Rio dan Surya sudah selesai makan, Surya menghampiri Ningsih dan mengambil piring yang berisi nasi dan ikan tadi.
“Sudah selesai makannya bu?”
“Iya yah”
Surya pergi ke dapur dan mencuci piring-piring yang sudah digunakan makan tadi.
“Mau Rio bantu yah?” tawar Rio
“Tidak usah, ini cuma sedikit kok, kamu belajar saja di kamar” ujar Surya
“Iya yah, Rio ke kamar dulu”
“Iya”
Rio masuk ke kamarnya dan membuka tas lalu mengambil buku dan pensil untuk belajar. Hampir satu jam Rio belajar, Rio lupa kalau ia belum sholat isya’. Rio bergegas mengambil wudhu dan sholat isya’, selesai sholat Rio langsung tidur.
Keesokan harinya, Rio berangkat ke sekolah seperti biasa dan ayahnya juga berangkat ke pasar. Ningsih hanya seorang diri di rumahnya, tapi memang Ningsih sendiri yang menyuruh Surya untuk bekerja, meski Surya sudah tidak ingin berangkat bekerja tapi Ningsih bersikukuh untuk agar Surya bekerja dan tidak mengkhawatirkannya.
Hari ini Rio berjualan di taman, karena Kayla sudah berjanji untuk membantunya. Semoga saja neneknya mengizinkan untuk keluar, hingga Rio punya teman untuk berjualan. Rio mencari Kayla di taman, ternyata benar Kayla datang dengan pembantunya lagi.
“Rio” panggil Kayla
“Hai, sudah dari tadi?”
“Enggak, kita baru saja sampai”
Rio bersalaman pada bi Sri, meski bi Sri hanya pembantu Rio tetap menghormatinya karena tak ada pembeda antara manusia kecuali imannya, itulah nasehat sang ayah.
“Bibi tunggu di sini ya, aku mau bantu Rio jualan. Cuma keliling taman saja” ujar Kayla
“Iya non, tapi jangan lama-lama ya non nanti neneknya non mencari” jawab bi Sri
“Siap bi” Kayla memeragakan hormat pada bi Sri
Kayla dan Rio menjajakan jualannya.
“Tisu... Kacang...” ucap mereka berdua
Setiap ada orang yang mereka temui selalu ditawarkan.
“Tisunya bu”
Ibu itu menggeleng, Rio dan Kayla berjalan lagi mencari orang untuk ditawarkan jualannya.
“Capek juga ya, kamu tidak capek tiap hari kayak begini?” tanya Kayla pada Rio
“Aku sudah biasa jadi meskipun capek ya tidak seperti awal-awal jualan” ucap Rio
“Kamu hebat ya, masih SD sudah jualan, pasti papah sama mamah kamu bangga sama kamu”
“Kamu juga hebat kok, papah sama mamah kamu pasti bangga juga”
“Kalo mamah masih ada mungkin iya” ucap Kayla menunduk
“Memang mamah kamu ke mana?” tanya Rio
“Mamah sudah meninggal sejak aku masih kecil, aku saja tidak tahu wajah mamah seperti apa. Hanya bisa liat foto-foto mamah saja”
“Maaf ya, aku tidak tahu” Rio merasa tak enak hati karena sudah membuat Kayla sedih
“Tidak apa-apa kok lagian aku juga tidak mau menangis lagi, mamah juga sedih kalo liat Kayla sedih” ucap Kayla melebarkan senyumannya
“Iya, kamu harus tetap semangat dan tidak boleh sedih karena kamu masih punya nenek yang sayang banget sama kamu. Kamu juga ada bi Sri yang juga sayang sama kamu”
“Iya, bi Sri sudah kayak mamah karena bi Sri yang selalu menemani main Kayla”
“Ayok kita jualan lagi”
Kayla mengangguk, mereka berjualan keliling taman lagi.
“Non ayo pulang, nanti dicari sama neneknya non” panggil bi Sri
“Iya bi” jawab Kayla
“Rio, Kayla pamit dulu ya. Kalo besok diizini lagi Kayla bantu lagi boleh?”
“Boleh dong, tapi kalo tidak boleh jangan paksa ya”
“Iya, Kayla pulang dulu ya” Kayla melambaikan tangannya dan Rio juga melambaikan tangnya.
Rio mencari tempat duduk untuk beristirahat sebentar.
“Satu, dua... emm alhamdulillah hari ini lumayan banyak yang terjual, dapat 30 ribu, aku pulang aja sambil jualan di jalan nanti. Sudah sore juga takut ibu kenapa-napa” ujar Rio
DI jalan Rio menawarkan jualannya setiap bertemu orang. Ketika hendak menyeberang karena tidak melihat kanan dan kiri Rio hampir saja tertabrak mobil. Namun, untungnya mobil itu langsung mengerem.
Tiiiiiit
Suara klakson terdengar, membuat Rio terkejut dan langsung menghentikan langkahnya. Orang yang mengendarai mobil itu keluar dan menghampiri Rio.
“Kamu tidak apa-apa?” tanyanya
“Tidak apa-apa pak, maaf Rio tadi tidak lihat yang mau menyeberang” ucapnya takut
“Lain kali lihat-lihat dulu itu bisa membahayakan kamu dan orang lain” ujarnya
“Ayo masuk, biar aku antar” tawarnya
“Tidak usah pak, Rio sudah tidak apa-apa nanti merepotkan bapak”
“Aku tidak merasa direpotkan, ayo masuk”
Bapak itu membukakan pintu mobilnya, Rio pun masuk ke dalam mobilnya.
“Siapa nama kamu?” tanyanya
“Nama saya Rio pak” jawab Rio dengan sopan
“Oh Rio, rumahnya di mana?”
“Rumah saya di gang melati pak”
“Kamu jualan?”
“Iya pak”
“Memang orang tua kamu ke mana?”
“Orang tua saya ada pak, ayah juga kerja ia tukang becak. Kalo ibu ada di rumah, sakit jadi gak bisa jualan, oh iya nama bapak siapa?”
“Panggil saja om Rendra”
“Om Rendra” ucap Rio mengulanginya
Ya yang menabrak Rio adalah Rendra. Rendra yang baru pulang dari kantornya langsung melajukan mobilnya, ia menyetir sambil menelepon sehingga Rendra tak melihat kalau ada yang menyeberang dan Rio juga tidak melihat sebelum menyeberang, untung saja Rendra langsung mengerem, sehingga tidak menabrak Rio.
“Emm Rio pernah liat om tapi di mana ya?” ucap Rio yang mulai berpikir mengingat-ingat di mana ia bertemu dengan Rendra “Oh iya, Rio ingat bapak eh om Rendra yang pernah beli tisu waktu Rio jualan di taman kalo tidak salah” sambungnya
“Oh ya, om lupa mungkin iya” ucap Rendra yang memang sudah tak mengingat kejadian itu.
“Kamu sekolah?” tanya Rendra
“Sekolah om, Rio jualan setelah pulang sekolah. Kalo ayah yang kerja sendirian kasihan jadi Rio bantu, meski hasilnya tidak banyak tapi lumayan” ucap Rio tersenyum
“Anak yang hebat, mau berjuang dan membantu orang tuanya” ujar Rendra dalam hati
“Memang kamu tidak malu?”
“Enggaklah, kan Rio kerja bukan mencuri, kalo mencuri baru harus malu, kata ayah selagi kita mampu dan bisa bekerja jangan pernah meminta apalagi mencuri karena itu tidak baik” ujar Rio
“Kamu anak yang hebat ya, oh iya ini gangnya ya. Rumah kamu di mana?”
“Rumah Rio masih masuk ke dalam, tidak apa-apa sampai sini saja om Rio bisa kok jalan”
“Kamu yakin?”
“Iya om, lagian kan Rio tidak kenapa-napa”
“Ya sudah, tunggu” Rendra mengambil dompetnya dari sakunya “Ini buat kamu, harus di terima ya om bakalan sedih kalo ditolak sama Rio” Rendra memberikan uang 50.000 beberapa lembar kepada Rio
“Tapi om”
“Kamu tidak minta, om yang kasih anggap saja ini rezeki kamu hari ini” Rendra menaruh uang itu di tangan Rio.
“Terima kasih ya om, om baik banget”
“Iya sama-sama, kalo begitu om pergi dulu ya”
“Iya om, hati-hati ya. Sekali lagi terima kasih om”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments