Chapter : 8

JAPAN, 21 FEBRUARI 2021

HITS SCHOOL INTERNASIONAL JAPAN_

11:51WBJ

Haruto berada di rooftop sekolah, entah mengapa ia ingin berada di sana saja. Mengingat kejadian beberapa minggu lalu membuatnya agak kaget sekaligus ia penasaran, dari mana gadis itu? Haruto di buat penasaran sekaligus kebingungan. Bagaimana tidak? Gadis itu bahkan tanpa berpikir panjang membuat anak orang masuk ke rumah sakit, itu mengerikan.

Bukan karena Haruto takut, ia hanya heran. Sungguh, ia baru melihat dan untuk pertama kalinya seseorang melakukan itu selain dirinya.

"Bagaimana keadaan gadis itu sekarang? Kenapa aku jadi penasaran dengannya?" Ucapnya pada diri sendiri, Haruto merasa aneh dengan dirinya sendiri sampai ia mendengar suara pintu rooftop terbuka dan ia tau siapa dia.

"Aku sudah bilang, jangan temui aku." Ujar Haruto datar dan membalik badannya menatap seseorang yang tengah berdiri di depannya tadi.

"Aku kira kau sudah puas membunuh puluhan anak buah si sialan Jeon, ternyata kau lebih brutal dari apa yang ku bayangkan. Watanabe Haruto." Ujarnya seraya menyembunyikan kedua tangannya di saku jasnya.

Sedangkan Haruto hanya menanggapi dengan suara kekehan ringan, entah lah ia mengingat kejadian itu membuatnya merasa bangga dengan diri sendiri. Dan ingat lah, seketika pemuda itu menjadi sosok yang berbeda di waktu-waktu tertentu atau di mana seseorang memancing.

"Menurut mu, Tuan Shotaro.Kau selalu mengikuti ku."  Mungkin teman-temannya tidak sadar akan kehadiran pria itu.Namun, tidak untuk Haruto yang peka dengan keadaan di sekitar.

Bisa di tebak bagaimana Haruto, ia muak harus berpura-pura seolah dia benar benar sangat bodoh di sini. Ia sudah sangat muak dan ingin sekali menunjukan dirinya yang sesungguhnya sekarang juga.Namun, entah lah banyak orang yang mengawasinya membuat pergerakannya terbatas.

Bahkan ketika ia akan merenggangkan nyawa seorang siswa dulu, berakhir tidak jadi. Ya, hanya membuat korbannya koma beberapa bulan saja tidak membuatnya puas.

"Bukan hanya kau yang di awasi, saudara tiri mu bahkan jauh brutal." Haruto menaikan alis nya bertanya, saudara tirinya?

“Maksud mu Riki?" Shotaro melangkah mendekat ke arah Haruto dan kemudian bergumang sesuatu yang entah Haruto tidak mengerti sama sekali.

Tetapi, jelas sekali Haruto paham apa yang dikatakan Shotaro beberapa saat lalu, ia paham dan ia tidak sebodoh itu sampai tidak paham. Hanya saja ia kurang tau sejauh mana saudara tirinya itu bergerak, sebrutal apa memang? Apakah lebih parah dari dirinya? Apakah Haruto mempunyai rival yang tidak lain adalah saudara tirinya sendiri? Menyenangkan, apakah itu benar?

"Lupakan tentang membunuh Jeon, lebih baik kau fokus dengan rencana ke depannya jika kau masih ingin bernafas dengan bebas seperti sekarang." Haruto justru malah tertawa menanggapi perkataan yang lebih tua, ia sungguh terlihat tidak perduli dengan apa yang dikatakan Shotaro.

Siapa dia? Dia hanya lah seorang anak buah dari keluarganya yang tentu saja dia terpilih, bukan sembarang orang yang mengawasi pewaris utama keluarga Watanabe. Benar bukan? Dia orang terlatih bahkan dalam melakukan berbagai hal.

Shotaro dan keluarganya juga sudah mengabdi cukup lama di keluar Watanabe, bahkan sudah puluhan tahun. Itu lah mengapa dia terpilih dan diberikan kepercayaan mengawasi Haruto, dan saudara tirinya.

" Apa wajah ku terlihat perduli? Aku tidak akan perduli jika memang ada yang tau, aku akan segera mengetahui nya dan segera melenyapkannya. Jadi jangan khawatir kan diri ku, Shotaro-kun. Aku baik baik saja." Ucap Haruto kemudian melangkah hendak pergi dan membuka pintu rooftop.

Namun, sebelum itu ia membalikan badan nya melihat punggung pria berjas rapih itu masih berdiri di sana dengan perasaan bimbang.

"Bilang kepada pria tua itu, bahwa anak singanya sudah lepas kandang."

Shotaro hanya diam dan ketika ia sudah mendengar suara pintu tertutup ia menoleh, menatap pintu itu dengan tatapan datarnya.

•••

"Kau membuat masalah di sekolah? Memukuli orang? " Yuta memegang surat di tangannya dan kemudian menatap Hana tajam tentu saja.Namun, Hana tidak menggubris tatapan tajamnya seolah ia benar-benar tidak ada rasa takut sama sekali. Untuk apa takut, lagi pula Hana juga tidak akan mati jika dipukuli oleh pria berdarah Jepang itu bukan?

"Kau tidak menjawab?"

"Lalu aku harus bagaimana? Berdiam diri seperti orang bodoh dan dipukuli babak belur, aku punya harga diri jika kau lupa. " Ucap gadis itu tanpa berpikir dan melihat ke arah Yuta dengan tatapan menantang pria tersebut.

Ia memalingkan wajahnya ke arah lain dan meremas kertas yang ada di tangannya, melemparnya tepat masuk ke dalam tong sampah yang tidak jauh dari tempat kalian berada.

Hana hanya diam dan kembali bersandar di sofa, menatap ke arah papan yang menempel di dinding tersebut. Banyak target dan foto seseorang yang sudah diberikan spidol merah dalam tanda jika misi selesai.

Beberapa rencana dan juga tempat yang akan di tuju.Namun, sepertinya misi kali ini akan sangat lama di jalankan di tambah target adalah orang yang sangat terpandang di junjung tinggi tahtanya.

Namun, bukan berarti Hana akan menyerah dan pasrah begitu saja, tidak ada di dalam buku kehidupannya.

"Bagaimana keadaan adik mu?" Hana menatap Yuta kembali dengan tatapan tidak bisa di baca.

"Baik, tidak perlu munafik. Kau ingin bertanya sesuatu."

"Kau anak yang cerdas, bagaimana dengan targetmu? "

"Entah lah, tunggu saja kabar ada orang yang hancur menjadi bakso nanti." Yuta kembali diam dan mengambil ponsel di dalam sakunya.

Sedangkan Hana hanya diam saja, lelah diam saja ia pun berdiri dari tempat duduknya kemudian menghampiri seseorang yang sibuk dengan komputer di depannya.

Bukan hanya satu melainkan puluhan orang berada di sana, bukan hanya dirinya dan Yuta saja. Itu adalah markas dimana Hana akan mendapatkan laporan perkembangan dan informasi tentang targetnya.

Melihat beberapa wajah orang di depannya, itu adalah orang-orang yang akan menjadi target dipastikan akan mati di waktu dekat.

Tetapi, entah kenapa wajah itu membuat Hana merasa ingin mengulitinya, kenapa dia tidak bisa ditaklukan? Padahal jika Hana lihat dia biasa saja.Tetapi, entah lah auranya begitu jelas berbeda dengan yang lain atau termasuk targetnya yang sebelumnya, ini akan sangat sulit dan memakan waktu yang sangat lama. Ia berbahaya, dia akan menjadi penerus, pengedar narkoba selanjutnya.

'Aku harus membunuh induknya dulu atau anaknya dulu? '

Hana berjalan melangkah menjauh, ia masuk ke dalam sebuah ruangan yang memang khusus untuknya. Ia terduduk di sisi ranjang berukuran sedang muat satu orang saja, ia menoleh ke arah laci meja. Membukanya dan menemukan sebuah bingkai foto, tidak begitu ingat. Namun, entah kenapa ingin selalu membawa foto itu.

Berisikan dua anak kecil, laki laki dan perempuan yang saling memeluk. Menggemaskan. Tanpa sadar ia tersenyum. Hana tidak tau siapa lelaki kecil itu, ia juga yakin jika gadis kecil itu adalah dirinya yang dulu.

"Apa harus aku mencari tau siapa? Mustahil, aku bahkan tidak mengingat apa pun."

•••

Riki entah sedang mencari apa di dalam gudang, gudang rumah dari kedua orang tua tirinya termasuk keluarga sambungnya. Pada kenyataannya ia masih penasaran dengan keluarganya, ia merasa selalu di awasi sejak kecil membuat dirinya bergerak dalam keadaan terbatas. Ia sungguh tidak bisa bebas, itu yang dirasakan olehnya.

Mungkin bukan hanya Riki, Haruto pasti juga merasakannya pasalnya pemuda itu terus saja menatap ke segala arah dengan tatapan yang tidak di tebak. Mungkin saja itu, Haruto tau siapa yang mengawasi mereka berdua. Memang apa keuntungannya mengawasi mereka berdua? Tidak ada hal yang menarik bukan?

Ia terus menggeledah semuanya sampai tidak sengaja ia menjatuhkan sebuah map yang lumayan besar, karena ia pun tidak mau ketahuan ia mengambil map itu dengan tujuan mengembalikannya namun sesuatu keluar dari map tersebut membuat Riki mengurung niat mengembalikannya.

Pemuda itu justru membuka map itu dari lembaran pertama dan di sambut oleh data data dirinya. Ada apa ini?

"Apa mereka mengincar ku sejak dulu? " Riki hanya terdiam dan terus berpikir. Ia kembali membalik lembaran tersebut sampai ia tau semuanya, tidak salah lagi. Ia sudah menduga memang ada yang tidak beres di keluarga ini. Sejak dulu namun ia selalu menutup niat untuk mencari tau dan sekarang Riki menyesal kenalan tidak mencari tau sejak awal.

"Ini sandiwara? Kematian keluarga ku bukan musibah, mereka-"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!