Karena memang tidak ada kerjaan apa pun, Hana memilih untuk pergi jalan-jalan dengan motor yang baru saja ia beli sengaja agar tidak jalan kaki. Hana malas sekali harus jalan kaki dengan jarak jauh seperti ini.
Melajukan kendaraannya membelah jalanan besar kota Tokyo dengan tenang tanpa halangan, ketika Hana tengah berhenti di lampu merah dan lampu pejalan kaki menyala. Hana tidak sengaja melihat Sakura berjalan dengan langkah tergesa-gesah ke arah sebuah gang.
Hana menahan diri agar tidak penasaran. Namun, raut wajahnya itu sukses membuatnya penasaran. Ketika lampu menunjukan kendaraan boleh melaju kembali, Hana membelokan motornya ke arah gang kecil di mana Sakura pergi tadi. Jujur Hana curiga dengan gadis itu.
Ketika Hana mematikan mesin motornya dan melepas helm yang ia pakai, mengikuti Sakura karena dia masuk ke gang yang lebih kecil di sana. Sampai ketika di sana mengejutkan bagimu, ternyata gang kecil itu memasuki sebuah gerbang kecil dan terlihat sebuah mansion tersembunyi di sana.
Hana pun melangkah cepat ke arah sana dan mengintip di balik lubang gerbang tersebut. Sakura masuk ke mansion itu, Hana memeriksa apakah ada CCTV atau tidak ternyata tidak ada apa-apa. Karena merasa sudah aman, Hana masuk diam-diam ke gerbang itu. Dan berjalan dengan pasti tidak mengeluarkan suara, menutupi sebagian wajahnya dengan topi hitam yang Hana pakai kemudian mengintip ke arah jendela besar yang berada di salah satu ruangan. Dan benar semua orang ada di sana, meskipun tadi Hana agak panik ketika bodyguard sempat curiga. Tetapi, untungnya Hana bisa sembunyi.
Melihat di dalam sana ada Sakura yang memberikan sesuatu kepada Haruto, seluruh teman teman lelaki itu ada di sana duduk santai di setiap sofa di sana. Sakura berdiri dan menghadap ke arah Haruto. Samar-samar Hana mendengar sesuatu di dalam.
"Masih berani kau datang kemari, Sakura?" Gadis itu menunduk sepertinya dia tengah mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan lelaki itu.
"Aku hanya ingin memberikan hadiah itu untukmu." Ucapnya dengan nada pelan, Hana hanya membuang nafas kasar.
Gadis bodoh, sungguh siapa pun akan merasa kalau Sakura benar-benar bodoh. Dia sudah dipermalukan di mata siswa sekolah dengan foto tidak senonoh dan sekarang dia masih berharap jika Haruto akan menerimanya, yang benar saja dia bukan bodoh tetapi lebih dari kata bodoh.
Haruto membuka hadiah tersebut yang terbungkus oleh kertas kado, kemudian membuang kertasnya ke sembarang arah dan membuka kotak tersebut. Dan ia terdiam ketika melihat apa yang berada di dalam kotak tersebut, lelaki itu terlihat memasang raut wajah yang aneh. Tersenyum miring melirik ke arah Sakura.
"Yang benar saja! Kau benar-benar ****** murahan." Semua langsung melihat isian kotak itu dan tersenyum sinis ke arah Sakura. Hana tidak melihat apa isi kotak tersebut.
'Memangnya apa yang ada di dalam kotak itu?'
Haruto menunjukan isi kotaknya dan Hana tercengang ketika melihat apa yang ada di dalam kotak itu.
"Mau apa kan benda ini? Kau benar-benar memintaku setubuhi mu? Ada jaminan itu pertama kalinya untukmu atau ada orang lain yang sudah menyentuh tubuh murahanmu itu, *****?"
Sakura mengangguk dan sukses membuat seluruh teman teman Haruto tertawa, berbeda dengan salah satu dari mereka yang hanya diam memasang wajah datar seolah ia tidak menanggapi apa pun, tangannya memegang sebuah gelas berisikan alkohol.
"Kau akan memperkosanya, Haruto? Dia pasrah sekali denganmu."
"Mari kita mulai permainan ini, jangan salah kan aku jika kau mati dengan keadaan telanjang." Ucapnya kemudian berjalan ke arah anak tangga dan Sakura mengikuti dari belakang.
'Gadis itu benar-benar gila.'
Ketika Hana hendak berjalan mundur, tanpa sengaja Hana menginjak ranting pohon membuat suara lumayan keras. Tentu saja orang yang berada di dalam ruangan menoleh, dan lelaki itu menangkap keberadaannya. Riki meletakan gelasnya dan berjalan cepat ke arah pintu. Hana dengan segera mencari tempat bersembunyi di sana agar tidak ketahuan. Lelaki itu keluar dari ruang tengah memeriksa keadaan depan, ia yakin melihat seseorang di sana dan sekarang menghilang.
"Ada siapa di luar, Riki?" Lelaki itu menoleh ke arah teman-temannya sekilas dan kemudian melihat ke seluruh penjuru taman depan mansion tidak menemukan apa pun, benar-benar sepi. Hanya ada kendaraan mereka saja di sana.
"Ada siapa Rik? Sepertinya ada orang lain selain kita di sini."
"Tidak ada orang di sini bodoh." Ucap Riki kemudian kembali masuk ke dalam rumah dan meninggalkan temannya berdiri di sana dengan keadaan bingung.
'Aku yakin tidak salah lihat. Siapa dia?'
•••
Pagi ini agak aneh pasalnya semua orang tampak sangat pucat sekarang seolah melihat sesuatu, Hana baru saja berangkat dan akan menuju kelas. Namun, seketika langkahnya berhenti, kenapa ada banyak orang di kelasnya sekarang? Hana pun membelah kerumunan tersebut dan menemukan sesuatu yang tidak Hana bayangkan sebelumnya.
"Apa ini?" Beberapa orang menangis bahkan pingsan melihat. Sosok mayat yang berposisi duduk di salah satu bangku dan Hana tau siapa dia. Kashimura Yuni.
Gadis yang duduk di kelas 11 itu terduduk kaku di sana dengan kepala hampir putus, menghadap ke atas kelas. Bahkan mulutnya yang seolah tidak mempunyai rongga mulut lagi, wajahnya nyaris hancur dengan sayatan di wajahnya seperti dikuliti. Bahkan darahnya masih menetes ke lantai meskipun tidak deras.
Hana menatap mayat itu, baru kemarin melihat gadis itu tertawa seperti yang lain bahkan bercanda dan sempat mengajak Hana berkenalan. Namun, Hana mengacuhkannya karena tidak suka dengan orang asing. Bukan penyesalan. Tetapi, hanya heran bagaimana bisa gadis sebaik Yuni meninggal dalam keadaan mengenaskan seperti ini?
"Siapa yang melakukan ini?Tuhan! Kembalikan sahabatku! Kenapa harus dia? Kenapa!"
"Bersabar lah, mungkin ini memang sudah takdirnya. Tenanglah jangan seperti ini." Gadis di sampingnya membantu menenangkan dia, seperti yang Hana tau kalau. Kirana adalah sahabat baik Yuni, meskipun hanya beberapa hari melihat mereka pun sudah ketara karena kedekatan mereka memang sangat lekat.
Sekarang bukan masalah itu, Hana kembali meneliti mayat itu dan berjalan mendekat. Baru beberapa langkah Hana berhenti seolah ditahan oleh seseorang dan ternyata seorang guru, dia guru di sekolah yang Hana tempati sekarang.
"Jangan mendekat, Nak. Biar kan pihak berwajib yang menangani ini. Kamu yang sabar ya." Hana hanya diam tidak mengatakan apa pun dan kembali menatap mayat itu yang tengah diangkat kemudian dimasukan ke sebuah kantung mayat.
Tentu saja untuk diotopsi memperjelas kenapa dia bisa meninggal sekaligus mencari tau banyak hal, meneliti apakah di badannya ada jejak pelaku atau tidak itu sangat penting sekali.
Hana memilih meninggalkan kerumunan dan melewati lorong yang lumayan ramai, mungkin karena penemuan mayat teman satu kelasnya itu memang sukses membuat semua murid di sana merasa merinding, bagaimana kalau membunuhnya mencari korban lagi? Atau mungkin salah satu dari mereka akan menjadi mangsanya dalam beberapa waktu dekat?
Tidak paham dengan keadaan. Hana mulai mengambil ponsel yang ia simpan di sakunya dan segera menghubungi seseorang. Menunggu panggilannya tersambung kepada seseorang dan tidak lama tersambung juga.
"Dia sudah beraksi."
•••
"Sudah ada korban baru rupanya. Kau sudah melihat sesuatu atau sebuah kode?" Hana duduk di kursi tepat di depan pria yang berada di depannya sekarang.
Hana yang tengah memakan permen tengah berpikir. Namun, terlihat sangat santai ,untuk apa terburu-buru? Lagi pula jika kalian semua gegabah maka 'dia' akan tau dan merasa kalau dirinya benar-benar diintai. Tentu saja akan menggagalkan rencana kalian semua untuk mengungkap sekaligus menangkap pelaku, psychopath gila itu.
"Aku rasa sebelum aku datang sudah ada korban, karena yang aku dengar sudah hampir 5 siswa di bunuhnya dengan cara berbeda dan tempat yang berbeda juga."
"Dia sudah gila." Hana memikirkan banyak hal, siapa yang bisa membunuh seseorang bahkan tanpa meninggalkan jejak sama sekali? Bukankah dia sangat hebat? Jika Hana bertemu dengannya Hana bisa menebak apa ekspresinya nanti.
Hana belum mendapatkan seseorang yang mencurigakan sama sekali, semua orang terlihat sama saja.Namun, yang ia curigai ada satu orang yang tampak misterius. Baginya. Tetapi, bukan berarti Hana menuduhnya sebagai pelaku pembunuhannya.
"Apa yang kau pikirkan?" Hana hanya diam dan melirik ke arah pria yang bernama, Yuta. Dia yang membawanya ke Jepang karena urusan yang begitu rumit di negara Sakura tersebut. Mau tidak mau memang.
"Aku mendapati satu orang-"
"Siapa? Katakan cepat siapa? Barang kali kita memang harus benar-benar mengawasinya." Satu orang yang berada di benaknya dan menjadi dugaan, hanya dugaan saja karena dia sangat aneh dan bisa di bilang paling jarang muncul dipublikasikan di sekolah. Hana melihatnya sekali saja, dia yang berada di mansion milik Haruto.
"Aku tidak tau namanya, tapi aku pernah mendengar jika namanya adalah-" Yuta masih menunggu dan sampai Hana mulai menatap pria itu dengan tatapan serius.
"Riki. Watanabe Riki."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments