Keesokan Paginya~~
Pagi-pagi sekali pak Pratama menelpon Arfan.
~Dalam telepon~
"Arfan, ayah minta hari ini kau dan Ivan tidak kemana-mana karena ayah ingin membawakan kalian sesuatu." Bicara dalam telpon
"Kenapa ayah memintaku seperti itu, apa yang sedang ayah rencanakan?" Arfan memang dikenal orang yang tidak bisa dibohongi, saat ia berbicara dalam telepon dengan ayahnya ia menaruh kecurigaan pada ayahnya
"Tidak ada yang akan ayah lakukan. Hanya saja ini demi kebahagiaan mu dan anakmu. Jadi, kau diam saja di rumah tunggu ayah datang ke rumahmu." Langsung menutup telpon
"Tapi ayah..." Tut...Tut...Tut
Telepon diakhiri~
"Apa yang sedang ayah rencanakan untukku?" Ucap Arfan yang bergelut dengan pikirannya
Pagi ini Bu Shinta tidak seperti biasanya hari ini ia memasak makanan yang begitu banyak, membuat Arfan bertanya-tanya. Tapi ia tidak memperdulikan nya dan menyiapkan persiapan Ivan sekolah, setelah itu ia mengantarkan Ivan ke sekolah dan tidak menuruti perintah pak Pratama.
Saat Arfan Sudah mengantarkan Ivan ke sekolah, ia langsung kembali pulang. Dan saat sampai di rumah, Pak Pratama, Bu Shinta, dan seorang wanita sedang berkumpul di ruang keluarga.
Pak Pratama menyadari kehadiran Arfan yang sudah kembali.
"Arfan, kau sudah pulang? kenapa kau tidak menuruti perintahku untuk hari ini kau dan Ivan tidak perlu pergi kemana-mana.tapi ibumu mengatakan kau malah pergi dan mengantarkan Ivan ke sekolah." Ucap pak Pratama yang membuat Arfan kesal karena baru saja ia datang sudah disuguhkan dengan ocehan yang tak bermakna
"Pendidikan seorang anak lebih penting daripada keperluan ayah datang ke rumahku dengan maksud yang sama sekali tidak penting." Ketus Arfan yang membuat Pak Pratama menelan salivanya. Ada sedikit marah dalam dirinya tapi ia berusaha untuk tetap tenang
"Baiklah, yang terpenting kau ada di sini sekarang. Duduklah ayah ingin mengenalkan dirimu pada seseorang!"
Dengan gontai dan sebenarnya malas, Arfan tetap menuruti perintah ayahnya dan duduk di sofa yang kosong. Karena ia sendiri tidak ingin membuat masalah semakin besar jika ia bersikap untuk menolak.
"Apa yang ingin ayah katakan? Jika bisa cepat katakan dan tidak perlu banyak basa-basi." Ucap Arfan dengan nada dinginnya
"Baiklah, Arfan perkenalkan ini Nadine calon istrimu." Langsung Pak Pratama
"Calon istri? untuk apa? istriku saja baru meninggal 2 Minggu yang lalu, dan seenaknya kalian membicarakan pernikahan."
"Supaya ada yang bisa mengurus mu dan menjadi ibu untuk Ivan!" Jawab Pak Pratama
"Sudah ku duga sebelumnya. Apa maksud ayah? Sudah aku katakan aku tidak memerlukan seorang pendamping. Aku bisa menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi Ivan."
"Dengar Arfan, Nadine ini anak baik dia anak teman ayah. Kau tidak bisa menjadi ibu bagi Ivan. Di usianya yang masih kecil dia masih memerlukan sosok seorang ibu."
"Kakekk..." Teriak anak kecil kegirangan dari arah luar yakni Ivan yang senang melihat kakeknya datang
"Oh cucuku..." langsung memeluk Ivan
"Ivan, kenapa kau pulang? bukankah saat ini jam pelajaran mu dimulai. Kau pulang bersama siapa?" Tanya Arfan yang terkejut karena baru saja ia mengantarkan Ivan ke sekolah tapi tiba-tiba Ivan pulang begitu saja
"Iya ayah, hari ini semua guru sedang rapat di luar. Karena pengumumannya mendadak jadi Bu Maura (guru kelas Ivan) memintaku dan teman-teman ku untuk pulang saja." Jelas Ivan yang masih berada dipangkuan pak Pratama
"Lalu, kau pulang dengan siapa? Kenapa Bu gurumu tidak menelpon ayah untuk menjemput mu?"
"Bu Maura sudah beberapa kali menelpon ayah tapi ayah sama sekali tidak mengangkat telepon. Setelah itu, aku diantar pulang oleh ayah temanku Bagas." Jawab Ivan
Spontan Arfan membuka handphone nya dan terdapat 10 panggilan tak terjawab. Arfan bisa lalai karena suara dari panggilan telepon itu di hening kan.
"Maafkan ayah Ivan, seharusnya ayah selalu ada di setiap saat untukmu."
"Tidak apa-apa, Ayah. Aku mengerti setelah ibu pergi ayah sibuk merawat ku." Keluhnya
"Kakek, kakek datang kemari? Kapan kakek sampai?" Lanjut Ivan bertanya suara lugu khas anak kecil pada Pak Pratama
"Iya, tentu saja untuk bertemu dengan cucu kakek ini. Kebetulan kakek baru saja datang."
"Aku senang kakek datang. Oh, iya kakek siapa wanita yang bersama kakek ini?" Ujar Ivan heran melihat Nadine
Nadine tersenyum anggun ketika Ivan melirik ke arahnya.
"Kakek lupa memperkenalkan nya padamu. Ivan, wanita yang kakek bawa ini adalah ibu barumu, cucuku." Kata pak Pratama
"Ibu baru??" Ucap Ivan dengan raut wajah ceria
"Apa ibu yang sudah menjadi bintang di atas sana meminta Tuhan mengirimkan ibu baru untuk menjagaku dan ayah?"
"Iya cucuku, setelah ini kau akan mendapat seorang ibu jadi kau tidak sedih lagi dan ayahmu akan kembali ke perusahaan nya." Jelas pak Pratama
"Ivan..." Arfan ingin berbicara tapi terpotong
"Ayah lihat dia akan menjadi ibuku. sama seperti ibu yang merawat aku dan ayah.apa ayah senang? aku sangat senang sekali ibu mengirimkan ku seorang ibu baru.katakan yah apa ayah senang? Tanya Ivan berlari dan duduk dipangkuan ayahnya
"Arfan jawab, Nak. Lihat setelah sekian lama Ivan mulai merasa bahagia sekali dengan kehadiran seorang ibu." Sela Bu Shinta
"Ayah, seharusnya kau tidak melakukan hal ini untuk membujukku agar setuju menikahi wanita pilihan ayah." Tegas Arfan
"Ayah... Kapan ibu baru akan tinggal bersama kita?" Tanya Ivan lugu
Pertanyaan Ivan semakin membuat Arfan tertekan.
"Arfan coba kau pikirkan, Nak. Lihatlah putramu dia merasa sangat bahagia." Ucap Bu Shinta sekali lagi
"Bibi... Kau akan menjadi ibuku, kan?" Tanya Ivan pada Nadine yang beranjak dari pangkuan Arfan lalu beralih menghampiri nadine
"Tentu saja, Ivan. Aku akan menjadi ibu baru untuk mu. Tergantung pada ayahmu yang akan menjadikanku ibu bagimu." Kata Nadine dengan lembut
"Lalu, apa setelah itu aku boleh memanggilmu ibu?" Lugu Ivan
"Tentu saja, kau boleh memanggilku apa saja sesuai yang kau inginkan." Ucap Nadine sambil mencubit lembut pipi Ivan
"Baiklah... Sekarang kau ibuku... ibu Nadine kau sangat baik." Senang Ivan
"Eitt,,, Tapi tunggu dulu. Coba tanya pada ayahmu apakah boleh aku menjadi ibumu?" Ucap Nadine yang lemah lembut pada Ivan
Ivan pun dengan polos kembali menghampiri ayahnya.
"Ayah, Apa ayah akan menjadikan ibu Nadine menjadi ibuku? Aku ingin sekali memiliki ibu baru." Tanya Ivan yang semakin membuat Arfan tertekan dan bingung
"Ivan, Ayah tidak bisa menjadikannya sebagai ibu baru untukmu!"
"Tapi kenapa ayah? Ibuku sudah mengirimkan ibu baru untukku, apa ayah lupa dengan pesan ibu?"
"Ayah tidak lupa, tapi ayah memang tidak bisa menjadikannya sebagai ibumu."
"Ayah jahat, Aku benci ayah! Marah Ivan yang berlari sambil menangis pergi menuju kamarnya
"Ivan...!!" Arfan sangat terpukul dan tidak tahu keputusan apa yang harus ia ambil. Menolak Nadine untuk mementingkan perasaannya, atau menerima Nadine demi kebahagiaan putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments