Istana Aegis
Hari-hari berlalu hingga tiba saat upacara penobatan Puteri Alessa sebagai Kaisar Aegis yang baru. Semua dipersiapkan dengan mewah dan megah. Para rakyat yang tahu akan kembalinya Puteri Alessa merasa antusias dan senang. Mereka menggadangkan Puteri Alessa sebagai keturuan dewi yang menyelamatkan Aegis dari ambang kehancuran di tangan Kaisar terdahulu yaitu Pangeran Yudas.
“Yang Mulia…. Tuan Cicero ingin menemui Anda,” ucap Darius memberitahukan.
Saat ini Puteri Alessa sedang didandani untuk acara penobatan. “Persilahkan beliau masuk,” jawab sang Puteri.
Tidak lama Tuan Cicero memasuki kamar Kaisar, beliau berlutut dan mengecup tangan Puteri Alessa.
“Panjang Umur Yang Mulia Kaisar,” salam Tuan Cicero.
Puteri Alessa merasakan sebuah dejavu. “Penobatannya belum dimulai, aku tidak mau sampai kejadian dulu terulang. Semua mengelukan aku sebagai Kaisar, tapi ternyata membawa sebuah belati di belakangnya,” ungkapnya yang selama ini sedikit mengusik relungnya.
“Ampuni Hamba Yang Mulia, kali ini itu semua tidak akan terjadi. Takdir Anda adalah sebagai penguasa di negeri ini.”
“Aku hanya mengemban amanah mendiang Ayahanda, jadi… ada apa Tuan Cicero?” tanya Puteri Alessa.
“Hamba menghadap Yang Mulia karena sebuah hal yang telah hamba selidiki.”
“Apa itu?”
“Kematian mendiang Kaisar, bukan perbuatan dari Pangeran Yudas,”
Pernyataan sang kepala cendikiawan yang merupakan hakim tertinggi Aegis berhasil membuat Puteri Alessa tercengang.
“Bagaimana bisa?” Puteri Alessa bangkit dari duduknya, menunda riasan yang sedang dilakukan para dayang. “Aku dengan jelas tahu jika dia membunuh Ayahku!” tekan Puteri Alessa.
“Apa beliau mengatakan secara gamblang?”
“Maksudmu?”
“Racun yang terdapat pada minuman sang Kaisar Basil bukan dari negeri kita… melainkan dari daerah Timur. Sedangkan kita tahu jika Pangeran Yudas tidak menyukai orang-orang yang berasal dari sana. lagipula, membutuhkan cara yang rumit untuk mendapatkan racun tersebut karena racun itu merupakan racun langka di tempat asalnya,” beber Tuan Cicero.
“Jadi… ada orang lain di balik semua ini? Lalu? Mengapa Pangeran Yudas ingin membunuhku?”
“Kenyataannya adalah, Pangeran Yudas sudah mendambakan takhta ini. Tanpa ada yang membunuh Kaisar pun, Pangeran Yudas akan tetap menyelakai Anda Yang Mulia… karena sejak kecil hamba tahu. beliau merasa cemburu akan kasih sayang Kaisar Basil yang lebih besar pada Anda.”
***
Penobatan berlangsung dengan pikiran Puteri Alessa yang melanglang buana. Tidak ada kebahagiaan ataupun kebanggaan yang dia rasakan dari acara ini. Yang ada adalah rasa kesal dan sedih yang menyatu karena ternyata dia belum bisa membalaskan dendam akan kematian mendiang Ayahnya. Dia merasa belum pantas mengemban takhta ini. Karena pelaku pembunuhan Kaisar Basil masih berkeliaran bebas.
‘Aku yakin Yudas yang membunuh Ayahku…. Tapi, kenapa… kenapa Tuan Cicero bisa berkata seperti itu? Beliau tidak mungkin berbohong? Apa gunanya jika dia berpihak pada Yudas yang menyiksanya hingga hampir mati kelaparan?’ Puteri Alessa mulai berspekulasi dengan berbagai pemikiran dan berprasangka jika Tuan Cicero. Wanita itu masih tidak bisa sepenuhnya percaya. Puteri Alessa terus menatap Tuan Cicero yang sedang mengucapkan sumpah di hadapannya.
“Atas nama Zeus yang agung, hamba menyerahkan kekuasaan yang tertinggi di negeri ini kepada Yang Mulia Puteri Alessa sebagai Kaisar Aegis yang baru. PANJANG UMUR KAISAR ALESSA!”
“PANJANG UMUR KAISAR ALESSA!”
Seruan mengelukkan Kaisar baru sahut menyahut memenuhi area aula penobatan hingga ke ujung negeri. Aegis kini memiliki pemimpin wanita pertama dalam sejarah Kekaisaran Aegis.
Setelah penobatan usai, mulailah penyusunan anggota petinggi yang akan membantu Kaisar Alessa dalam menjalankan pemerintahan. Mulai dari Menteri-menteri dan penasehat hukum. Darius sendiri mendapatkan jabatan baru, yaitu Menteri Pertahanan yang dia tolak mentah-mentah. Karena pria itu berpikir jika ia mengemban jabatan itu. Dia akan sulit berada di sisi Kaisar.
“Mengapa kau menolaknya?” tanya Kaisar Alessa heran.
“Hamba hanya ingin menjadi panglima seperti jabatan hamba terdahulu dan mendampingi Yang Mulia Kaisar ke mana pun Anda berada,” Darius beralasan.
“Kalau begitu, kamu tidak ubahnya pengawal.”
“Hamba tidak masalah,” sahut Darius sambil tersenyum simpul.
Kaisar Alessa menghembuskan napas dan berpikir sejenak. Sesekali melihat ke arah Darius yang tidak henti tersenyum ramah padanya.
“Baik… jika kamu menolak jabatan itu. Kamu akan tetap menjadi panglima seperti dulu. Tapi, aku akan memberikan keserataan padamu dengan para menteri,” ungkap Kaisar Alessa.
“Terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia Kaisar,” Darius mengucapkan syukur.
“Sebagai gantinya, aku menunjuk Tuan Atalla sebagai Menteri Pertahanan!”
“Terima kasih atas kemurahan hati Yang Mulia Kaisar,” sahut Tuan Atalla menunduk hormat.
Satu persatu petinggi telah di pilih hingga salah satu penasehat mengutarakan pertanyaan monohok, karena Kaisar kali ini adalah seorang wanita.
“Sebagai sebuah Kekaisaran, Aegis selama ini tidak pernah dipimpin oleh orang yang tidak berpasangan. Setidaknya… kami ingin agar Yang Mulia Kaisar memiliki seorang pendamping.”
Kaisar Alessa tersentak, dia sama sekali tidak berpikiran ke arah sana. Baginya, meruntuhkan Yudas adalah yang utama. Lagipula, dia sudah tidak memiliki perasaan yang namanya cinta setelah pengkhinatan Pangeran Fabian pada dirinya. Bukankah kita harus menikah dengan orang yang disayangi? Seperti Kaisar Basil yang menikahi Permaisuri Rhea.
Mengingat hal itu, membuat hati Puteri Alessa berdenyut nyeri karena dia harus mengingat Pangeran Fabian yang merupakan belahan jiwanya dahulu. Timbul rasa ingin membalas semua rasa sakit itu.
“Begitukah? Kalau memang diharuskan… aku pun akan mengangkat beberapa selir.”
“Selir?” para penasehat dan para menteri tampak terkejut, termasuk Darius.
“Setau hamba, pasangan Kaisar perempuan hanyalah seorang pasangan pria… Yang Mulia,” jelas penasehat lain.
“Kenapa tidak berlaku dengan Kaisar perempuan? Kalian meragukanku?” Kaisar Alessa melipat tangannya.
Penasehat tersebut tersentak dan bersujud. “Hamba memohon ampun, Yang Mulia Kaisar….”
“Berikan aku daftar kandidat dari anak-anak kalian, bahkan keponakan kalian. Aku akan menerimanya. Dari luar Aegis pun aku tidak keberatan. Dengan begitu Aegis akan semakin kuat.” Kaisar Alessa bangkit dari singasananya. Wanita itu mulai pening karena masalah kematian mendiang Ayahnya belum mendapatkan titik temu.
Para petinggi terdiam dan saling pandang. Mereka tidak bisa membantah keinginan Kaisar.
“Aku melakukan ini demi Aegis, bukan karena apa pun. Karena tidak ada cinta di dunia ini, hanya ada ambisi. Bukankah itu yang ada di dalam pikiran setiap lelaki? Aku… akan melakukan hal yang sama.” Kaisar Alessa melenggang pergi.
Darius menatap Kaisar Alessa dengan raut yang sulit diartikan. Hingga sampai kamar Kaisar, Darius membuka suara.
“Yang Mulia… mengenai selir….”
“Aku akan mengirimkan undangan pernikahanku ke Eropa Timur, aku akan membawanya sendiri. Jadi, aku minta kau atur semuanya selama sebulan ini,” ucap Kaisar Alessa memotong perkataan Darius.
Darius mengatupkan bibirnya dan mengangguk pasrah. “Baik Yang Mulia Kaisar!”
Wanita itu hanya tersenyum tipis hingga para dayang datang untuk mengganti pakaian yang Kaisar Alessa kenakan.
“Siapkan air, aku ingin berendam,” Perintah Kaisar Alessa.
“Baik, Yang Mulia Kaisar,” sahut para dayang.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Hayurapuji
Darius patah hati
2022-09-21
1