5

Setelah menghabiskan makanan Surya langsung bergegas mandi, karena adzan maghbrib sebentar lagi berkumandang.

Rio dan ayahnya berangkat ke masjid, sesampainya di masjid Rio dan ayahnya sholat maghrib berjamaah. Hari ini di masjid mengadakan pengajian, jadi banyak warga yang datang tidak hanya warga desa sini saja ada juga dari desa sebelah yang datang untuk mendengarkan ceramah ustadz. Banyak sekali makanan yang disiapkan oleh takmir masjid dibantu warga setempat. Rio dan ayahnya tidak langsung pulang, karena mereka juga menunggu pengajian selesai dan sedikit membantu membereskan masjid, barulah mereka berdua pulang.

Setelah pengajian selesai Rio mengikuti ayahnya untuk membantu melipat tikar atau menyapu bagian yang kotor. Sambil mengobrol dengan orang-orang yang ada di sana, Rio juga sambil bermain-main untuk menghibur agar lelahnya tidak begitu terasa.

“Sudah selesai yah, ayo pulang. Rio sudah mengantuk” Ajak Rio seketika ia menguap menandakan sudah benar-benar mengantuk.

“Iya, ayah pamit dulu sana takmirnya ya”

“Saya pulang dulu, sepertinya sudah selesai semua” ujar Surya

“Iya, terima kasih pak sudah bantu-bantu, ini ada lebihan makanan kamu bawa saja kalo Cuma dibiarkan mubazir.” Memberikan 2 bungkus makanan kepada Surya

“Wah yang benar pak, terima kasih ya, saya terima ini. Assalamualaikum”

“ iya sama-sama pak Surya Waalaikumsalam”

Mereka berdua pulang dengan berjalan kaki. Waktu menunjukkan pukul 9 malam, wajar saja Rio mengantuk, biasanya ia sudah terlelap tidur karena sudah lelah seharian berjualan. Namun, karena hari ini ayahnya mengajak untuk mendengarkan ceramah dulu jadi Rio pun mengiyakan.

“Sepertinya ibumu sudah tidur, kamu langsung ke kamar dan tidur ya” ucap sang ayah

“Iya yah”

Rio masuk ke dalam kamarnya begitu pun ayahnya ia juga sangat lelah, cuacanya juga cukup terik. Ia ingin segera merebahkan tubuhnya agar besok kembali bertenaga untuk mengayuh sepeda.

Terlelap dalam kelelahan adalah obat paling ampuh dan mujarab baginya, bisa melewati hari ini dan melihat anak dan istrinya bisa makan saja sudah membuat Surya bersyukur. Ia berharap anaknya kelak lebih baik darinya, Rio bisa bekerja lebih baik agar tidak bersusah payah dan tubuhnya tidak sakit-sakitan.

Malam terasa sunyi, desiran angin dan suara jangkrik seperti alunan musik yang bisa dinikmati oleh warga desa tanpa perlu keluar rumah. Di rumah Surya, semua orang terlelap dalam mimpinya, Rio yang sudah tidur selepas pulang dari masjid, Surya yang baru memejamkan matanya, dan Ningsih yang sudah tidur lebih dulu sebelum mereka pulang.

Kuk kuruyyuuuuk...

Suara ayam membangunkan Ningsih, ia melihat masih pukul 3 pagi. Ia langsung bangun dan berjalan perlahan ke arah kamar mandi untuk mengambil wudhu dan sholat tahajud. Ningsih diam-diam selalu bangun tanpa mengganggu tidur Surya dan Rio.

“Ya Allah, berilah kesehatan untuk hamba agar hamba bisa berjualan kembali. Hamba tidak tega melihat anak hamba harus bekerja, harus kelelahan pulang sekolah langsung bekerja. Angkatlah penyakit hamba, hamba tak mau melihat suami dan anak hamba sedih karena hamba. Aamiin” Ningsih menangis mengingat dirinya yang sudah tidak bisa banyak beraktivitas, kesehariannya ia habiskan di tempat tidur, ia masih kuat jika harus berjalan tapi tidak bisa berlama-lama. Ia belum tahu penyakit apa yang dideritanya, karena ia belum periksa dengan dokter ahlinya. Ningsih hanya mampu periksa di bidan terdekat. Ia tidak mampu kalau harus periksa pada dokter ahlinya.

Selesai sholat Ningsih kembali merebahkan tubuhnya, Surya tidak tahu karena ketika bangun Ningsih masih terpejam jadi Surya berpikir kalau Ningsih belum bangun sama sekali. Ketika adzan sudah berkumandang Surya bangun dan melaksanakan kewajibannya. Begitu pun Rio, ia terbangun dan langsung ssholat subuh.

Ningsih juga terbangun ketika suaminya ke kamar mandi, ia pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Ada sisa makanan yang dibawa suami dan anaknya dari masjid tadi malam, Ningsih memanaskan sisa makanan itu.

“Sudah bangun bu?” sapa Surya

“Iya yah, ini lagi hangati makanan. Ini ayah yang bawa?”

“Iya bu, tadi malam ada lebihan dua bungkus, sama takmir masjidnya dikasih ke saya daripada mubazir katanya.”

“Alhamdulillah ya yah, kita bisa makan enak pagi ini”

“Iya bu, maafkan ayah ya belum bisa membahagiakan ibu sama Rio”

“Ayah ngomong apa sih, ibu bahagia kok ibu juga bersyukur sekali punya ayah dan Rio. Karena kalian adalah harta dan sumber kebahagiaan bagi ibu” ujar Ningsih “Seharusnya ibu yang minta maaf karena ibu yang sakit-sakitan kalian harus bekerja keras buat beli obat ibu” sambung Ningsih

“Ibu tidak perlu minta maaf, kan ini semua sudah takdir Yang Maha Kuasa jadi apa pun yang terjadi dalam hidup kita harus tetap disyukuri” Surya menenangkan Ningsih yang mulai meneteskan air matanya.

“Sudah bu tidak usah menangis, lebih baik ibu sholat dulu biar ayah yang lanjuti panasi makanannya” ujar suaminya

“Iya yah” Ningsih menghapus air matanya dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan wudhu.

Rio yang sudah sholat subuh langsung pergi ke dapur untuk membantu ayahnya.

“Ayah lagi apa?” tanya Rio

“Ini lagi hangati makanan semalam buat sarapan” jawab ayahnya

“Rio bantu ya” tawar Rio

“Boleh, kamu tolong ambilkan piring ya buat naruh ikan”

“Baik ayah” Rio bergegas mengambil piring yang ada di meja dan diberikan kepada ayahnya.

“Ini yah, ada lagi?”

“Kamu duduk saja, sini” ujar ayahnya sambil menepuk bangku agar Rio duduk di sebelahnya

“Nanti jualan di mana?” tanya ayahnya

“Paling di sekitar taman kalo rame yah, kalo tidak rame ya keliling saja”

“Kalo kamu capek tidak usah jualan ya, kalo mau jajan minta saja sama ayah tidak perlu jualan”

“Rio tidak capek kok yah, malahan Rio senang bisa bantu ayah, kalo untuk jajan Rio jarang-jarang belinya. Kalo lagi ingin jajan ada dari hasil jualan, jadi ayah tenang saja Rio pasti jajan kok, kalo mau” ucap Rio meyakinkan ayahnya.

“Rio juga bisa dapat teman baru kalo jualan, jadi tidak kesepian deh” sambung Rio

“Oh ya, Rio sekarang punya teman baru?”

“Iya Rio punya teman baru, namanya Kayla dia mau bantu Rio jualan jadi Rio bisa main juga. Ayah tidak usah khawatir Rio akan istirahat dan pulang kalo sudah capek”

“Janji ya” menatap Rio

“Janji yah” mengangkat tangannya

“Wah mengobrol apa nih, kayaknya asik banget” Ningsih sudah selesai sholat langsung ke dapur dan melihat anak dan suaminya sedang mengobrol.

“Biasa Bu, ayah nasihati Rio kalo capek tidak usah jualan” jawab Surya

“Ayah kamu benar nak, kalo capek gak usah jualan ya”

“Rio kan sudah bilang Rio tidak capek kok, Rio juga senang jualan” ucap Rio dengan serius agar orang tuanya tidak terlalu memikirkannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!