Tanpa menghiraukannya, Luis menoleh ke arah Lisa lalu berkata, "Saya cuma ingin memperingatkan Anda secara baik-baik mengingat Anda masih bagian dari keluarga Jake. Kekasih Anda punya wanita simpanan bernama Viola. Saya rasa dia sedang hamil."
.........................................................
Plak!
Lisa yang tadi sempat panik langsung menampar wajah Reza dengan keras sementara wajahnya memerah karena marah. "Dasar berengsek! Beraninya kamu selingkuh dengan wanita lain?! Tunggu pembalasanku! Aku takkan membiarkanmu lolos begitu saja!"
Dengan mata berkaca-kaca, dia melangkah keluar dari restoran dengan sepatu hak tingginya.
Sebenarnya Lisa tidak begitu mencintai Reza. Alasannya memulai hubungan dengan Reza adalah karena ia punya gelar PhD dari Universitas Layabaya, dan wajahnya juga tampan. la merasa bangga saat sedang bersamanya.
Namun, dia tidak sudi menerima kenyataan bahwa Tom telah mengkhianatinya dan menjalin hubungan dengan wanita lain.
"Lisa! Lisa, kumohon dengarkan aku! Biar aku jelaskan!"
Reza dengan cepat menyusul Lisa. Dia tahu Lisa sulit dibujuk. Kalau Lisa sudah kehilangan kesabaran, dialah yang akan menderita.
"Tuan Nardo, saya minta maaf karena Anda harus menyaksikan situasi mengenaskan ini," ujar Lula dengan canggung.
"Tak perlu khawatir. Terlibat dengan orang yang salah itu wajar. Apalagi Reza memang lumayan tampan," jawab Luis.
Dia tidak sedang menjalin hubungan dengan Lula, jadi dia tidak memedulikan tipe kekasihnya dulu.
"Apa Anda sudah mau pulang? Mau saya antar?" Luis bertanya sambil beranjak dari tempat duduk.
Dia sadar bahwa kondisi Lula sedang kurang baik. Dia rasa akan berbahaya kalau Lula pulang sendirian.
"Anda membawa mobil ke sini?" tanya Lula sambil tersenyum samar.
Luis pernah bilang kalau dia tidak punya mobil, tetapi Lula tidak memercayai ucapannya. Lagi pula, mana mungkin seorang jutawan tidak punya mobil?
"Ada yang salah? Saya bisa membelinya kapan saja, ucap Luis seraya mengeluarkan ponselnya. Dia bisa menemukan apa Saja di Shopazon. Bukan cuma mobil biasa, melainkan juga mobil sport. Selain itu, harga barang di Shopazon juga lebih murah."
"Tidak usah!" Lula dengan cepat menggelengkan kepalanya untuk menghentikan Luis. Meskipun Lula belum lama mengenalnya, dia cukup memahami watak Luis. Bisa jadi dia benar-benar membeli mobil sesuai perkataannya. Mengingat aset yang ia miliki, membeli mobil adalah perkara mudah.
"Sudah larut, tapi saya belum mau pulang. Maukah Anda menemani Saya sebentar?"
"Kenapa? Anda sedang tidak enak hati?"tanya Luis.
"Cuma sedikit. Mustahil bisa merasa senang setelah melihat pria itu, bukan?" Lula tersenyum pahit.
"Oke. Ayo cari tempat untuk bermain Aliansi Hero, Master," kata Luis sambil bercanda.
"Baiklah. Saya tahu tempat yang sepi untuk bermain."
Lula berjalan menuju tempat parkir lalu membuka pintu Porsche merahnya.
"Tempat yang sepi? Anda bukan mau melompat dari gedung, kan?" Luis masuk dan duduk di jok penumpang. Dia khawatir Lula berniat untuk menceburkan mobilnya ke sungai akibat merana gara-gara mantan kekasihnya. Dia masih muda dan tidak ingin menyia-nyiakan hidupnya.
Lula menyeringai sementara hidungnya berkedut. Dia tampak agak kesal. "Jangan khawatir. Saya tidak serapuh itu. Kalau tidak, saya pasti sudah melompat dari gedung waktu kami putus. Ngomong-ngomong, bagaimana Anda bisa tahu banyak tentang mereka berdua?"
"Rahasia," kata Luis dengan tenang. Dia tersenyum sambil bersandar di jok mobil yang terbuat dari kulit itu.
Dia tidak boleh memberi tahu siapa pun tentang Sentuhan Emas. Kalaupun dia melakukannya, orang mungkin akan menganggapnya psikopat. Tentu saja dia tidak mau dimasukkan ke rumah sakit jiwa.
"Baiklah." Lula cemberut. Dia enggan memaksa karena mereka tidak begitu dekat.
Tak lama kemudian, Lulamembawanya ke pub kelas atas. Tempat itu tidak asing baginya karena ia sudah sering ke sana.
"Hei, apakah kamu mau mengajakku minum-minum? Bisa kacau nanti kalau kita mabuk," kata Luis ragu-ragu. Dia tahu bahwa Lucy ingin mabuk-mabukan setelah melihat raut wajahnya yang muram.
"Kenapa? Anda takut? Anda tidak mungkin punya kesempatan kalau saya tidak mabuk," jawab Lula sambil tersenyum samar.
Saat menatap tubuhnya yang ramping, Luis menelan tudah sembari membayangkan hal-hal yang bisa mereka lakukan.
"Jangan berpikir macam-macam. Pub ini milik teman saya. Anda takkan bisa berbuat macam-macam walaupun saya mabuk parah." Lula memutar bola matanya sambil malu-matu.
"Memangnya saya peduli!" Luis ikut memutar bola matanya. Dia pura-pura tidak peduli, tetapi wajahnya terlihat masam.
Lula memilih untuk duduk di bilik yang relatif sepi. Kemudian dia memesan beberapa botol red wine istimewa serta berbagai macam makanan ringan dan buah-buahan.
Pelayan membuka sebotol wine dan menuangkannya untuk Lula dan Luis. Kemudian Lula memberinya tip dan memintanya pergi.
Luis bersandar di kursi sofa yang nyaman sambil menggoda Lula. "Hanya ada kita berdua di sini. Apakah kamu tidak khawatir kalau aku akan berbuat macam-macam saat kamu mabuk?"
"Memangnya kamu berani?" Wine yang mereka pesan berwarna merah darah. Lula mengambil gelas di depannya lalu memutar-mutarnya. Dia menengadahkan kepalanya dan meminum wine itu sekaligus bagaikan seorang diva yang angkuh.
"Hei, ayolah, jangan hina kejantananku! Luis langsung merasa tidak senang.
Laki-laki mampu menerima candaan apa pun selama itu tidak menyangkut kejantanan mereka. Bisa-bisa harga diri mereka luluh lantak.
"Mana mungkin aku tahu jika belum pernah mencobanya?" Lula menantang.
Luis tersedak sembari tercengang. Dia membatin, "Tidak mungkin aku mencobanya di sini, kan? Kalaupun aku mau, belum tentu dia sadar dan mengizinkanku melakukannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Hades Riyadi
ceritanya makin menarik 😀💪👍👍
2022-09-25
0