16

Rendra menikmati makan malamnya bersama Kayla dan ibunya.

“Kayla sebentar lagi naik kelas ya, terus lulus dan masuk SMP” ucap Rendra

“Kayla mau lanjut ke mana?” sambung Rendra

“Kamu ini, belum lulus sudah ditanya mau lanjut di mana”

“Ya kan tidak apa-apa bu, Kayla bisa pilih-pilih dulu sekolah yang bisa membuatnya nyaman”

“Kayla bingung pah, nanti Kayla coba pikir-pikir mau lanjut di mana” jawab Kayla

“Iya, jangan terlalu buru-buru sayang, kan masih lama juga”

“Iya nek”

Ketika selesai makan Rendra, ibunya dan juga Kayla masuk ke kamarnya masing-masing untuk istirahat.

Di Bandung seorang perempuan yang terlihat buru-buru keluar dari rumahnya, langsung menaiki mobil.

“Kebiasaan, bos kalo mengabari suka tidak pikir dulu. Seharusnya dikabari kemarin, aku kan harus menyiapkan dokumennya dulu” gerutu Bela

Bela melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, beruntungnya hari masih pagi membuat Bela tak leluasa di jalan karena orang-orang belum berangkat ke kantor. Sesampainya di kantor, Bela berlari untuk menyerahkan dokumen-dokumen yang diminta bosnya.

“Ini pak dokumen yang bapak minta” Bela menyerahkan pada Erik

Jika Surya tidak ada maka yang menggantikan adalah Erik, tidak mungkin Surya harus bolak-balik Jakarta-Bandung untuk memimpin perusahaannya. Eriklah yang dipercaya Surya untuk menjaga perusahaannya.

Tanpa rasa bersalah Erik bertanya pada Bela “Kami kenapa tergesa-gesa seperti itu?”

“Hah, apa dia tanya kayak begitu. Memang tidak benar nih orang” ucap Bela dalam hatinya

“Bapak kan mintanya segera, pagi ini juga. Jadinya saya harus menyiapkan dokumennya dulu terus langsung ke sini” jawab Bela

“Bagus, kamu memang karyawan yang gesit”

“Kalau begitu saya permisi ke luar pak”

“Eh tunggu”

“Ada apa ya pak?”

“Kamu sudah sarapan?”

“Belum pak, setelah ini saya langsung ke bawah untuk sarapan”

“Ini ada makanan, kamu makan gak perlu turun ke bawah. Saya belinya kebanyakan, sayang kalau dibuang” Erik memberikan makanan yang sengaja ia beli

“Terima kasih pak” Bela mengambil makanan yang diberikan Erik

“Kalau begitu saya permisi ke luar pak”

“Silakan”

Bela keluar dari ruangan Erik dengan membawa makanan yang diberikan Erik menuju ruangannya.

“Lumayan, tidak usah capek-capek turun ke bawah menghemat tenaga. Tadi sudah lomba lari hehehe” ucap Bela

Bela membuka makanan itu dan langsung melahapnya, Bela suka makan tapi tubuhnya tak pernah gemuk meskipun setiap harinya banyak yang dimakannya. Entah lari ke mana makanan-makanan yang dimakan Bela sehingga dirinya tak pernah gemuk.

 

Surya mengantar Rio ke sekolah seperti biasanya, hari ini Rio memaksa untuk berangkat ke sekolah sendiri berjalan kaki karena Rio merasa tubuhnya sudah normal kembali. Rio sudah tidak merasakan lemas lagi, namun Surya masih khawatir Rio pingsan di jalan karena kelelahan.

“Kamu masuk ya, belajar yang rajin” ucap Surya mengelus kepala Rio

“Iya yah, Rio masuk ke kelas dulu. Ayah juga hati-hati ya”

“Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam”

Surya pergi dari sekolah Rio, dan Rio masuk ke dalam kelasnya. Tadi malam Rio membuka celengannya yang sudah penuh. Rio menghitung uang yang ia keluarkan dari celengan itu dan jumlahnya sekitar 70.000. Setelah pulang sekolah Rio akan membelikan sepatu untuk ayahnya, semoga uangnya cukup untuk membeli sepatu.

Rio terlihat sangat senang ketika celengannya penuh, dan ia akan membelikan sepatu baru untuk ayahnya. Meski sepatu yang dibelinya nanti tidak bagus yang penting kaki ayahnya tidak sakit lagi ketika mengayuh dan berjalan membawa becaknya.

Teettt Teeeetttt

Bel sudah berbunyi tandanya sudah waktunya pulang, semua siswa berlari keluar dari kelasnya masing-masing untuk menunggu jemputan orang tuanya, ada juga yang berjalan kaki seperti Rio. Mereka biasanya di jemput menggunakan motor, bisa dihitung yang dijemput menggunakan mobil termasuk Kevin. Namun Rio tak pernah merasa iri karena Rio masih bersyukur ayahnya bekerja untuk dirinya dan juga ibunya.

Sebelum pulang ke rumahnya Rio pergi ke toko sepatu, ia ingin memilih sepatu yang bagus dan sesuai dengan uangnya.

“Pak, mau lihat sepatu yang bagus untuk orang dewasa pak ukuran 40” ujar Rio pada bapak penjual sepatu

“Ini yang paling bagus dek” mengeluarkan dua pasang sepatu yang paling bagus di tokonya

“Berapa harganya pak?”

“Kalo yang ini 100 ribu dek”

“Tidak bisa kurang ya pak? Uang saya Cuma 70.000 saja”

“Wah tidak bisa dek itu sudah harga pas, kalo yang ini harganya 70.000 dek. Sepatunya juga bagus kuat juga, tidak kalah sama yang ini” Bapak penjual sepatu itu menunjukkan sepatu yang harganya sesuai dengan uang yang dibawa Rio.

“Ya sudah pak, aku ambil yang ini saja uang saya tidak cukup kalo yang ini” Rio memberikan uangnya kepada penjual sepatu itu dan bapak itu membungkus sepatu yang dibeli Rio

“Ini dek sepatunya, terima kasih ya” sembari memberikan sepatu yang sudah dibungkus plastik

“Iya pak, mari” ujar Rio

Rio pulang membawa sepatu yang dibelinya, Rio pulang telat tidak seperti biasanya karena ia harus pergi ke toko sepatu. Arahnya pun berlawanan dengan jalan ke rumahnya.

“Assalamualaikum bu” panggil Rio

“Waalaikumsalam, kamu dari mana nak? Kok terlambat pulangnya?” tanya Ningsih

“Tadi Rio membeli sepatu ini bu, ini sepatu baru untuk ayah. Rio lihat sepatu ayah sudah banyak bolongnya jadi Rio menabung buat beli sepatu” jawab Rio

“Sini peluk ibu” Ningsih memeluk Rio “Kamu anak yang baik Rio, pasti ayah bangga sama kamu” ucap Ningsih terharu mendengar jawaban Rio.

“Assalamualaikum, Rio Ibu, kok pada pelukan sih ada apa ini?” tanya Surya

“Waalaikumsalam, ini buat ayah” Rio memberikan sepatu yang masih terbungkus dengan plastik

“Apa ini nak?” tanya Surya

“Ayah buka aja” jawab Rio

Surya melihat ke arah Ningsih, Ningsih pun mengiyakan dan mengangguk. Akhirnya Surya membuka plastik hitam itu.

“Sepatu?” ujar Surya

“Iya, Rio yang membelikan untuk ayah” jawab Ningsih

“Rio tidak tega lihat kaki ayah jika harus berjalan di atas aspal yang panas sedangkan sepatu ayah banyak yang bolong” ucap Rio

“Kamu dapat uang dari mana nak?”

“Rio menabung yah, setiap jualan Rio sisakan untuk ditabung dan sekarang sudah bisa buat beli sepatu meskipun tidak terlalu bagus”

“Ini sudah sangat bagus nak, Terima kasih ya. Kamu memang anak baik padahal ayah tidak pernah kasih uang jajan buat kamu” ucap Surya menahan air matanya terjatuh

“Ayah, Rio kan tidak pernah minta jadi kalo Rio butuh kan Rio punya uang dari hasil jualan jadi ayah tidak usah khawatir” ucap Rio

Mereka bertiga berpelukan dalam haru bahagia, hal yang dilakukan Rio tidak seberapa tapi itu bisa membuat orang tuanya senang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!