12 April 2021
10:27
Mereka sama-sama terjatuh, bersandar di dinding melepas lelah karena sudah hampir satu jam kalian berlari ke sana kemari saling mengejar satu sama lain. Hana juga agak sesak karena terus berlari, memang sudah biasa di tambah ketika ada latihan fisik tidak akan jauh-jauh dari kata berlari. Namun, entah kenapa ini begitu lelah.
Haruto menoleh ke arahnya, dan memberikan botol air minum ke arah Hana. Jarak kalian tidak terlalu jauh tapi karena berada di satu ruangan hanya berdua saja.
Tidak masalah selagi lelaki itu tidak membuat ulah lagi, mungkin akan sedikit membuat dunia aman dan tentram.
"Lelah? Biasanya juga kau selalu berlari ke sana kemari tanpa lelah." Hana yang sedang meminum menoleh ke arahnya, menatapnya penuh tanya.
"Kenapa? Aku melihatnya, lagi pula aku tidak buta."
Hana hanya menatapnya datar, kenapa dia begitu menyebalkan bahkan jauh lebih menyebalkan dari pada pertama kali Hana bertemu dengannya.
Agak kurang bisa di percaya di tambah sifat jailnya malah muncul ketika ada Hana, itu terasa aneh untuk siapa saja yang sudah mengenal Haruto cukup lama. Lelaki itu berubah dalam hitungan detik adalah sebuah keajaiban bukan?
"Aku akan ke kelas." Ucap Hana tiba-tiba membuat Haruto menaikan alisnya tidak paham. Hana berdiri dari tempatnya duduk tapi lagi-lagi Haruto menarik jaket gadis itu membuat Hana kembali berhenti, Hana menoleh ke arahnya agak menunduk karena dia masih duduk di atas lantai.
"Secepat itu? Bel saja belum bunyi."
"Bukan urusan mu." Ucap Hana secara acuh kemudian keluar dari sana meninggalkan Haruto yang semakin diam di tempatnya.
"Dasar galak. " Ucapnya seraya minum air mineral yang dia bawa sendiri. Ia membuang nafas panjang dan beranjak dari tempatnya hendak keluar juga dari kantinnya.
•••
Hana berjalan keluar dari kantin itu dan tidak sengaja berpapasan dengan seseorang yang entah siapa dia seperti menghalangi jalannya. Hana mencoba melewatinya, justru ada orang lain yang Hana tebak dia teman dari gadis sialan itu. Hana membuang nafas kasar dan menatap datar ke arah gadis itu, dia siapa sih?
"Apa yang kau lakukan dengan Haruto tadi? " Ucapnya secara tiba-tiba membuatnya agak kebingungan. Namun, Hana segera mengubah raut wajahnya menjadi datar kembali.
"Memangnya apa urusan mu?"
" Kau?! Kau mencari perhatian di depan Haruto agar dia mendekat kepada mu kan? " Ucapnya seraya menunjuk wajah Hana, jujur saja Hana tidak suka dengan cara bicara gadis itu di tambah wajah menyebalkannya itu minta untuk dipukul.
Hana menahan emosinya mati-matian sekarang, mencoba tidak melayangkan pukulan ke arahnya. Hana juga malas di ceramahi ketika dipanggil ke kantor nanti, sangat malas di tambah diberikan ocehan panjang oleh Yuta semakin memperburuk suasana hatinya nanti.
Sudah bagus tadi Haruto memang lumayan menghibur hatinya karena misi sempat gagal karena penyerangan mendadak saat itu di tambah lelaki yang entah dia siapa itu bisa tau markas rahasia itu.
"Kau sok tau sekali, menyingkir dari jalan." Ucap Hana namun salah satu dari mereka melangkah maju ke arahnya, melipat kedua tangannya di depan dada seolah ia ingin melakukan sesuatu. Hana juga hanya diam selama mereka tidak menyerang maka Hana juga tidak akan menggunakan kekerasan.
Namun, tanpa di duga jika dia menarik rambut Hana dan menendang Hana ke belakang, keadaan kakinya belum benar-benar pulih. Hana terjatuh tentu saja, ia lengah tadi.
Bisa-bisanya Hana lengah di saat saat seperti ini, dirinya mencoba berdiri tapi sialnya gadis sialan itu malah menginjak bekas tembakan itu membuatnya meringis kesakitan meskipun Hana tahan sendiri.
Sepatunya yang memiliki bagian bawah yang memang keras menekan lukanya, mencoba menahan-nahan amarahnya sendiri agak tidak meledak di waktu yang sungguh tidak tepat.
Dimana lorong itu begitu ramai tentu saja kalian semua menjadi bahan tontonan satu sekolah, Hana agak dendam ketika mereka hanya sekedar melihat tanpa ada niatan menolong atau melakukan sesuatu. Hana melihat mereka tertawa ketika darah mulai menetes, lukanya kembali terbuka karena anak sialan itu. Hana menatapnya tajam dan tentu saja itu mengundang tawa mereka.
"Lihat lah ****** ini melototi ku, huuu~ aku sangat takut sekali."
"Aku takut sekali, hahahaha ini sangat menyenangkan."
'Menyenangkan anjing lo bangsat.'
Hana mencoba menenangkan diri. Namun, tidak bisa karena semua orang yang melihat juga menertawakan dirinya.
Baiklah mari kita lihat siapa yang akan tertawa nanti? Hana hanya menunduk dan diam-diam tersenyum penuh arti. Sampai Hana mendongak ke arahnya dan menatapnya penuh remeh.
Ketika ia hendak memukul Hana dengan cepat dia menahan tangannya dan menariknya ke belakang, tidak hanya itu Hana juga menendang kaki gadis itu yang sudah menginjak lukanya tadi. Mereka berdua terjatuh secara bertahap dengan penyerangan dirinya.
Hana berdiri agak tertatih, di tambah darah mengalir di salah satu kakinya. Hana masih menunduk belum mau menunjukan wajahnya.
"Sialan gadis itu, mati kau sekarang hah!" Ucapnya ketika hendak menyerang Hana. Namun, Hana bahkan mudah menghindari penyerangannya. Secara tidak sengaja dia menatap wajah Hana yang sudah berubah entah bagaimana.
Ia mendadak terpaku dan dengan cepat bahkan tanpa berpikir panjang, dia memegang bahu dan siku tangannya. Memutar tangannya tanpa beban menghasilkan suara patahan tulang yang membuat siapa akan merasa ngeri mendengarnya.
"AAHHKKKK!! LEPASKAN ITU!! SAKIT!!" Hana menendang kepala nya membuat tubuhnya terpental menabrak dinding. Ia tergeletak di atas lantai dengan satu tangan yang sudah mati rasa itu, Haba melangkahi kepala itu begitu saja dan maju mulai menyerang balik.
"Kau bilang akan membunuh ku, sekarang bagaimana?" Ucap Hana seraya memperlihatkan seringaian yang mungkin membuat orang-orang merasa ragu harus melangkah beberapa 'cm' saja.
Beberapa temannya melangkah mundur, enggan menyerang Hana karena mereka melihat jelas ketiga teman mereka sudah terjatuh di lantai dengan keadaan mengenaskan. Hana juga semakin melangkah maju ketika mereka mencoba mundur menghindar, sedangkan gadis yang berada di depan sekarang.
Ia diam-diam mengambil sesuatu di saku jas nya, sebuah pisau. Hana mendengar gesekan besi itu mulai waspada, ketika beberapa hitungan di mana Hana menebak jika gadis itu akan melangkah maju seraya membawa pisaunya. Ia melangkah mendekat ke arah nya dan semakin berlari ke arahnya. Hana hanya diam dan melihat pergerakannya.
Namun, entah siapa? Pisau itu bukannya menusuk ke arahnya melainkan ke arah gadis yang sekarang berada di depan Hana yang tidak lain adalah temannya sendiri.
"Won... Wonyoung?" Gadis bernama Wonyoung itu salah sasaran di tambah ternyata temannya sendiri yang dia tusuk.
Sedangkan Hana yang memegangi kedua bahu gadis di depannya adalah teman Wonyoung, ia agak melihat reaksi gadis itu dan tersenyum.
"Kau jahat sekali, membunuh teman mu sendiri... "
Wonyoung melangkah mundur, melepaskan pegangannya dari pisau yang sudah menempel sempurna di perut temannya sendiri.
Darah tentu saja akan tetap berada di tangannya, sedangkan Hana masih memegangi bahu gadis malang itu dan kemudian melepaskan pegangannya membuat gadis itu ambruk tepat di bawah kakinya dalam keadaan tidak bisa melakukan apa pun.
"Kau pembunuh." Ucap Hana menakut nakutinya. Lagi pula semua murid tau kalau kenyataan Wonyoung yang menusuk temannya sendiri, ia menatap Hana dengan tatapan bencinya dan ia hendak memukulnya. Namun, sayangnya seseorang menahan tangan itu tidak menghantam siapa pun.
"Kau datang hanya untuk mengacaukan sekolah." Ucap lelaki itu dengan tatapan datarnya, ia bahkan seolah tanpa beban menahan tangan itu seraya mencengkramnya cukup kuat.
Ia melihat semuanya, dimana Hana kenyataannya memang tidak bisa menahan apa yang berada di dalam kepala gadis itu. Jujur dia sudah menduga banyak hal. Namun, yang membuatnya merasa heran adalah di mana Hana malah menjadi orang lain sebagai tameng.
"Menyingkir kau anak simpanan! " Tentu saja ucapan Wonyoung diam-diam sudah memancing emosi lelaki itu. Namun, ia memasang wajah datarnya.
Ia menepis tangan gadis itu namun tidak mau melepaskannya dia menarik rambut panjang Wonyoung tanpa ampun, cukup keras sampai suara teriakan Wonyoung memenuhi lorong koridor sekolah.
"Listen to this *****, lebih baik kau kembali ke tempat asalmu sebelum aku membuat jantungmu masuk ke perut beruang kesayangan ku." Ucap Riki tanpa beban. Bahkan wajahnya sudah tidak bisa di deteksi apakah dia marah atau hanya meledek.
Riki menepis rambut itu dan memukul kepala Wonyoung bahkan tanpa berpikir panjang, sampai lelaki itu berbalik arah ke arah Hana dan menghampirinya. Ia mendekat dan memegang kedua sisi wajah itu, memperlihatkan wajah Hana yang sangat datar itu ke arahnya. Namun, Riki benar-benar sudah terbiasa dengan respon gadis itu.
"Kau tidak apa?"
Hana menepis tangan Riki dari wajahnya dan menggumang tidak jelas. Riki menoleh ke arah Wonyoung yang di bawa oleh teman-temannya di tambah para penjaga sekolah membereskan kekacauan itu. Riki membuang nafas panjang, tidak sengaja jika tatapannya ke arah kaki Hana yang berdarah itu.
"Kaki mu terluka lagi?" Hana tidak menjawabnya dan malah melangkah meninggalkannya. Agak tertatih langkahnya, Hana sudah begitu menahan kesalnya sendiri karena Wonyoung benar-benar menghancurkan moodnya hari ini.
Namun, siapa sangka jika beberapa langkah hendak meninggalkan tempat tadi, tubuhnya terasa melayang dan ternyata Riki tidak mau kalau Hana menahan sakit sendiri karena memaksakan diri.
"Kau keras kepala." Ucapnya yang jelas Hana bisa mendengar apa yang dia katakan. Hana hanya diam dan memasang wajah masa bodoh dengan apa yang dilakukan Riki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments