"Sekian pembelajaran kita, ada yang ingin ditanyakan?" tanyanya kepada seluruh mahasiswa dikelas
"tidak ada pak" jawab semua kompak
"itu yang duduk di bangku ketiga sebelah kanan, tolong bangun, ini kelas bukan hotel!"
"Sya, bangun woy" panggil devina
" Apasih dev, lo ganggu aja gue lagi mimpiiin jaehyun" gumam nesya
"lo dipanggil anjir"
" hah, oh iya Pak"
"Nama?"
"Nesya"
"Nama Lengkap!"
"Nesya Xavier, Pak"
"Mulai hari ini kamu jadi asisten saya di mata kuliah ini, kalian setuju kan?" tanyanya kepada semua mahasiswa di dalam kelas tanpa bertanya terlebih dahulu padaku
"Setuju pak, setuju" begitu jawaban semua mahasiswa di dalam kelas
"Kenapa harus saya pak? kan ada ketua kelas pak yang bisa jadi asisten bapak" protesku padanya
"Ferdy, mau jadi asisten saya" ucapnya kepada ketua kelas
"Ini beneran dosen bukan sih, baru jumpa dosen model begini, baru masuk udah ngeselin" batinku berbicara
"Janganlah Pak, Bapak kan tahu saya ketua BEM fakultas Pak, banyak kegiatannya yang harus diurus Pak" elak Ferdy
"Yang lain bagaimana? ada yang mau menggantikan nesya jadi asisten saya?" ucapnya
"Ada dong, please" doaku dalam hati
"Nesya aja Pak, Nesya kan pinter, cocok jadi asisten Papak"
Yah, gagal sudah aku melarikan diri dari dosen satu ini. Tapi iya juga ya, mana ada mahasiswa yang dengan sukarela mau menjadi asisten dosen disaat semester akhir seperti kami.
"Okay, semua sudah setuju. Nesya Xavier menjadi asisten saya untuk mata kuliah ini." Ucapnya sambil membaca namaku di absensi.
"Okay, semua sudah setuju. Nesya Xavier menjadi asisten saya untuk mata kuliah ini." Ucapnya sambil membaca namaku di absensi.
"Oh ya, tolong tulis nomor telepon kamu, agar saya mudah menghubungi mengenai mata kuliah ini, dan sekalian kamu jalankan absensinya." Jelasnya kepadaku
"Guys, kalian udah absen semua kan?" Tanyaku kepada semua semua orang dikelas.
Udah
Yoi
Udah sayang
Sudah dong beb
Ya memang seperti itu keadaan kelasku yang aneh ini
Aku mulai mengoreksi tanda tangan yang ada di kertas absensi. Yang akan menjadi tugasku selama semester ini.
"Pas 50 orang, hadir semua"
"Eh ele, bentar deh. Yang ini harus di isi dan tanda tangan dosen kan?" Tanyaku pada Giselle yang sedang duduk di sebelahku sambil menonton mv bias kesayangannya.
"Eh iya Ra, kok tadi lo nggak minta tanda tangan sih?"
"Ya tadikan gue nggak liat ele, la gimana dong ini?"
" Ya lo harus minta tanda tangan ke Pak Rafa la, coba lo ke ruangannya sekarang, manatau dia masih diruangannya" kata Giselle.
"Temenin gue ya, please" pintaku pada Giselle
" No no no, gue mau pulang, gue capek, ngantuk lagi, harus bangun pagi karena matkul ini, bye Nesya" kata Giselle sebelum kabur meninggalkanku
" Yah, dasar Giselle" umpatku sebal
Akhirnya aku berdiri di depan pintu ruangan Pak Rafa, sebelum mengetuk aku berdoa dulu semoga Pak Rafa ada di dalam ruangan. Agar aku bisa cepat pulang.
Ku ketuk pintu ruangannya, ketika ada jawaban dipersilahkan untuk masuk, aku segera masuk ke ruangan itu.
"Ada apa Nesya?" Tanya Pak Rafa padaku
"Eh ini Pak, ada yang perlu Bapak tanda tangani di kertas absensi" ucapku
"Oh bawa kesini biar saya tanda tangani"
" Selesai" lalu iya menyerahkan kertas absensi padaku setelah menandatangani.
"Makasih, Pak."
" Tunggu, jangan pulang dulu. Bantu saya mencari buku sebentar."
Aku hanya bisa menghela nafas. Hari ini sunggu melelahkan. Tapi karena aku tidak tega melihat Pak Rafa mencari buku nya dengan susah payah, akhirnya karena aku baik hati, aku bersedia untuk membantunya
" Buku apa Pak yang mau dicari? Sampulnya warna apa? Judul covernya apa?"
" Buku diary warna biru"
La seriusan ini dosen nyari buku diary, aku kira dia mencari buku referensi mata kuliahnya.
Kulihat semua buku berantakan akibat dari Pak Rafa mencari diarynya
" Sepertinya buku diary nya penting banget ya Pak, sampai berantakan semua gini"
" Penting banget, soalnya ada masa depan saya disana."
" Wow..aku mencium aroma aroma bucin disini." Kataku dalam hati
Akupun mulai membantunya mencari diary biru diantara buku buku yang berada di rak besar di ruangannya, sebenarnya aku bingung gimana caranya mencari buku diary diantara puluhan bahkan ratusan buku disini, ya wajarlah Pak Rafa stress gitu nyarinya.
" Ahh, dimana sih?" Itu suara Pak Rafa yang bisa kurasakan tingkat stresnya. Seperti memang benar dibuku itu ada masa depannya.
Aku mulai mencari cari diary biru diantara buku buku yang ada di rak.
" Ini bukan sih?" Tanyaku pelan pada diriku sendiri
Kuambil diary itu dari rak
"Pak, ini diarynya bukan?" Tanyaku pada Pak Rafa
"Ha iya itu, akhirnya ketemu, yaudah kalau gitu kamu boleh keluar" ucapnya padaku
MasyaAllah banget ini dosen, udah dibantuin cari diarynya yang katanya ada masa depannya disitu, eh sekalinya udah ketemu, bilang terima kasih aja enggak.
" Iya Pak, permisi." ucapku berjalan kelaur sambil berusaha menahan kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments