"Apa yang kau lakukan berdiri di atas rel seperti itu, semua orang meneriaki mu untuk cepat segera berlari tapi kau tidak mendengar perkataan mereka. Jika aku tidak menyelamatkan mu maka saat ini kau sudah mati terkena hantaman kereta yang lewat, dan orang tuamu akan sangat menyesali atas kematian mu ini." Ucap wanita itu dengan penuh emosi
Anak itu hanya bengong menatap wanita itu dengan terkejut dan berkaca-kaca penuh harap.
"Ibuuu...." Ucap anak itu memanggil wanita yang sedang dihadapannya dengan sebutan ibu, dengan mata berkaca-kaca
"Ibu aku sangat merindukanmu, aku melakukan ini untuk menyusul mu dan menemui mu. Tapi malah kau yang menemui ku." langsung memeluk wanita itu dengan sangat erat
"Tuan muda... Apa yang terjadi? Ya ampun maafkan saya tuan muda, saya sudah meninggalkan anda di dalam mobil sendirian dan lupa mengunci pintu mobil." Saat sampai pak Aris pun terkejut juga terpampang nyata Ivan sedang memeluk ibu kandungnya, wajahnya sangat nyata mirip sekali dengan Alina
"Nyonya...!!" Dengan nada terkejut pak Aris
Wanita itu pun heran kenapa anak kecil yang ia selamatkan memanggilnya ibu, dan melihat laki-laki paruh baya yang ia anggap bekerja sebagi supir juga terkejut melihatnya dan memanggilnya nyonya.
"Kenapa mereka menyebut ku seperti itu." umam wanita itu dalam hati
"Ibu, apa kau juga merindukan ku makanya kau meminta Tuhan untuk mengembalikan mu ke bumi lagi, setelah ini kau tidak akan menjadi bintang lagi kan Bu." Ucap Ivan dalam pelukan wanita itu
"Em...(melepaskan pelukan Ivan dan bangkit untuk berdiri) nak, aku tidak mengerti apa maksudmu. Tapi aku bukan ibumu, em...pak sebenarnya di mana ibu anak ini? apa dia tidak bersama kalian?" Tanya wanita itu pada pak Aris
"Nyonya Alina...!!" Kata pak Aris
Wanita itu pun mengernyitkan dahinya karena bingung.
"Apa sebelumnya kita saling kenal? Kenapa kau mengetahui namaku. Namaku memang Alina tapi aku tidak pernah bertemu dengan anda pak." Ucap wanita itu
Ya, namanya adalah Alina persis sekali seperti nama ibu kandung Ivan. Tidak hanya itu wajahnya sangat mirip sekali bukan mirip, tapi seperti terpampang nyata bahwa itu memang benar Alina. Bahkan Ivan dan Pak Aris pun mengira itu adalah ibunya, dan majikan Pak Aris.
"Ibu, apa yang ibu maksud kau lah ibuku? Ibu pasti datang untuk menemui ku, Kan? Padahal aku yang akan menemui ibu. Ibu berjanji ya Bu tidak akan kembali lagi pada tuhan, minta saja Tuhan jangan mengambil ibu lagi. Biarkan ibu bersama dengan ku.sm Selama ini ayah sudah berubah Bu, dia sangat jahat dan ibu baru yang dikirimkan ibu kemarin dia sangat jahat juga padaku."
"Emm...maaf nak, Tapi aku bukan ibumu. Nenikah saja tidak pernah, apalagi sampai memiliki anak. Aku belum melahirkan sama sekali, dan aku tidak mengerti maksudmu."
"Nyonya Alina, saya senang anda kembali, apa yang dikatakan tuan muda benar. Nyonya, Tuan Arfan akhir-akhir ini sifatnya sangat berbeda. Bahkan Tuan Muda sampai terlantar." Jelas pak Aris mengadu
"Siapa lagi Arfan??" Tanya Alina frustasi
"Tentu saja suamimu nyonya." Jawab bersamaan Ivan dan pak Aris
"Ohh... ya tuhan bisa-bisa aku frustasi mendengar kalian bicara dari tadi. Sudah aku katakan aku sama sekali belum menikah, sudahlah yang terpenting anak majikan mu selamat. Aku pergi dulu senang bertemu dengan kalian." Pergi dengan emosi dan bingung dengan melihat luka disikut tangannya
"Ibu jangan pergi..." Memeluk Alina dari belakang yang hanya sampai kakinya saja karena Ivan masih kecil dan sedikit pendek
"Aduh anak ini, terus saja menghalangiku. Aku sudah terlambat ayah dan ibu pasti sedang menunggu ku. Mereka sudah dua jam menungguku datang." Gumam Alina kesal
"Em nak... Aku harus pergi. Orang tuaku sedang menunggu ku di rumah. Jadi kau harus pulang ya."
"Tidak, ibu harus ikut denganku, ubah ayah seperti dulu."
"Ayahmu akan berubah menyayangi mu seperti dulu. Oh iya siapa namamu tadi?"
"Ivan...".
"Baik Ivan, ayahmu pasti mengkhawatirkan mu. Jadi sekarang kau harus pulang ya." Ucap Alina sambil berlutut dan memegang lembut kedua pipi Ivan
"Tidak aku ingin ikut bersama ibu."
"Sepertinya anak ini memiliki banyak tekanan dan masalah." Gumam Alina, lalu ia menghampiri pak Aris
"Begini pak, siapa nama mu?" Tanya Alina
"Aris nyonya, anda selalu memanggil saya dengan sebutan pak Aris." Ucap senang Pak Aris
"Baik pak Aris. Banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu, sebenarnya apa yang dialami Ivan sehingga dia menganggap ku ibunya?"
"Tentu saja karena anda meninggal." Jawab pak Aris yang sama-sama polosnya membuat Alina semakin frustasi
Alina pun banyak bersabar dan menahan emosinya.
"Begini pak Aris, aku bukan Alina yang anda maksud, namaku memang Alina tapi wajahku pasti berbeda."
"Itu masalahnya nyonya, nama dan wajahmu sangat persis sekali dengan Alina ibu kandung tuan muda."
"Baiklah, terserah padamu. Aku mengerti kenapa anak ini menganggap ku seperti ibunya yang turun dari surga setelah sekian lama, karena wajah dan namaku mirip seperti Alina kalian."
"Iya nyonya."
"Baiklah, ini kartu nama ku. Di sana terdapat alamat dan nomor telepon ku, aku akan membawa Ivan pergi bersamaku."
"Tunggu nyonya, sejak kapan anda menjadi dokter?" Tanya pak Aris
"Ah sudahlah, itu semua tidak perlu dibahas, aku berpesan padamu jangan beri tahu siapa-siapa jika Ivan bertemu ibu yang dia maksud. Untuk sementara aku akan berpura-pura menjadi ibunya. Kau harus merahasiakan jika aku mirip sekali dengan Alina kalian, jangan beritahu siapapun!"
"Tapi kenapa nyonya, bukankah Tuan Arfan akan senang juga melihat anda. Lagipula kalian saling mencintai, waktu anda meninggal Tuan sangat terpuruk."
"Sudahlah turuti saja apa yang aku katakan padamu. Dan ya pukul 19.00 malam nanti kau jemput Ivan sesuai dengan alamat di kartu ini."
"Tapi nyonya, alamat ini ada di Amerika, saya harus menjemput Tuan Muda di Amerika." Polos Pak Aris karena benar kartu nama itu mencetak alamat berada di Amerika
"Hah begitu ya, baiklah aku akan menulis alamat rumahku di sini. Apa kau membawa pulpen dan kertas?" Alina jadi linglung
"Tidak nyonya."
"Baiklah ternyata tidak ada pulpen dan kertas di sini." Semakin bingung
"Em... Begini saja, di situ ada nomor telepon ku kau bisa chat nomor itu, lalu aku akan memberikan alamatku padamu nanti."
"Baiklah nyonya, anda ternyata sangat pintar."
"Agh,,, dari dulu aku memang sangat pintar, kau tidak perlu memujiku seperti itu."
"Baiklah nyonya, silakan saja jika anda ingin membawa tuan muda, sesuai perintah anda saya akan menjemput tuan muda tepat pukul 19.00 ke alamat anda."
"Bagus... yasudah aku akan membawa anak ini."
"Iya, silakan nyonya!"
"Owh,,, Betapa lugunya pak supir ini. Majikan mana yang menerimanya untuk mempekerjakan dia, bagaimana kinerjanya?ini miris sekali. Tapi mereka sangat baik sekali ingin membuat dia bekerja di rumah mereka." Bicara dalam hati Alina
"Yasudah aku pergi dulu." Pamit Alina
Pak Aris mengangguk.
"Em Ivan... Namamu Ivan, Kan?" Tanya ulang Alina
"Iya Bu, kenapa ibu jadi pelupa? Baru saja kau menanyakan namaku, kan." Balas Ivan
"Ah begitu ya. Entah kenapa juga ibu akhir-akhir ini lupa."
"Tidak apa-apa bu, mungkin karena ibu sudah lama tidak berjumpa denganku."
"Kau benar, baiklah kau boleh ikut bersama denganku."
"Yeay... Terima kasih Bu." Ivan pun merasa senang
Alina pun menuntun Ivan masuk ke mobilnya, lalu melajukan mobilnya ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Nanik Lestari
lemot dgn situasi
2023-07-01
0