Rio sudah bisa beraktivitas kembali, namun ibunya masih belum mengizinkannya untuk berjualan karena Ningsih khawatir Rio kenapa-napa nanti di jalan. Ningsih mengizinkan Rio berjualan lagi ketika Rio benar-benar sehat. Ke sekolah pun Rio diantar oleh ayahnya, agar Rio tidak capek karena jarak sekolah ke rumahnya lumayan, dan Surya juga khawatir jika membiarkan Rio berjalan kaki.
“Ayah sama Rio berangkat dulu ya bu” ujar Surya
“Iya yah, hati-hati ya. Kalo sudah selesai sekolahnya langsung pulang ya biar bisa istirahat” ucap Ningsih
“Iya bu”
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam, hati-hati yah”
Surya mengayuh sepedanya, semenjak mengantar Rio ke sekolah Surya tidak berangkat pagi-pagi, tentu saja pendapatannya sedikit berkurang karena kalau sudah agak siang hanya sedikit yang ke pasar dan orang-orang sudah banyak yang pulang.
Tapi Surya tak khawatir dengan semua itu, baginya rezeki sudah diatur dan tidak akan tertukar. Surya tidak tega melihat Rio harus berjalan kaki, sebenarnya ketika pulang sekolah Surya ingin menjemput Rio, tapi Rio menolaknya cukup berangkatnya saja diantarkan pulangnya Rio masih bisa berjalan kaki.
“Rio masuk ke kelas dulu ya yah” Rio mencium tangan ayahnya
“Iya, kamu belajar yang rajin ya”
“Iya yah, ayah hati-hati ya”
“Ya sudah ayah pergi ya, assalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Ketika Rio mau masuk ke kelas, Kevin tiba-tiba menghalanginya.
“Eh ada yang baru diantar sama ayahnya, naik kendaraan lagi”
“Maaf, Rio mau masuk permisi” Rio mencoba mencari celah untuk bisa masuk
“Sombong banget sih, baru juga diantar pakai becak sudah kayak diantar sama mobil saja”
“Memang kenapa kalau pakai becak? Ada yang melarang? Tidak haramkan selagi tidak mencuri milik orang” ucap Rio dengan tegas lalu mendorong tubuh Kevin yang akhirnya Rio bisa masuk ke dalam kelas.
Kevin merasa kesal dengan sikap Rio, Kevin tak mau kalah ia masih mengikuti Rio di belakangnya.
“Sombong banget sih kamu” ucap Kevin
Rio tak menanggapi ucapan Kevin, ia merasa tak ada gunanya berkelahi dengannya yang ada Rio kehabisan tenaganya, apalagi Rio belum sembuh. Ia harus menghemat tenaganya untuk nanti pulang sekolah berjalan kaki.
Kevin kembali ke tempat duduknya karena bel sudah berbunyi dan gurunya juga sudah datang. Beberapa jam pelajaran dimulai, bel pulang sekolah berbunyi.
“Ingat pesan ibu ya, sebentar lagi kalian akan ujian kenaikan kelas dan kalian semua akan naik ke kelas 6, rajinlah belajar karena di kelas 6 nanti akan dipilih anak-anak yang pintar untuk mendapatkan beasiswa untuk bisa masuk SMP”
“Kalo aku gak perlu beasiswa pak, papah aku biasa membiayakan aku” ucap Kevin dengan bangganya
“Ini bukan mampu atau tidak, ini kesempatan untuk kalian agar bisa sedikit meringankan beban orang tua ya, paham anak-anak?”
“Paham pak”
“Ya sudah kalian boleh pulang”
Semua murid keluar dari kelas dan pulang ke rumahnya masing-masing.
“Kevin!” panggil Rio
“Ada apa sih panggil-panggil”
“Mau pulang? Bareng ya” ajak Rio
“Enak saja bareng, aku sih dijemput papah”
“Aku kira mau jalan kaki, maaf ya”
“Jalan kaki? Tidak level kalau jalan kaki”
“Ya sudah aku pulang dulu ya”
Kevin tak membalas ucapan Rio, akhirnya Rio pulang sendiri. Rio tidak berjualan karena kadang badannya lemas, mungkin karena belum sembuh membuat Rio jadi sering lemas.
“Assalamualaikum” ujar Rio
“Waalaikumsalam, sudah pulang nak?”
“Iya bu”
“Ganti baju dulu setelah itu makan ya, biar cepat sembuh”
Rio mengangguk dan masuk ke dalam kamarnya. Rio memang anak yang rajin, meski tidak sembuh total Rio memaksa untuk sekolah karena takut tertinggal pelajaran. Sebentar lagi ia juga kelas 6 dan Rio harus belajar dengan giat agar mendapat beasiswa dan ayahnya tak terlalu bekerja keras untuk membiayai dirinya.
“Makan yang banyak, sebentar lagi kelas 6 dan mau masuk SMP ya” ucap ibunya
“Iya bu, Rio sebentar lagi kenaikan kelas do’akan Rio ya semoga Rio bisa ujiannya”
“Pasti nak, do’a ibu tak pernah putus untuk kamu, tapi kamu juga harus jaga kesehatan”
“Iya bu, Rio akan jaga kesehatan. Buktinya Rio makan banyak biar sehat” ucap Rio dengan bercanda
Ningsih tersenyum melihat anaknya kini mulai tumbuh besar, ada perasaan senang dan sedih dalam hatinya. Melihat Rio selalu tersenyum adalah kebahagiaannya baginya, namun ketika harus melihat Rio berjualan membuatnya sedih dan kasihan. Rio harus kelelahan karena berbagi waktu untuk sekolah dan berjualan.
“Kamu istirahat ya, kalau mau sambil belajar gak apa-apa, tapi jangan sampai capek” Ujar Ningsih
“Iya bu, ibu juga istirahat, biar Rio yang beresin ini sama cuci piringnya”
“Ibu masuk ke kamar dulu”
Rio menghabiskan makanannya, selesai makan Rio mencuci piring.
Hari sudah siang, Rio tertidur setelah tadi belajar. Surya masih belum pulang, biasanya Surya akan pulang kalau sudah sore, karena kalau sudah sore jarang ada orang yang akan keluar, mereka sudah keluar sewaktu pagi atau agak siang ke pasar untuk belanja. Tapi ada juga yang keluar jika kepepet dengan urusan yang mendesak.
Matahari sudah terbenam meninggalkan cahaya kemerah-merahannya, burung pun bernyanyi seakan menikmati keindahannya. Angin yang membuat pohon-pohon menari-nari dengan nyanyian burung yang terdengar nyaring.
Surya tiba di rumahnya, ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.
“Assalamualaikum, bu Rio” panggil Surya
“Waalaikumsalam” Ningsih keluar dari kamarnya menghampiri Surya
“Rio mana bu?”
“Ada di kamarnya, mungkin tidak dengar yah, aku panggil dulu ya” Ningsih masuk ke kamar Rio
“Lagi apa nak” tanya Ningsih
“Ini bu lagi beresin lemari” jawab Rio
“Ayah tadi panggil kok tidak keluar. Pasti tidak dengar ya?”
“Eh ayah sudah pulang bu?”
“Iya ayah sudah pulang ayo keluar, mungkin ayah langsung mandi”
“Iya bu, ayok”
Ningsih dan Rio keluar dan duduk menunggu Surya selesai mandi dan sholat.
“Ini ada uang yah, waktu itu jualan belum sempat dikasih ke ayah Rio sakit waktu itu”
“Kamu ada uang jajannya?”
“Ada yah, Rio sudah sisain buat jajan itu buat ayah saja kalau mau beli lauk atau beras”
Surya menerima uang yang diberikan Rio.
“Oh iya ayah tadi pulangnya ibu, antar ibu-ibu jualan gorengan terus ada gorengan lebih dikasih ke ayah, ayo dimakan” Surya membuka bungkus plastik yang berisi gorengan
“Wah alhamdulillah ya, ada saja rezeki. Ternyata benar kalau sudah rezeki tidak akan ke mana” ucap Ningsih
“Iya bu, alhamdulillah karena semua sudah diatur oleh-Nya. Kita jangan mendahulukan kehendak-Nya”
“Ayah benar, serahkan semua pada yang menciptakan, pasti akan mudah”
Surya, Ningsih dan Rio menikmati gorengan dengan bercerita, Rio menceritakan kejadian di sekolahnya tentang beasiswa dan perlakuan Kevin padanya, Surya juga menceritakan penumpang dan hal-hal yang dirasakan tadi. Waktu yang paling indah adalah bersama keluarga meskipun tidak hidup mewah, karena kemewahan tidak menjamin kebahagiaan dan keutuhan keluarga, seperti yang dialami Surya dan keluarganya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments