Chapter : 18

Hana hanya diam di tempat dan tidak mengatakan apa-apa, hanya keheningan yang menyelimuti tanpa ada yang mau membuka suara terlebih dahulu seolah olah ego kalian berdua begitu sangat besar sekali. Lagi pula lelaki itu sibuk menyetir dan fokus ke depan.

...•••...

Sampai di sebuah bangunan besar dan megah di tengah hutan, yang entah bagaimana bisa dia bisa tahu tempat itu adalah tempat persembunyian para anggota organisasi rahasia tersebut. Ia menghela nafas ketika penjaga menghalangi mobil untuk masuk ke dalam, ia menoleh ke arah Hana yang ternyata malah tertidur di sana.

Riki agak tersenyum miring, ia berniat ingin membangunkannya. Menepuk bahu Hana. Namun, terhenti, ia mengepalkan tangannya kemudian tetap diam di tempat memikirkan bagaimana Hana bisa bangun.

Bisa saja dia memukul Hana membuat gadis itu bangun atau cara yang lain? Kenapa dia tidak melakukannya? Bukannya dia kurang suka dengan yang namanya membuang banyak waktu. Namun, memulangkan Hana baginya lumayan berat entah, bagaimana bisa begitu?

Lelaki itu membuang nafas panjang dan ia mendekat ke arah Hana, dengan satu tangannya di sandaran kursi yang Hana duduki dan sangat dekat itu jangan di tanya lagi.

"Hei, masih ingin tidur?" Ucapnya. Namun, tidak ada tanggapan oleh Hana sendiri masih sibuk dengan dunia mimpi yang entah lah sangat indah dan sulit ditinggalkan.

Lelaki itu agak terkekeh pelan ketika melihat wajah Hana yang tertidur, bukan pertama kali melihat memang tapi kesannya berbeda.

'Lihat lah wajah galaknya itu ketikan tertidur, wajah galaknya hilang. Kenapa menggemaskan sekali?'

Ia semakin mendekat ke arah Hana dan membuka penutup wajahnya, ia agak heran bagaimana orang tidur sepulas ini? Mengusap wajah Hana dengan lembut bahkan ia tidak pernah menyentuh wanita mana pun bahkan sekali pun remaja seumurannya saja tidak pernah, entah lah ini benar-benar pertama kali untuknya. Anggap saja dia adalah laki-laki tersegel.

Tidak tau dari mana ide aneh itu berasal membuatnya agak terkekeh geli sendiri, ia pun melakukannya.

Tentu saja, agar Hana bangun meskipun agak ada unsur tidak rela di dalam hatinya. Ia meniup-niup wajah Hana pelan. Namun, nyatanya sukses membuatnya terganggu karena hal itu.

Ia pun langsung menutup wajahnya lagi dan menjauh dari hadapan gadis itu, ia bertingkah seolah tidak melakukan apa-apa. Padahal ia tertawa di dalam batinnya sendiri dan mengutuk jantungnya yang berdetak tidak masuk akal.

Hana terbangun, karena angin mendadak seperti mengerjainya. Ia membuka mata dan melihat sekeliling agak linglung, kemudian menoleh ke arah Riki yang ternyata menatap ke arah jendela dengan tatapan datarnya yang seperti biasa dia perlihatkan.

Sadar dengan tempat yang kalian tempati sekarang membuat matanya seketika melotot. Tempat ini? Ayolah Hana bahkan tidak pernah memberi tau siapa pun atau bahkan anggota lain juga melakukan itu.

"BAGAIMANA KAU TAU TEMPAT INI?!" Ucap Hana menunjuk ke arahnya, sedangkan lelaki itu menoleh ke arah Hana seraya menaikan alisnya sekilas.

"Mau turun atau ku culik?" Jawaban yang tidak masuk akal. Hana masih tidak percaya dengan bagaimana dia bisa tau tempat persembunyian, yang bahkan penjaganya saja seperti orang lain.

"Masih tidak mau turun?" Ucapnya lagi membuat Hana langsung melepas sabuk pengaman tersebut dan membuka pintunya terburu-buru.

Ia melihat itu hanya tersenyum tipis kemudian hendak memundurkan mobilnya. Namun, ia berhenti karena suara ketukan jendela yang membuatnya membuka jendela tersebut. Ternyata itu Hana, lelaki itu agak bingung.

"Makasih." Ucap Hana singkat kemudian berjalan masuk ke dalam gerbang dengan menunjukan kartu.

Sedangkan dia malah terdiam sendiri, suara itu malah berputar di kepalanya membuatnya agak merasa aneh dengan dirinya sendiri. Dengan cepat lelaki itu menggelengkan kepala nya seraya tertawa sendiri.

"Tidak tulus sekali." Gumangnya kemudian meninggalkan tempat itu secepat mungkin.

•••

Hana berjalan menelusuri lorong sekolah yang ramai namun Hana benar-benar tidak menghiraukan keramaian itu, ia tetap berjalan dengan santai dengan headset yang terpasang di kedua telinganya menyamarkan semua suara tidak faedah di sekitarnya.

Tetapi, seketika merasa ia menabrak dada seseorang karena Hana tidak memperhatikan ke depan, ia agak mundur dan mendongak. Menatap orang itu dengan tatapan jengah setengah mati, Hana melepaskan headsetnya dengan kasar dan menatap malas ke arahnya.

"Menyingkir dari jalan, bodoh." Umpat Hana tepat di hadapannya, terlalu menghiraukan orang-orang yang mulai memperhatikan kalian berdua yang entah tengah melakukan apa.

Haruto hanya menggelengkan kepalanya kemudian melepaskan headset Hana yang masih terpasang di telinga kanannya, membuat Hana ingin mengamuk. Namun, Haruto malah menunjuk jarinya ke mulutnya agar Hana diam tidak mengumpat.

"Ikut aku ke kantin." Ucapnya dengan mudah tanpa beban sama sekali, gadis itu hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.

Dimana Haruto yang menjatuhkan nampan makanan nya dulu? Kenapa dia? Lupakan saja memikirkan semua itu akan membuat kepala Hana pecah di tambah membuang banyak waktu untuk melakukan hal yang bahkan tidak ada manfaatnya sama sekali.

Hana hendak berjalan melewatinya. Namun, dengan cepat Haruto memegang kerudung hoodienya membuat Hana agak terjungkal ke belakang.

Hana menoleh ke arah belakang dengan sebal dan hendak memukul Haruto tapi lelaki itu malah menarik kerudung hoodienya ke atas membuat Hana tidak bisa memukul tangannya.

"Jangan melotot, nanti mata mu lepas aku yang salah juga di tuduh membunuh padahal aku hanya menarik hoodie mu saja bukan mencokel mata mu."

Wajah tengilnya ingin Hana pukul dengan sepatu. Namun, sayangnya tinggi badan kalian memang lumayan terpaut jauh. Hana menatap nya malas dan hendak melepaskan diri tapi dengan kurang ngajarnya Haruto menarik kerudung hoodienya untuk mengikuti kemana dia pergi.

"YAAAA!! LEPASKAN TANGAN MU SIALAN!"

"Jangan mengumpat, itu dosa tau."

"APA PERDULI KU?! HARUTOOOOOOOOO!"

•••

"Jangan menatap ku seperti itu, makan lah." Ucapnya seraya membuka makanan di depannya, ternyata dia mengajak Hana ke kantin yang khusus untuk orang-orang tertentu. Hana memang sudah tau tempat ini namun kenapa Hana di bawa kemari? Haruto kesurupan hantu apa bagaimana?

Hana hanya diam menatap ke arah kaca yang ada, hanya sedikit murid memang. Namun, mereka semua menatap ke arah mereka berdua membuatnya agak terganggu sekaligus tidak nyaman.

Biasanya Hana tidak menjadi pusat perhatian karena memang ia tidak suka diperhatikan bahkan menjadi pusat perhatian, itu mengganggu sekali di tambah orang-orang berbicara selalu memancing Hana untuk merobek mulut mereka satu-satu hanya saja memang tidak bisa karena situasi tidak mendukung aksinya.

Sibuk dengan pikirannya sendiri, membuat makanan lezat di depannya menjadi terabaikan. Merasa di depannya tidak bergerak bagaikan patung, Haruto mendongak dan melihat Hana bahkan tidak menyentuh makanan yang berada di depannya.

Entah ide dari mana, Haruto mengambil es batu yang di ambilkan oleh pelayan. Lihat lah Hana bahkan tidak tau akan hal itu saking sibuknya melamun sendiri. Haruto berjalan ke arahnya, berdiri tepat di belakang Hana dan meletakan es batu ke punggung Hana.

Tentu saja Hana terkejut dan teriak, bahkan kursi itu terjatuh karena ulahnya sendiru. Sedangkan Haruto yang merasa puas dengan apa yang dia lakukan tertawa kencang seraya bertepuk tangan, tidak jarang ia memukul meja yang berada di sampingnya sebagai pelampiasan.

Hana menoleh ke arah Haruto, karena Hana menduga jika pemuda itu lah pelaku yang memasukan es batu ke punggungnya. Hana membawa gelas yang berisikan air dingin, mencipratkan air itu ke Haruto membuat lelaki itu berlari.

"HEI MAU KEMANA KAU! SIALAN! KAU YANG MENUANG ES BATU KE PUNGGUNG KU!" Teriak nya, bahkan tidak ada lelah nya kalian berdua berlari keliling ruangan saling mengejar satu sama lain dan menyiram air dingin satu sama lain juga.

Haruto hanya tertawa, dan memasang majah meledek ke arah Hana. Membuat Hana kesal bukan main, sekarang ia baru tau jika Haruto tidak ambisius atau bahkan kejam. Dia bahkan sangat menyebalkan ketika meledek dirinya.

"Aku berbaik hati bukan, cuaca panas butuh yang dingin. Makanya ku tuang es batu ke bajumu, tidak masalah kan?"

"BOCAH GENDENG! KEMARI KAU SIALAN!!!!!" Haruto berlari menghindari Hana yang terus menyiramkan minuman dingin miliknya ke arah Haruto. Karena lelaki itu tidak mau kalau seragam nya basah terkena es, bisa-bisa bajunya bau jeruk di tambah lengket.

"Coba kau tangkap aku, lihat kakimu pendek sekali."

"BERHENTI MELEDEK KU TIANG BARONGSAI!!!"

"WAAAAAAA MAMA ADA KUCHISAKE ONA DI SINI!"

"HARUTO GENDENG!!!!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!