“Bangun dari tadi nak?” tanya sang ayah yang baru saja selesai sholat dan keluar dari dalam kamarnya
“Baru bangun yah, ayah sudah masak?”
“Belum, ini mau ke dapur” ayahnya berjalan ke dapur
“Berasnya masih ada yah?” Rio mencari sisa beras yang dibelinya
“Ada sisa sedikit, cukup untuk pagi ini. Nanti ayah beli lagi” ujar sang ayah
Kekompakan mereka membuat ibu Rio merasa bersyukur, ia merasa kehadirannya sudah tidak berguna lagi. Tapi, ia beruntung mempunyai anak dan suami yang sangat menyayanginya, mereka tak pernah mengeluh dengan keadaannya. Sakitnya memang tidak parah tapi ia sudah tidak bisa berjualan seperti biasanya.
Sebelum sakit Ningsih berjualan gorengan berkeliling di kampung-kampung, tapi semenjak kesehatannya terganggu dan tidak bisa berjalan jauh ia memutuskan untuk beristirahat dulu. Apalagi kalau mengangkat barang-barang yang berat ia sudah tidak sanggup lagi. Tenaganya tidak kuat lagi, bahkan untuk menyiapkan sarapan tidak segesit dulu. Suaminya tidak tega melihat ia kelelahan jadi ia memaksa istrinya untuk istirahat, jika memang sudah sembuh ia boleh memasak lagi.
“Sudah bangun nak, biar ibu saja yang mencuci beras kamu nyapu saja di depan” ucap Ningsih
“Iya bu” Rio menaruh beras yang akan dicucinya dan pergi keluar untuk menyapu halaman.
Selesai nyapu Rio kembali masuk ke rumahnya untuk berganti pakaian sekolah.
“Sarapan dulu Rio” panggil sang ayah
“ Iya yah, masih ganti pakaian” jawab Rio
“Langsung jualan nanti sepulang sekolah?” tanya ibunya
“Iya bu, kalo harus pulang lagi capek, biar dagangannya Rio bawa ke sekolah. Siapa tahu nanti ada yang beli bu”
“Boleh saja asal tidak mengganggu belajar kamu”
“Iya bu, enggak akan mengganggu kok, kan jualannya pas pulang sekolah”
“Ya sudah habiskan sarapannya, ibu ke dapur dulu”
Rio mengangguk, langsung menghabiskan makanannya.
“Ayah berangkat dulu bu, pagi-pagi biasanya banyak yang pergi ke pasar”
“Iya hati-hati yah”
“Ayah berangkat ya” mengelus kepala Rio
“Iya yah, hati-hati ya”
Setelah sarapannya habis Rio mengambil tasnya di dalam kamar dan berpamitan kepada ibunya.
“Rio berangkat ya bu”
“Iya hati-hati ya, kalo capek jualannya pulang aja. Kamu kan harus belajar biar gak capek nantinya”
“Siap bu, tenang aja Rio kuat kok” sambil menunjukkan ototnya yang tak terlihat
“Kamu ini” mengelus rambut Rio “Ya sudah berangkat sana nanti telat jangan malam-malam pulangnya” sambung ibunya
Rio mengacungkan jempolnya, dan berjalan keluar sambil melambaikan tangannya.
Di tengah jalan Rio bertemu dengan tetangganya yang tidak suka padanya.
“Ngapain ke sekolah bawa jualan, mau sekolah apa jualan” sambil tertawa
“Tidak kok aku mau belajar, lagian jualannya pas pulang sekolah. Jadi gak ganggu” ujar Rio
“Makanya jangan jadi orang miskin biar gak usah jualan” ucapnya dengan sombong
“Gak ada yang mau jadi miskin, lagian aku juga bersyukur masih sehat biar bisa cari uang sendiri gak minta sama orang tua” ucap Rio tak terima
“Kan memang tugasnya orang tua, jadi anaknya minta uang huuu”
Kevin berlalu pergi meninggalkan Rio. Kevin memang bukan orang miskin hidupnya cukup jadi ia tidak perlu bekerja untuk mendapatkan uang, ayahnya seorang guru dan ibunya menjaga toko. Toko itu baru dibangun beberapa tahun lalu, jadi wajar jika Kevin hanya tinggal minta saja pada orang tuanya.
“Kevin beruntung ia tak perlu jualan, orang tuanya juga bisa membelikan mainan. Gak boleh ngeluh, aku harus bersyukur punya ayah yang sayang dan mau lelah untuk aku” Rio mengelus dadanya agar tidak ada amarah yang dipendam untuk orang lain.
Rio berjalan dengan semangat, jika ia tak semangat maka cita-citanya akan susah tercapai. Itulah yang memotivasi dirinya agar tifak mudah menyerah pada keadaan. Selain ia harus tetap bersemangat untuk sekolah, ia juga harus semangat untuk berjualan. Niatnya untuk membelikan sepatu untuk ayahnya harus tercapai. Apalagi sepatu yang di pakainya banyak yang bolong dan tidak bisa melindungi kaki.
Sesampainya di sekolah Rio duduk di bangkunya dan belajar dengan fokus. Rio terkenal sebagai anak yang rajin di kalangan guru, jadi Rio seperti anak kesayangan semua guru. Para guru sudah tahu kalau Rio tidak mampu, Rio juga terkadang mendapat seragam tanpa perlu membayarnya.
“Assalamualaikum anak-anak” sapa guru matematika
“Waalaikumsalam bu” jawab semua murid
“Hari ini kita akan belajar tentang perkalian, silakan dikeluarkan bukunya dan kerjakan soal yang ada di halaman 20”
“Yah bu soal lagi” keluh Kevin
“Kamu ini ngeluh terus kerjaannya Kevin, selagi muda harus banyak belajar agar nantinya tidak mudah putus asa apalagi menyerah karena keadaan yang sulit. Ini juga sebagai contoh untuk kalian semua, jangan pernah menyerah karena menganggap hal itu sulit, apalagi menyerah sebelum berusaha. Paham semua” pesan guru
“Paham bu”
“Kalau paham dikerjakan soalnya dan tidak boleh ngeluh sebelum kalian usaha dulu”
“Iya bu”
Semua siswa diam dan fokus mengerjakan soal matematika termasuk Rio, ia sedari tadi tak berpaling dari buku yang ada di hadapannya.
Bel berbunyi tandanya pulang, Rio langsung merapikan bukunya dan segera keluar dari kelas. Ia berjalan menuju tempat yang ramai dan banyak orang di sana. Rio berteriak menjajakan jualannya.
“Tisu... Kacang, Tisunya pak” Sambil menawarkan pada orang yang ada di samping juga di depannya.
“Tidak dek”
Penolakan sering ia terima, tapi itu hal biasa dalam berjualan. Rio tak pernah putus asa apalagi menyerah, ia tetap bersemangat agar dagangannya cepat habis dan segera pulang ke rumahnya.
“Dek beli Tisunya” ucap wanita tua
“Yang ini 3 ribu bu, kalo yang besar 7 ribu”
“Saya ambil yang besar, ini uangnya” memberikan uang pada Rio
“Iya bu, terima kasih” ucap Rio sambil tersenyum.
Rio kembali menjajakan jualannya, di taman Rio berhenti karena ada anak yang sedang nangis. Rio menghampirinya.
“Kamu kenapa” tanya Rio
“Aku jatuh hiks hiks” ucap anak perempuan itu sesegukan
“Ini tissu buat hapus air mata kamu” Rio memberikan satu bungkus kecil tissu
“Aku gak punya uang untuk beli tissunya, aku ke sini sendiri, rumah aku di pinggir sana” anak itu menunjukkan sebuah rumah yang sangat mewah.
“Tidak apa-apa kok, ini gratis asal kamu gak nangis lagi” ucap Rio
“Terima kasih ya, nama aku Kayla” mengulurkan tangannya
“Aku Rio” menerima uluran tangan Kayla
Mereka duduk di pinggir taman, Rio sambil beristirahat dan mengobrol bersama Kayla.
“Kamu jualan ini?” tanya Kayla
“Iya, aku jualan tisu dan kacang” menunjukkan dagangannya “Kamu mau kacang?” sambung Rio
“Tidak, nanti kamu rugi kalo dikasih ke aku semua” ujar Kayla
“Tidak bakal rugi kok, kalo berbagi kan tidak harus mikir ruginya, kita bisa dapat pahala karena sudah berbagi sama orang, apalagi itu orang yang membutuhkan”
“Kamu baik ya” ujar Kayla tersenyum
“Harus jadi orang baik biar nantinya orang juga baik ke kita” ucap Rio
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments