mundur selangkah menjauhi bu elen.
"ini mama sayang", bu elen berusaha menggapai tubuh silvi.
Silvi dibawa bu elen ke taman yang tidak jauh dari sekolahnya.
"ayah akan menjemputku, jika tidak menemukanku disekolah nanti ayah akan marah", ucap silvi sambil menunduk
"sayang, mama ingin bicara sebentar saja dengan silvi, mama pastikan ayah tidak akan marah padamu, nak mama rindu sekali dengan silvi, silvi rindu tidak dengan mama hmm?", ucap bu elen.
Melihat silvi mengangguk, bu elen merasa ini kesempatannya untuk mengambil hati nya silvi.
"silvi mau tidak tinggal dengan mama?" tanya bu elen
"mau, tapi silvi nggak mau ninggalin adek adek nya silvi", ucap silvi berterus terang
"silvi sudah punya adek?" cecar bu elen
"ya, ada 2" jawab silvi sambil mengangkat jarinya menunjukkan angka dua
"berarti silvi punya bunda?" tanya bu elen. Dan silvi kembali mengangguk.
"silvi dengarkan mama nak, ibu tiri itu tidak baik nak, di akan jahat sama silvi, mama nggak mau silvi nanti menderita" bu elen berusaha mempengaruhi silvi
"bunda baik kok"sangga silvi
"itu karena silvi masih kecil, nanti kalau silvi udah dewasa bundamu itu akan berubah jahat dia hanya akan sayang sama anak-anak dia sendiri, lebih baik silvi berusaha buat mama bisa tinggal bersama silvi lagi, silvi mau nggak tinggal sama mama" ucap bu elen
Silvi mengangguk lalu mereka berpelukan.
Silvi lalu kembali ke sekolahnya, tidak lama kemudian pak leon datang menjembut silvi.
pertemuan silvi dan bu elen menjadi awal keretakan rumah tangga pak leon dan bu liza.
silvi kerap sekali mengadu pada pak leon hal sekecil apapun yang terjadi antara ia dan bu liza bahkan ia menambahkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi agar dapat memperkeruh suasana.
kerecokan ini berlanjut terus menerus hingga usia ziva berusia 5 tahun. Dan puncak skenario yang dibuat bu elen pun terjadi dengan merencanakan pertemuan bu liza dengan salah seorang pria yang merupakan rekan bu elen yang berpura-pura seolah ia adalah bapak dari vanya, orang yang dulu meletakkan seorang bayi perempuan di depan pintu rumah pak leon. namun pertemuan itu sengaja di buat menjadi sedikit intim dengan adanya sentuhan fisik yang dilakukan oleh sang pria, bu liza sudah sangat risih lalu hendak pergi karena baginya apapun kenyataannya vanya tetaplah anaknya tetapi tanpa sengaja bu silvi tersandung dan sang pria menolongnya dengan merengkuh tubuh bu liza momen berharga ini di manfaatkan bu elen untuk mengambil beberapa gambar dan akan ia jadikan bukti atas perselingkuhan bu liza. Tidak hanya itu ia pun memerintahkan silvi yang sedang sakit terbaring dirumah sakit agar berpura-pura meminta permintaan yang harus dituruti pak leon demi keselamatan silvi yaitu untuk kembali dengan mamanya (bu elen). Setelah mendapatkan kiriman foto entah dari siapa pengirimnya pak leon sangat marah ditambah lagi kedua anaknya berada dirumah sakit untuk menjaga sang kakak namun ia sebagai bunda tidak ada ditempat membuat pak leon langsung mempercayai kiriman tersebut. Dan saat dokter mengatakan bahwa silvi mengalami depresi berat pak leon pun dengan berat mengiyakan permintaan silvi demi kesembuhan sang anak. Dia mengatakan akan menceraikan bu liza dan akan secepatnya rujuk kembali dengan bu elen demi silvi dan kesembuhannya.
vanya dan ziva merasa begitu hancur, namun diusia mereka yang masih kekanak-kanakan mereka berusaha menerima saja apa yang menjadi keputusan sang ayah, bagi mereka keputusan apapun yang ayah mereka ambil adalah sebuah perintah untuk mereka.
Proses perceraian berjalan begitu saja, bu liza berusaha menjelaskan foto yang dijadikan bukti oleh pak leon namun tidak merubah apapun, akhirnya mereka resmi bercerai, namun pak leon tidak menghalangi bu liza untuk bertemu anak-anak ia memberi kebebasan untuk hal itu. Selang seminggu pak leon kembali menikahi bu elen.
Dan disinilah awal penderitaan yang merenggut keceriaan dan kebahagiaan Ziva.
yuk mampir yuk guys👌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments