Hareem of Queen Alessa
Saat ini, seisi istana sedang sibuk menyiapkan pesta untuk beberapa hari ke depan. Hari kelahiran Puteri Alessa yang ke-18. Puteri Alessa begitu senang, apalagi sudah bisa dipastikan jika Pangeran Fabian akan datang. Karena Pangeran Fabian telah melakukan hal itu selama dua tahun terakhir. Puteri Alessa merindukan sang kekasih yang sulit untuk ditemui. Mereka hanya bisa berkirim surat karena jarak yang berjauhan. Sesekali Pangeran Fabian datang menghabiskan waktu bersama Puteri Alessa di taman istana di bawah pohon rindang.
“Darius, apa kau mendapat kabar dari kerajaan Prussia?” tanya Puteri Alessa. Dia sedang membuka gulungan kertas yang terbuat dari pohon papyrus.
“Maksud Anda kerajaan Pangeran Fabian?” sahut Darius.
“Tentu saja, siapa lagi?” kekeh Puteri Alessa.
“Hm… seingat hamba, tidak ada Yang mulia,” jawab Darius.
Puteri Alessa tampak menarik napas, gadis itu kecewa. Dia pun menyimpan gulungan ke sepuluh yang sudah di bacanya. Gadis itu sangat gemar membaca.
“Tidak biasanya, sudah beberapa bulan dia tidak mengabariku apa pun. Ada apa gerangan?”
Darius melihat kesedihan di mata sang Puteri. “Anda ingin hamba mengirimkan utusan untuk ke sana?” tawarnya.
“Hm? Sebenarnya sejak kemarin aku sudah memikirkan hal itu. Tapi, aku malu. Apa aku tidak terlihat agresif dengan mengirimkan utusan ke sana?” tanya Puteri Alessa dengan rona di pipinya. Gadis itu mondar-mandir karena salah tingkah.
“Pangeran Fabian Weasley adalah tunangan Anda, wajar jika Anda ingin mengetahui kedaaan beliau,” terang Darius.
“Benarkah?” raut wajah Puteri Alessa berbinar. Sungguh gadis yang sangat polos dan lugu.
Darius mengangguk. “Ya, yang Mulia!”
“Kalau begitu, kirimkan utusan sekarang juga!” perintahnya.
Darius membungkuk memberi hormat dan pergi dari sana. Puteri Alessa menatap punggung Darius dengan harapan besar, menantikan sebuah kabar baik sebelum pestanya berlangsung.
‘Aku menunggumu, Fabian…’ gumamnya dalam hati.
Pada zaman dahulu, tepatnya pada abad 4- 5 SM. Terdapat sebuah Kekaisaran di Negeri Yunani bernama Aegis. Kekaisaran yang makmur dan sejahtera. Hasil alam melimpah dengan peternakan di mana-mana. Tidak hanya itu, kekuatan militer kekaisaran Aegis sangat kuat, hingga banyak kerajaan yang tunduk di bawah Kekaisaran Aegis. Negeri yang di pimpin oleh Kaisar Basil itu pun terkenal dengan puterinya yang cantik jelita.
Alessa Melaina Aphrodite, gadis berusia 18 tahun yang sangat menawan itu menambatkan hatinya pada Pangeran Fabian Weasley yang merupakan pangeran kerajaan Eropa. Mereka sudah melakukan pertunangan. Dan kabarnya akan melangsungkan pernikahan di usia Puteri Alessa menginjak 20 tahun.
Puteri Alessa adalah anak dari Kaisar basil dengan permaisuri Rhea yang juga tidak kalah cantik. Kecantikan sang ibu benar-benar menurun pada puterinya. Sikap santun dan lembut itu mampu meluluhkan pria mana saja yang melihatnya. Tapi, tidak semua orang bisa melihat itu, karena Puteri Alessa selalu di kawal oleh pengawal pribadinya sekaligus jenderal perang di kekaisarannya.
***
“Puteri Alessa, kau mau ke mana?” tanya Permaisuri Rhea yang merupakan ibundanya. Wanita paruh baya namun, masih cantik itu memasuki kamar sang Puteri. Dilihatnya Puteri Alessa memakai jubah yang hanya di pakai ketika bepergian.
“Ibu!” Puteri Alessa menghampirinya dan memegang kedua tangan Permaisuri Rhea.
"Aku mau ke kuil Hephaestus,” ungkapnya.
“Kuil Hephaestus? Untuk apa?” tanya Permaisuri Rhea.
“Aku ingin berdo’a pada Dewa agar menjaga Fabian diperjalanan menuju ke sini.”
“Fabian akan datang?”
“Bukankah dia selalu datang di hari kelahiranku, Bu?”
Permaisuri sempat terdiam dan ketika melihat raut harapan di wajah puterinya dia langsung menjawab. “Ya, memang! Dia selalu datang!”
Puteri Alessa tersenyum. “Karena itu, aku ingin mendo’akannya. Aku tidak mau sesuatu yang buruk menimpanya. Mengingat sudah berbulan-bulan dia tidak ada kabar. Aku merindukannya, Bu…” terangnya.
“Oh, puteriku sayang. Sesampainya dia nanti. Ibu akan memintanya segera meminangmu,” Permaisuri Rhea mengusap kepala Puteri Alessa.
“Apa Ayah akan setuju? Karena aku belum 20 tahun…” cicitnya ragu.
“Semua demi dirimu, Ibu akan membujuknya,” ucap Permaisuri Rhea meyakinkan.
“Terima kasih, Ibu!” Puteri Alessa menghambur memeluk ibunda. Gadis itu sangat senang karena Ibundanya selalu mendukungnya.
Puteri Alessa pun pamit, dia ditemani dengan beberapa dayang menuju kuil Hephaestus. Wanita itu membawa sesembahan untuk sang Dewa agar mengabulkan do’anya. Di tengah istana dia berpapasan dengan selir Maria Eve bersama puteranya, Pangeran Yudas Klark.
“Panjang umur Yang Mulia Puteri Alessa,” ucap Selir Maria sambil membungkukkan tubuhnya. Sedangkan Pangeran Yudas hanya menundukkan kepala. Tubuhnya masih berdiri tegap. Puteri Alessa tidak mempermasalahkannya.
“Panjang umur Ibunda Maria Eve,” sahutnya sopan.
“Tuan Puteri hendak ke mana, membawa begitu banyak persembahan?” tanya Selir Maria.
Wanita itu memandang setiap dayang dan budak yang membawa buah, permata serta hewan-hewan ternak.
“Aku mau ke kuil Hephaestus, Ibu,” jawab Puteri Alessa.
“Oh, Puteri pasti mendo’akan agar Yang Mulia Kaisar sehat selalu,” jelas Selir Maria. Mendengar perkataan itu Puteri Alessa menggaruk ujung hidungnya.
“Hm… tidak juga,” ucapnya kikuk karena terasa disindir. “Aku ingin mendo’akan Pangeran Fabian,” pungkasnya.
“Ya ampun, maafkan Ibu yang sangat tidak peka ini. Tentu saja Pangeran Fabian pantas untuk dido’akan oleh Puteri Alessa,” kekehnya dan menyenggol tangan puteranya. “Benar ‘kan Yudas?”
“Ya, sangat pantas.” Sahutnya cepat. Pria itu menyeringai.
Puteri Alessa jadi tidak enak hati, seolah hanya memikirkan diri sendiri. “Aku juga akan mendo’akan Yang Mulia Kaisar, Ibunda dan Kakak Yudas.”
“Terima kasih Puteri Alessa, sebuah kehormatan mendapatkan do’a dari Anda,” Selir Maria membungkuk sungkan.
“Tidak masalah, karena kita keluarga.”
Selir Maria tersenyum manis lalu menepuk bahu Yudas. “Antarkan Puteri Alessa menuju kuil, jaga dia!” perintahnya pada Pangeran Yudas.
Pria itu merubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Namun, kemudian mengangguk.
“Apakah tidak merepotkan? Lagi pula, aku tidak sendiri,” sergah Puteri Alessa.
“Tidak merepotkan sama sekali, ayo kita ke kuil sekarang!” ajak Yudas.
Puteri Alessa pun menurut. Dia berpamitan pada selir Maria dan pergi menuju kuil bersama Pangeran Yudas.
Proses pemujaan berjalan dengan lancar. Puteri Alessa berdo’a dengan sangat khitmat, memejamkan mata sambil berbisik memohon kepada Dewa Hephaestus agar Fabian selalu sehat dan bahagia serta mendoakan Kekaisaran Aegis agar terus berjaya sepanjang masa. Tidak lupa dia menyisipkan nama Kaisar Basil, para ibunda dan kakaknya, Yudas. Ketika hari mulai gelap, mereka pun memutuskan untuk kembali ke istana. Sepanjang perjalanan Yudas terus melihat ke arah Puteri Alessa.
“Kau yakin do’amu akan dikabulkan?” tanya Yudas mengalihkan perhatian Puteri Alessa.
“Maksudnya?”
“Kau berdo’a pada patung yang tidak bernyawa,” ledeknya.
Mata Puteri Alessa membulat. “Kakak! Hati-hati dengan ucapanmu. Kau tidak percaya dengan Dewa Hephaestus?”
“Tidak!”
“Kakak! Dewa Hephaestus yang menjaga kerajaan kita hingga saat ini!”
“Tapi, aku tidak mempercayainya. Bagaimana bisa sebuah patung mengabulkan begitu banyak permohonan, sedangkan dia hanya diam ditempat. Bahkan tidak bernafas,” lanjutnya dan pergi meninggalkan Puteri Alessa yang terperangah.
Untuk pertama kalinya dia bertemu dengan orang yang tidak mempercayai Dewa. Dan orang itu adalah keluarganya sendiri.
Tbc.
Alessa Melaina Aprodite
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Dian Anggraeni
aku hadiiiiiiirrrrrr
2022-12-20
2
Mega
Aku curiga sama Yudas
2022-11-16
0
Happy♡~
Putri terlalu berharap
2022-11-13
0