Setelah mengantarkan Ivan pulang, Arfan langsung bergegas kembali menuju perusahaanya yang sedang ricuh.
Sesampainya di perusahaan Arfan pun langsung diserbu oleh para wanita dan susah untuk keluar dari mobil. Tapi ada bodyguard dan Petugas keamanan yang melindungi Arfan, hingga para wanita itu terdorong ke belakang. Dan Arfan bisa keluar lalu mengatakan pernyataannya.
"Saya beri tahu pada kalian, rumor mengenai diriku yang sedang mencari seorang wanita yang akan ku jadikan seorang istri. itu semuanya tidak benar. ada seorang yang menyebarkan berita palsu itu. Asalkan kalian tahu jika saya tidak akan pernah menikah lagi. Jadi, mohon perhatiannya dari kalian. Kalian bisa pergi sekarang juga, sebelum saya panggilkan polisi untuk menangkap kalian karena membuat kericuhan." Ucap Arfan
Setelah mendengar pernyataan Arfan secara langsung itu, para wanita itu pun bubar dengan keadaan tangan kosong dan sedikit ada kekecewaan karena ternyata berita itu bohong.
"Syukurlah Presdir, anda datang kemari. kami sudah mencoba mengusir para wanita itu tapi kerja keras kami sia-sia." Ucap Asisten Hans
"Begitu saja kau tidak becus menjaga keamanan perusahaan ku. untuk apa aku merekrut mu sebagai asisten pribadiku yang tugasnya mengambil alih kepemimpinan saat aku tidak ada di sini." Kesal Arfan
"Saya minta maaf Presdir."
"Maaf-mu tidak berguna untukku. Tapi ini kesalahanmu yang pertama jadi akan ku maafkan."
"Terima Kasih, Presdir." Senang Asisten Hans walaupun kecewa pada dirinya sendiri
"Sudahlah, Bagaimana pekerjaan di perusahaan selagi aku tidak menanganinya sendiri." Tanya Arfan
"Semuanya terkendali dengan baik, Presdir. sesuai yang presdir inginkan."
"Bagus, pertahankan kinerja kalian. Jangan sampai terjadi seperti tadi."
"Tapi, kapan Presdir akan mulai bekerja kembali ke perusahaan?"
"Entahlah, Aku tidak tahu kapan masalahku selesai. Setelah kepergian Alina hidup kami seperti tidak ada arti lagi. Bahkan Putraku Ivan mengalami gangguan Depresi, mungkin karena dia merindukan ibunya."
"Apa gangguan Depresi?" Kejut Asisten Hans tidak menyangka atasan kecilnya sakit
"Iya, dokter sudah mendiagnosa nya. Jadi, Aku harus mengobati putraku terlebih dahulu dengan membuat dia selalu bahagia."
"Saya ikut berduka cita, Presdir. Semoga Tuan muda Ivan cepat sembuh dan anda bisa memulai aktivitas anda seperti biasa dengan kembali ke perusahaan ini untuk membimbing kami."
"Terima Kasih. Kau doakan saja. Baiklah sudah lama aku berada di sini, Ivan di rumah bersama neneknya, aku takut terjadi sesuatu padanya. Lanjutkan kerja kalian, aku titipkan perusahaan padamu."
"Baik, Presdir, anda tenang saja dan fokus saja untuk mengobati tuan muda Ivan, saya yakin anda kuat dan bisa menyelesaikan semua masalah ini."
Arfan pun pergi ke arah mobilnya. Lalu, bergumam.
"Entahlah,,, Apa aku yakin tentang hal itu.di saat aku harus tetap tegar dihadapan Ivan, padahal hatiku pun merasakan sakit begitu dalam. Alina kenapa kau harus pergi meninggalkan ku, dan memberikan tanggung jawab yang besar ini padaku. Aku tidak sanggup menjalaninya. Saat ini aku membutuhkanmu." Batin Arfan
Dalam perjalanan pulang, Arfan melihat ponselnya. Ia dikejutkan dengan panggilan telepon sudah 12 kali dari Bu Shinta.
"Ada apa bibi telepon sebanyak ini?" Dengan gegas Arfan menelpon balik Bu Shinta
Tanpa tunggu lama Bu Shinta pun mengangkat teleponnya.
"Arfan kau ke mana saja? Ibu menelpon mu beberapa kali." Ucap Bu Shinta dalam telpon dengan nada tergesa-gesa
"Ada apa, apa semua baik-baik saja? Di mana Ivan?"
"Itu masalahnya Arfan." Ucap Bu Shinta semakin membuat Arfan tak tenang
"Apa yang terjadi dengan putraku?" Nada Arfan yang mulai khawatir
"Tadi ibu ingin memberikan Ivan makan di kamar nya. Tapi kamarnya tidak dapat dibuka, sepertinya Ivan mengurung dirinya di kamar. Ibu panggil tapi tidak menyahut, ibu takut terjadi sesuatu pada Ivan."
"Apa? Apa bibi sudah pastikan ada suara di dalam kamar nya?"
"Tidak ada Arfan, cepatlah pulang ibu takut terjadi sesuatu pada Ivan."
"Baiklah, aku akan segera pulang. pastikan sekali lagi Ivan ingin membuka pintunya."
Setelah menutup telepon Arfan pun melajukan mobilnya dengan kecepatan 180 km/h ia tidak mempedulikan mobil di sekitarnya.
Pukul 09.00 WIB.
Kurang lebih 25 menit menempuh perjalanan, Arfan sampai di rumahnya. lalu, bergegas lari dengan cepat mungkin menuju kamar Ivan.
"Bagaimana apa Ivan sudah keluar?"
"Belum Arfan, Ibu berusaha memintanya membuka pintu tapi tidak ada jawaban sama sekali dari dalam." Kata Bu Shinta dengan menangis karena khawatir
"Ivan...Ivan ini ayah, Nak. Ayah sudah pulang cepat buka pintunya." Teriak Arfan dari luar sambil mencoba membuka pintu kamar Ivan, tapi itu sia-sia tak ada jawaban dari dalam
"Bagaimana ini Arfan, ibu takut sekali.apa jangan-jangan Ivan melakukan bunuh diri."
"Jaga bicaramu bibi (bentak Arfan) Putraku tidak mungkin melakukan hal bodoh itu, tidak mungkin dia tega meninggalkan ayahnya sendiri di sini. Ivan buka pintunya, nak...ini ayah!" Teriak Arfan dengan menggedor-gedor pintu
Arfan dan Bu Shinta pun mencoba untuk membujuk Ivan agar membuka pintunya dari luar. Tapi karena sudah lama tidak ada suara dari dalam, Arfan pun memutuskan untuk mendobrak pintunya, dengan sekali dobrakan pintu itu berhasil dibuka.
Tapi saat pintu itu berhasil dibuka didalam tak ada pun sosok Ivan di sana.
"Ivan...di mana dia?" Bu Shinta bingung
"Ivan di mana kau, Nak." Arfan pun mencari Ivan disekitaran kamarnya tapi Ivan tidak ada sama sekali di sana
Lalu, Arfan pergi mencari keluar balkon kamar. Ternyata Ivan ada di sana ia sedang berdiri di atas pagar balkon, membuat Arfan yang melihatnya langsung menangkap Ivan dan membawanya turun karena ia pikir Ivan ingin menjatuhkan dirinya ke bawah.
"Ayah! ayah di sini?" Tanya Ivan
Dengan erat Arfan pun memeluk Ivan, ia takut kehilangan orang tersayang untuk kedua kalinya. Dan tanpa disadari Arfan menangis sambil memeluk Ivan sangat erat.
"Ayah, kenapa ayah menangis?" Tanya Ivan polos
"Apa yang kau lakukan Ivan? Itu sangat bahaya. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan ayah, Nak. Setelah ibumu pergi ayah tidak ingin kehilangan dirimu. Sebaik mungkin ayah akan melakukan apa yang kau inginkan agar membuatmu bahagia." Jelas Arfan
"Apa maksud ayah, aku tidak mengerti?"
"Lalu, apa kau lakukan berdiri di atas pagar balkon?" Dengan sedikit nada tinggi dan mengintimidasi
"Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya sedang menunggu bintang muncul, aku tidak ingin melewatkannya. Bukankah ayah pernah mengatakan ibu sudah menjadi bintang, sekarang untuk menemui ibu aku harus menunggu malam. Jadi, aku berdiri di sana.memangnya apa itu bahaya?"
Ivan menjelaskannya dengan suara khas anak-anak
"Tentu saja Ivan, itu sangat bahaya. Bagaimana jika kau terjatuh? maka ayah tidak akan bisa memaafkan diri ayah sendiri."
"Maaf ayah, aku tidak tahu jika akan membuat ayah sedih.Aku berjanji akan menuruti perintah ayah.Niatku hanya ingin melihat ibu tapi aku membuat ayah sedih."
"Tidak apa-apa. Lain kali jika ingin melihat ibu berdiri di teras balkon saja bukan di atas pagarnya."
"Iya ayah, Aku berjanji." Ivan pun menghapus air mata Ayahnya yang menetes
Dengan perasaan tenang Arfan memeluk erat kembali Ivan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Ani Ani
ayah nya Salah faham
2024-05-24
0