Mimpi Untuk Nyata

Mimpi Untuk Nyata

1

Pagi ini cuacanya cerah, membuat Rio merasa lega. Ia bisa berjualan selepas pulang sekolah. Kemarin dagangannya tidak habis dan hanya laku beberapa saja karena hujan tiba-tiba turun tidak memberi jeda untuk Rio berjualan.

Rio yang masih usia 9 tahun harus bekerja susah payah untuk membantu kedua orang tuanya. Kehidupan yang harus ia jalani tidaklah mudah. Rio harus berangkat ke sekolah, setelah pulang sekolah Rio harus berjualan. Ayahnya bekerja sebagai tukang becak, sedangkan ibunya sakit-sakitan. Tidak bisa banyak beraktivitas.

“Ayah Rio berangkat ke sekolah ya” pamitnya

“Iya hati-hati nak” 

Rio pergi ke kamar ibunya untuk berpamitan.

“Bu Rio berangkat ya, ibu istirahat biar cepat sembuh”

“Iya nak, kamu hati-hati. Jangan terlalu capek jualannya nanti kalau capek bisa gak fokus belajarnya”

“Iya bu”

Rio meninggalkan ibunya di kamar dan berjalan sampai ke sekolah. Sesampainya di sekolah ia langsung duduk dan menunggu gurunya datang.

Sekolahnya cukup sederhana, siswa di sana memang dari keluarga yang berkecukupan. Termasuk Rio, ia bersyukur masih bisa bersekolah tidak kehilangan masa mudanya untuk terus belajar. Impiannya sangat tinggi, jika besar kelak ia bisa menjadi polisi dan bisa membanggakan kedua orang tuanya.

Rio anak yang baik dan pekerja keras, ia paham dengan keadaan orang tuanya. Ia merasa kasihan dengan ayahnya yang harus bekerja mati-matian untuk membiayainya sekolah dan juga harus merawat ibunya.

Setelah pulang sekolah ia langsung pulang ke rumah untuk berganti pakaian dan mengambil dagangannya. Rio berjualan di pinggir jalan, ia mencari tempat yang memang rame agar jualannya bisa terjual.

“Tisu... Kacang” teriak Rio

Barang yang dijualnya bukan miliknya, Rio mengambil di toko lalu menjualnya kembali. Untung yang diperolehnya tidak seberapa, tapi ia tetap semangat. Setidaknya dengan berjualan ia bisa meringankan beban ayahnya, Rio juga bisa membelikan sepatu baru untuk ayahnya. Sepatu yang dipakai ayahnya sudah tidak layak, di bagian bawah banyak yang bolong. Ia kasihan dan khawatir kaki ayahnya sakit dan bisa terluka karena setiap hari ia harus mengayuh sepeda, apalagi ayahnya harus berjalan di aspal, jika siang hari akan terasa sangat panas. Hal itu bisa membuat kaki ayahnya sakit dan terbakar panasnya aspal.

Karena lelah Rio berteduh sebentar di bawah pohon, siapa tahu ada yang membeli dagangannya.

“Tisunya berapa dek?” ucap pria berpakaian jas yang rapi, sepertinya dia orang kaya.

“Yang ini 3 ribu, kalo yang ini 7 ribu pak” menunjukkan tisu-tisunya.

“Saya ambil yang ini 5 ya dek” “5 ya pak? Ini pak totalnya 35 ribu pak”

“Ini dek uangnya” “Tidak ada uang pas pak? Saya tidak ada kembalian, dagangan saya belum laku dari tadi” ucapnya

“Ya sudah tidak usah kembaliannya” ucapnya berlalu

“Terima kasih pak” ucapnya setengah berteriak

Bapak itu mengacungkan jempol sambil tersenyum.

Karena waktu sudah sore dan matahari mulai tak menampakkan dirinya lagi, Rio kembali ke rumahnya. Ia takut ibu dan ayahnya khawatir karena ia pulang malam, jarak dari tempatnya berjualan ke rumahnya cukup jauh, jadi bisa memakan waktu sampai satu jam.

“Assalamualaikum” Rio masuk ke dalam rumahnya dan menghampiri ayahnya yang sedang duduk beristirahat di depan kamarnya.

“Waalaikumsalam” jawab sang ayah

“Ayah sudah makan?” tanya Rio

“Sudah nak, kamu sudah makan”

“Belum yah, ini Rio beli nasi tadi tapi hanya satu bungkus, karena uangnya tidak cukup. Ibu sudah makan yah?”

“Ibumu sudah makan tadi, ayah juga beli nasi dan kami makan berdua. Lebih baik kamu makan dulu, takutnya sakit perut kalo belum makan”

“Iya yah, aku ke dapur dulu”

Di jalan Rio membeli nasi untuk dimakan bersama ayah dan ibunya. Ia hanya membeli nasi satu bungkus karena uang dari hasil jualannya tidak cukup kalau membeli dua bungkus. Terkadang ayahnya membeli nasi untuk dimakan bersama ibunya, jika Rio tak membeli nasi dari hasil jualannya ayahnya akan membelikannya dari hasil becaknya.

“Setelah makan, segera mandi lalu kita ke masjid ya, sebentar lagi maghrib” ujar sang ayah

“Iya yah” jawab Rio

Ayah Rio dan Rio sudah selesai mandi dan sudah berpakaian rapi untuk melaksanakan sholat maghrib di masjid. Setiap maghrib mereka selalu ke masjid untuk sholat berjamaah bersama dengan tetangga dan warga di kampungnya.

Di perjalanan menuju masjid ayah Rio dan Rio bertegur sapa dengan warga yang akan sholat ke masjid. Mereka mengobrol sambil berjalan ke masjid.

Adzan berkumandang banyak warga yang datang ke masjid, saat maghrib masjid selalu ramai jamaahnya, karena para warga sudah pulang dari tempatnya bekerja. Ayah Rio, Rio dan warga melakukan sholat berjamaah.

“Rio, ayo pulang nak” ajak sang ayah

“Iya ayah” jawab Rio

Rio dan ayahnya pulang ke rumahnya.

Sesampainya di rumah, Rio langsung masuk ke dalam kamarnya untuk belajar. Rio anak yang rajin dan giat belajar, di kelasnya ia selalu mendapat juara pertama. Meski dia sibuk karena harus bekerja sepulang sekolah, terkadang tubuhnya merasa sangat lelah pada malam hari, semua itu tak mengurangi semangat Rio untuk tetap belajar. Cita-citanya tinggi, meski ia sadar ayahnya tidak mungkin sanggup membiayainya sekolah tinggi tapi semangatnya untuk bisa menggapai cita-cita tak pernah pupus.

Ia ingin melihat orang tuanya bangga dan di masa tuanya tidak perlu susah payah banting tulang untuk mencari uang. Ia berjanji pada dirinya jika sudah dewasa nanti ia akan bekerja dengan giat agar mimpinya bisa tercapai. Rio anak tunggal jadi ayah dan ibunya sangat menyayanginya, meski tidak bisa memberikan apa yang di inginkan Rio, ayah dan ibunya selalu memberi kasih sayang pada Rio.

Rio tak pernah meminta apa pun pada ayahnya, karena ia paham dan sadar bahwa ayahnya sudah sangat lelah menarik becak dan hasilnya tidak seberapa. Cukup untuknya makan saja sudah sangat bersyukur, apalagi ayahnya harus menabung untuk biaya pendidikan Rio. Memang tidak mahal, karena sekolah Rio bukan untuk orang-orang elit, jadi biayanya tidak terlalu membebankan pada ayahnya.

Tapi ayah Rio juga harus membiayai istrinya yang sakit-sakitan dan jika sudah kambuh penyakitnya harus dirawat di rumah sakit dan biayanya tidak murah baginya. Jika harus dirawat inap ia harus punya uang 500-900 ribu. Namun jika hanya periksa 100 ribu sudah cukup.

Selesai belajar Rio langsung tidur karena badannya pegal-pegal dan kakinya merasa sakit akibat berjalan kaki yang cukup jauh.

Adzan subuh berkumandang Rio bangun dan menuju ke kamar mandi untuk mandi dan wudhu, untuk menunaikan sholat subuh. Kalau subuh Rio jarang berjamaah ke masjid, karena ia harus siap-siap. Jika ayahnya bangun terlebih dahulu, maka ayahnya yang akan memasak tapi jika Rio yang bangun terlebih dahulu maka Rio akan memasak.

Mandiri sejak kecil sudah membuatnya terbiasa melakukan pekerjaan seorang perempuan, karena semenjak ibunya sakit Rio dan ayahnyalah yang harus mengurus semua kebutuhan rumah. Beres-beres, menyapu, mencuci piring atau pakaian sudah terbiasa bagi Rio dan ayahnya. Jika beras dan lauknya masih ada maka Rio akan memasak, jika sudah tidak ada Rio harus mencari ubi terlebih dahulu untuk sarapan pagi harinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!