Chapter : 10

"Tidak mau! Aku hanya mau bersama Haruto ayah! Bukan dia!! " Gadis itu mengamuk ketika ia di beri tahu akan dijodohkan dengan seseorang. Namun, bukan yang dia inginkan.

Malam ini ruang tamu dengan gaya modern yang awalnya sangat rapih menjadi sangat kacau karena amukan gadis itu, hanya masalah perjodohan yang akan di laksanakan di tambah waktunya sangat cepat. Bulan depan semua akan membuat hidupnya hancur, lelaki yang ia cintai tidak ia miliki.

Tidak bisa, jika dirinya benar benar tidak bisa memiliki lelaki itu maka orang lain juga jangan sampai tergapai. Cukup egois. Namun, itu lah dirinya, gadis itu terus menyebutkan nama Haruto di setiap amukannya.

Pria paruh baya itu sudah lama tahu jika anak gadisnya sangat menyukai penerus dari keluarga terpandang itu, keluarga yang bahkan jauh berada di atas dari pada keluarganya.

Kepala keluarga itu cukup sadar diri dengan tahtanya akan ingin membuat anak gadisnya senang menjodohkannya dengan penerus keluarga Watanabe itu.

Namun, ia tidak menyembunyikan fakta, jika ketika ada seseorang yang masuk ke dalam lubang hitam tanpa banyak orang tau. Maka saat itu juga, hanya ada kata bermimpi lah hanya sekedar melarikan diri jika pada kenyataannya tidak akan pernah bisa atau berakhir meregang nyawa di sana.

Almarhum Nyonya Watanabe pertama, hanya namanya saja yang terpampang jelas sebagai menantu keluar besar tersebut. Padahal beberapa orang tau jika sudah banyak yang nyaris menggantikan gelar Nyonya Watanabe

Namun, berakhir tragis.

"Dengarkan ayah nak, ayah bisa saja..."

"Aku tidak akan mau menikah kecuali bersama Haruto! Kapan yah bisa mengerti keinginan ku?!" Pria paruh baya itu terdiam seribu bahasa. Ia memaklumi kelakuan anak gadisnya, karena dia tidak tahu apa-apa.

'Ayah tidak setega itu memasukan mu ke neraka itu nak, kau anak ayah satu-satunya. Tidak mungkin membiarkanmu tersiksa di sana, saat ini kau tidak tau apa yang kau inginkan itu adalah ancaman dalam hidup mu. '

•••

DI KEDIAMAN KELUARGA WATANABE_

08:50WBJ_5 April 2021_

Haruto berada di sebuah ruangan yang mungkin hanya dirinya dan keluarga terpenting yang ia lumayan dekat, tidak ada yang bisa akrab dengannya karena sikap kasar dan juga tergolong sebagai seseorang yang sangat amat berbahaya di usianya.

Siapa sangka jika siswa yang di juluki 'The King Of Famous' itu nyatanya menyimpan fakta mengerikan, hanya keluarga yang tau tidak ada orang lain.

Bahkan keluarganya semaksimal mungkin menyembunyikan fakta itu dari publik terlebih lagi keluarganya sangat amat terkenal, ia bahkan sudah di kenal masyarakat Jepang yang meluas, sebagai penerus keluarga besar Watanabe tentunya. Bahkan ya, tentang kekayaan memang tidak perlu diragukan lagi.

Tuan muda itu tengah menggila sekarang, ia dikurung oleh ayahnya karena tingkahnya yang sangat amat harus di hindari saat ini. Bak hewan kelaparan, ia menatap sekeliling seolah mencari sesuatu untuk di mangsa.

Menoleh ke sana kemari. Namun, tidak ada celah, sampai suara yang membuat seringai menakutkan itu kembali muncul untuk sekian kali. Ia berjalan santai ke arah pintu, ia membuang nafas kasar yang amat memburu sampai ia menggedor pintunya. Hanya gedoran biasa tidak seperti di awal dirinya dimasukan ke ruangan itu.

"YAAAA! MOMMY BANTU AKU KELUAR! KUMOHON MOMMY! HIKS HIKS.. MOMMY KELUARKAN AKU!!" Dengan sangat mendalami perannya, Haruto menangis tersedu-sedu seolah ia benar-benar tersiksa di dalam sana dan ingin segera keluar dari sana.

Sedangkan wanita dengan pakaian kurang bahan itu mendengar jika anak tampan kesayangan keluarga itu meminta tolong kepadanya, sebenarnya kelakuan gilanya menyukai penerus keluarga Watanabe menurutnya bukan sebuah hal yang buruk. Dia tampan, pintar, pandai dalam banyak hal. Namun, fakta mengerikan belum di ketahui sama sekali.

"Kau di dalam sana Haruto? Aku akan mengeluarkan mu tenang saja, tunggu sebentar ya anak ku sayang..."

Suara itu membuat Haruto kembali tersenyum diam-diam di balik tangisan penuh drama yang ia buat-buat.

Penjaga semakin was-was dengan istri baru tuan besar mereka yang akan melepaskan tuan muda mereka yang sepertinya masih menggila. Namun, Tuan besar mereka melarang jika ada seseorang masuk, menyuruh membiarkan saja karena yakin Haruto tidak keluar melainkan mencari mangsa dengan ekspresi penuh dramanya itu.

Tak beberapa wanita itu kembali dengan kunci yang ia curi di laci suaminya, tidak ada keberadaan Tuan besar. Seperti banyak orang tau jika pemimpin itu sibuk hampir setiap hari tidak memberikan luang waktunya hanya untuk sekedar bertanya kepada anak-anaknya.

Kembali ke wanita tadi, ia membuka pintu ruangan tersebut dan masuk ke dalam sana tanpa berpikir panjang, melihat jika tuan mudanya tengah duduk menutupi wajahnya dan jelas terdengar suara tangisan kecil bisa ia dengar. Haruto yang malang pasti sangat ketakutan sekarang. Hanya omong kosong belaka saja.

Haruto agak mendongak. Namun, anehnya bukan wajah menyedihkan yang dia perlihatkan melainkan seringai yang sangat membuat wajah senang itu berubah menjadi terkejut. Seketika saat itu juga suara jeritan menggema keras sampai keluar ruangan yang masih di buka, sedangkan hampir 10 penjaga berada di sana hanya diam.

Bahkan ketika suara jeritan itu keluar, salah satu dari mereka menutup pintunya. Di dalam sana, Haruto sibuk mendorong wanita itu dengan keras. Bahkan memukulinya tanpa ampun bahkan tanpa jeda sekali pun hanya sekedar memberikan waktu bernafas saja tidak dia lakukan sama sekali.

"Kenapa kau sangat bodoh sekali sih hah?! Sangat bodoh." Ucapnya seraya tertawa keras dan terus menendang kepala wanita itu.

Tidak memperdulikan bercak darah yang berada di atas lantai putih bersih, ruangan serba putih bahkan tidak ada apa-apa di sana kecuali pendingin ruangan di sana dan juga udara.

Suara tangisan bahkan teriakan menggema sekarang dan itu adalah sebuah lagu terindah yang Haruto suka. Entah lah, Haruto sangat menyukai suara teriakan kesakitan dan juga tangisan akan lebih menyenangkan lagi suara lemah yang meminta dikasihani adalah poin utamanya.

Haruto duduk di sana, menyamakan tingginya dengan wanita yang sudah berbaring di atas lantai dengan lemas. Wajah cantik itu sudah tidak lagi berbentuk seperti di awal, banyak luka memar di wajahnya dan juga darah yang keluar dari luka yang Haruto berikan tadi. Ada banyak kata-kata menyesal di dalam hati nya karena ia bodoh masuk ke dalam perangkap tuan muda itu. Sangat bodoh.

"Kenapa? Kau menyesal karena mencoba menolongku?" Ujarnya seraya mencengkeram rahang wanita itu dengan keras. Sedangkan yang diperlakukan seperti itu meringis kesakitan.

Haruto hanya tersenyum dan mendorong kepala itu tanpa memperdulikan jika kepala itu menabrak permukaan lantai itu. Ia menatap seluruh tubuh wanita itu dengan seringai yang entah memberikan arti apa itu, Haruto kembali menatap ke arah wanita itu.

"Tubuhmu sangat bagus. Namun, sayang sekali kenapa ayah mau menikah dengan mu yang sangat kotor ini." Ucapnya seraya menggerayangi tubuh wanita itu.

Emosinya terpancing hanya karena namanya disebut dengan nada tinggi, pemuda itu lantas semakin menggila.

Ia tidak melepaskan pisau itu, dia membiarkannya berada di sana dan berdiri menendang perut wanita itu tanpa ampun, tidak perduli lagi jika wanita itu muntah cairan amis itu dengan sangat deras.

Ia kembali jongkok di sana dan melepas paksa pisaunya dari sana membuat suara teriakan kembali terdengar.

"Kuat juga kau? Ku kira dengan ini kau akan mati dengan mudah, tapi bagus lah kalau begitu aku bisa bermain dengan mu lebih lama. Nikmati malam ini Nyonya, jangan berharap kau bisa menduduki jabatan sebagai Nyonya Watanabe. Karena perlu kau tau, jabatan itu hanya Ibu ku yang mendapatkannya. Pelacur kotor seperti mu tidak pantas, akan lebih pantas." Haruto menjambak rambut panjang itu tanpa memikirkan yang dia tarik akan merintih kesakitan. Tepat di telinga wanita itu Haruto.

"Bersinggah di Neraka."

Suara tembakan yang cukup keras dan bersamaan dengan darah yang muncrat muncrat mengenai wajahnya bahkan lantai sampai dinding putih di sana. Ia tidak memperlihatkan ekspresi rasa bersalah, Haruto justru tersenyum seolah puas dengan apa yang dia lakukan tadi. Membunuh dan menuntaskan rasa haus darahnya. Baru beberapa hari ia tidak membunuh orang membuatnya semakin drop, di titik sekarang ini ia kesulitan mengendalikan emosinya sendiri.

Menjatuhkan senapannya yang berada di tangannya dan berteriak seperti orang hilang akal. Emosinya tidak bisa dikendalikan, diantara amarah, khawatir, gelisah, perasaan aneh yang bercampur membuatnya seperti sekarang ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!