Chapter : 12

Tokyo_Japan

02:17WBJ

Selesai dengan acara makan yang menyenangkan Hana ada niat kembali ke tempat kecil itu, tempat di mana menyamarkan identitas aslinya. Bukan tanpa alasan kembali, ada barang yang lupa Hana bawa masih berada di sana. Cerobohnya dirinya bisa meninggalkan barang yang jelas penting untuk diri sendiri.

Hana perjalanan ke sana, jalanan sepi sekarang menjauh dari pusat kota memang banyak resiko. Namun, Hana benar-benar tidak memperdulikan apa pun kecuali mengambil barangnya kembali dan kemudian pulang kembali ke gedung.

Namun, di tengah perjalanan sialnya ada hampir tiga mobil berwarna hitam mengikuti dari belakang, bukan hanya sebuah tebakan. Namun, semuanya benar apa adanya. Sudah sejak tadi ia berputar ke berbagai jalan ke sana kemari dan tiga mobil itu masih mengikutinya.

Hana mencoba agar tidak panik, tetap tenang dan tidak selalu melihat ke arah kaca spion. Jika ia melakukannya meraka bisa curiga kalau Hana sudah mengetahui niat mereka.

Sampai salah satu mobil belok entah kemana, dan Hana tidak menduga jika mobil itu akan berada di depannya. Hana tidak bisa berjalan ke mana-mana, mobilnya terjebak di tengah tengah dan sekarang ia menyesal memakai mobil dari pada motor.

'Sialan, di situasi seperti ini?! Mood ku baru saja baik hanya gara-gara makan ramen! '

Mereka satu persatu keluar dan mau tidak mau Hana juga harus keluar. Tidak mau mati konyol malam ini. Haba juga selalu membawa beberapa senjata untuk berjaga-jaga, nyatanya tindakan itu tidak membuatnya menyesal. Mengambil pistol di laci mobil dan menyimpannya di kantong khusus yang tertutupi oleh jaket yang Hana pakai.

Keluar dari mobil dan di sambut hangat oleh belasan orang berbadan besar di sana, tidak takut hanya saja heran. Orang kurang kerjaan mana yang mengirimkan semua ini. Sedangkan Hana tidak menyadari salah satu mobil memasang kamera tersembunyi merekam semua kejadian.

Di balik kamera itu ada seorang gadis yang menikmati acara itu, seolah menonton film adegan yang sangat menyenangkan hanya sana secara live terjadi di dunia nyata bukan hanya sebuah ekting.

Di sisi lain Hana sudah mengambil tindakan waspada, ia terkepung dan bisa saja mereka menyerang secara tiba-tiba bukan?

"Apa mau kalian?"

Akhirnya Hana membuka suara. Namun, salah satu dari mereka tidak ada yang menjawab dan salah satu dari mereka melangkah maju ke depan mendekat ke arahnya membuat Hana reflek mundur beberapa langkah.

"Tentu saja menikmati malam yang menyenangkan, anda akan menikmatinya nona. Ucap nya seraya tertawa mengundang tawa yang lain seolah meremehkan dirinya. Ayolah ini malam menyenangkan untuk perut. Namun, nyatanya tidak menyenangkan untuk hatinya.

"Apa maksud mu?"

"Berbentuk berpura-pura bodoh nona, saya tau anda pasti tau apa niat kami berada di sini. Di depan anda." Hana sudah waspada dan sudah mengambil ancang-ancang akan menyerang.

Namun, siapa sangka jika dua dari mereka menahan badan Haba dari belakang tanpa ia duga. Bukannya di sana tadi kosong? Kenapa tiba-tiba ada orang di sana? Apakah orang ini berjumlah lebih dari pada yang Hana lihat sekarang?

"Berhenti memberontak, semua akan sia-sia saja." Ucapnya yang membuat Hana merasa di rendahkan. Hana berusaha memberontak, dan akhirnya ia menemukan celah kelemahan salah satu dari mereka.

Hana menendang *********** dan memukul bagian perut salah satu yang menahan Hana membuatnya mundur mengeluh kesakitan, yang sebelah kanan tidaknya diam kan bebas di sana. Hana berusaha memukul kepalanya membuatnya tumbang, nyatanya penyerangannya membuat beberapa orang kembali muncul dan semakin banyak.

Dengan terpaksa Hana mengeluarkan dua pisau lipatnya dari balik sakunya, kemudian menyerang mereka dan membabi buta semua orang yang berada di sana.

Sedangkan gadis yang melihat layar itu malah geram, ia melempar popcorn yang ia pegang karena merasa kesal. Hana bisa melawan semua bawahan nya dengan begitu saja dengan jumlah banyak seperti itu seharusnya Hana kalah, kenapa sebaliknya?

"SIALAN! KENAPA DIA BISA MELAWAN?! AAAAAA! KALIAN TIDAK BECUS!"

Balik dari keadaan Hana sekarang, tinggal 10 orang tersisa. Beberapa lain nya sudah tumbang bersimbah darah, wajahnya sudah seperti tengah membunuh seseorang dan memutilasi seseorang namun kenyataan Hana di serang dengan jumlah tidak sedikit.

Hana kembali terkepung, dan Hana benar-benar dalam keadaan rumit kembali. Hana mencoba menyusun segala cara agar bisa melepaskan diri dan bebas dari mereka. Namun, waktu berpikir ia habis seketika dengan serangan tiba-tiba di mana salah satunya menusuk pinggang nya dengan pisaunya, membuatnya agak terjatuh.

Tangan Hana reflek memegang pinggangnya, melihat darah yang mengalir deras dari sana.

"Menyerah lah."

"Dalam mimpi mu, bajingan." Ketika pistolnya ke arahnya, Hana berusaha bangun dari berlari ke arahnya mencoba melawan dan, ya melupakan rasa sakit yang sebelumnya.

"Ahk!" Hana kembali terjatuh, baru saja akan sampai peluru itu malah mengenai kaki kirinya. Pukulan yang melayang ke arahnya membuatnya seketika tumbang.

Tumbang di sana menahan rasa sakit dari timah panas yang bersarang di kakinya, pria itu mendekat dan hendak menembak ke arah Hana. Peluru seolah membakar bagian dalam tulangnya, terasa perih dan panas.

"Berakhir lah sekarang, maka tugas saya akan selesai..." Hana menutup matanya, ingin melawan. Namun, sudah kehabisan tenaga sekarang. Tinggal menunggu hitungan detik maka ajalnya akan menjemput.

"Sampah seperti mu lah yang harus pergi ke neraka, sialan." Hana membuka matanya seketika, mendengar suara tembakan yang nyatanya tidak mengenai dirinya sama sekali justru darah yang baru saja menyiram wajah Hana.

Mendongak menatap pelaku yang menembak pria tadi membuat Hana membeku, pemuda itu awalnya menatap datar ke arah pria tadi beralih menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Ia justru menatap Hana datar dengan banyak tanda-tanya di sana, berbeda dengan tatapannya yang sebelumnya ia justru cenderung sekedar iseng melakukan semua itu tanpa tujuan.

"Jangan berlagak seperti orang lemah hanya berbaring di tanah." Ucapnya menatap Hana agak tajam, Hana hanya membalas dengan tatapan biasa yang mungkin dia tidak tau bagaimana maksud tatapan itu.

Hana berdecik pelan kemudian berusaha berdiri meskipun rasanya agak nyeri di luka tusukan dan tembakan tadi.

Darahnya juga masih mengalir deras namun Hana merasa masa bodoh, berdiri tegak menatapnya yang juga tengah menatap Hana juga. ia mengeluarkan senapan nya dan kemudian menembak ke arah kaca mobil tepat di seberang sana.

"Aku tau, aku hanya lelah." Haruto, dia hanya tersenyum tipis kemudian membuka maskernya.

"Benarkah? Mobil mu rusak, mau menumpang dengan ku?" Ucapnya, setelah melihat keadaan mobil Hana yang nyaris hancur tentu saja tidak mungkin membiarkan Hana sendirian.

Namun, Hana malah memalingkan wajahnya ke arah lain, bukan karena malu atau bagaimana melainkan tatapan Haruto seperti ingin mencari sesuatu darinya membuat Hana menghindar tentunya.

Hana merasa kalau Haruto bukan lah pemuda biasa di tambah kata-katanya yang berada di pasar tadi membuatnya berpikir jauh tentang banyak hal.

"Kau tidak mau?" Hana kembali menoleh ke arahnya dan menggelengkan kepalanya kepada Haruto.

"Kenapa?"

"Kenapa kau memaksa ku untuk ikut dengan mu? Aku bisa pulang sendiri."

"Tapi kau tidak tau kalau sebenarnya dia masih punya banyak anak buah yang kapan saja menyerang mu..." Hana membuang nafas panjang, tidak mungkin jika ia menghubungi seseorang dari markas bisa-bisa Haruto akan tambah curiga meskipun dia sudah tau sesuatu. Namun, tetap saja aneh kesannya.

"Jangan perduli kan aku." Ucapnya lalu pergi dari sana, Hana mencoba masuk ke dalam mobil nya.

Hancurnya tidak terlalu parah, hanya penyok sedikit dan kacanya beberapa pecah namun tidak masalah selagi masih bisa di kendarai bukan.

Lagian tempat itu tidak jauh dari markasnya. Namun, Hana lebih memilih pergi ke rumahnya saja. Siapa tau Haruto mengikuti kembali, tidak lucu kalau dia tau markas pusat dimana dia tengah di selidiki bersama adik kandungnya.

Haruto juga hanya diam dan memperhatikan Hana pergi dari sana untuk kedua kalinya, ia hanya menatap Hana dari sana seraya berdiam diri. Ia membuang nafas panjang kemudian memutar badannya kembali ke arah kendaraannya berada, di dekat motornya terdapat mobil pria-pria tadi.

Tempat di mana Hana melepaskan peluru dan mengenai kaca, Haruto membuka pintu mobil itu dan ia menemukan benda.

Tentu saja akan dia ambil, Haruto melihat jika benda itu hancur karena tembakan yang mengenainya tentu saja karena ulah Hana. Ia juga penasaran benda apa itu, di tambah gang sempit itu lumayan agak gelap dengan lampu remang-remang.

Haruto mengambil benda yang sudah setengah hancur itu dan menaruhnya ke sebuah plastik, setelah itu ia pun berjalan ke arah motor besarnya. Memakai helm miliknya dan kemudian menyalakan mesinnya.

Meninggalkan tempat itu dengan keadaan kacau, tenang saja. Haruto tidak akan berdiam diri, dia sudah menyuruh suruhannya untuk membereskan kekacauan itu meskipun bukan karena ulahnya.

•••

"Apa mereka sudah bergerak? Atau masih berdiam diri seperti orang bodoh?" Seseorang tengah menatap tajam ke arah puluhan barisan anak buahnya yang hanya menunduk ketakutan melihatnya.

Pemuda itu sibuk menghisap batang rokoknya dan menatap ke segala arah dengan tatapan jengah, entah kenapa moodnya tiba tiba saja turun karena mendengar penyerangan yang dilakukan seseorang terhadap gadisnya.

Ya gadisnya, dia begitu tergila-gila sampai ingin membunuh gadis itu dengan tangannya sendiri. Cukup gila. Namun, dia ingin melakukan semua itu ,tidak secepat itu.

"Siapa yang berani menyuruh semua orang itu?"

"Sepertinya anak dari keluarga Miyawaki, Tuan." Ucapnya dengan menunduk hormat oleh atasannya, pemuda dengan paras tampan bak dewa yunani itu.

Begitu memikat siapa saja yang melihatnya, tidak perempuan atau bahkan sesama jenis tentu saja akan menyukainya karena parasnya yang memang bukan lah tandingan.

Pemuda itu tengah berpikir sesuatu, melakukan hal yang menyenangkan kepada gadisnya nanti.

Bagaimana cara membunuhnya penuh dengan kesan menyenangkan? Dua pemuda mendekatinya padahal jelas sekali jika gadis itu mengancam sekali, bukan kah sangat bodoh? Namun, dia tidak tau apa tujuan kedua pemuda itu.

Pikiran mereka begitu sulit di tebak, tentu saja saingan tetap dari Keluarga Lee. Keluarga Watanabe adalah ancaman besar untuk keluarganya.

"Siapkan semua rencana, aku ingin segera melihat mereka sengsara."

"Baiklah tuan, akan saya laksanakan."

•••

Hana berada di kamar hanya sendiri, sebenarnya masih ada dua orang lagi hanya saja mereka keluar entah kemana. Hana juga sudah mengobati luka mu sendiri, entah lah meskipun rasanya sakit namun itu tidak masalah untuk Hana.

Jika saja Hana ke rumah sakit pasti akan di tanya-tanya, ia benci dengan semua itu dan memilih mengobati diri sendiri.

Melihat ke arah jendela dengan tatapan kosong, sebenarnya kepalanya banyak sekali pikiran. Tentang Haruto, bagaimana dia bisa tau keberadaan Hana? Dan di tambah bagaimana bisa dia tau kalau dokumen yang Hana baca adalah dokumen palsu atau lebih jelasnya adalah informasi palsu? Jika memang iya, siapa yang mencari tau tentang Haruto itu akan Hana pukuli.

Salah informasi bisa berakibat fatal sekali untuk misi, bisa bisa nya salah informasi. Hana mengacak-acak rambutnya sendiri, berarti selama ini ia salah besar. Jika saja Yuta tau, ia akan di hukum habis habisan di tambah luka yang berada di pinggang dan kaki kirinya belum sembuh total, bahkan lukanya masih basah.

Jangan sampai ada orang tau tentang lukanya itu, mereka akan terus bertanya akan luka itu berasal dan kenapa? Sulit memang di tambah anggota organisasi tidak mudah di bohongi, mereka pintar dalam membaca pikiran seseorang.

"Bagaimana bisa salah informasi? Kenapa bisa Haruto tau kalau dokumen itu dokumen palsu."

Tanda tanya besar untuk nya, bagaimana bisa? Tidak bisa dibayangkan, dia tidak bisa di anggap remeh.

Kekuasaan yang begitu meluas terutama di negeri sakura itu memang paling berbahaya, tidak jarang orang yang meremehkan keluar legendaris itu mendapatkan sesuatu yang terkesan mustahil jika dipikir logika dengan kepala dingin.

Tidak bisa...

Haruto pasti sudah tau semuanya tanpa Hana ketahui langsung, benar bukan? Dia bahkan tau kalau dokumen itu palsu.

Jika dia tidak tau apa apa maka ia tidak akan mengatakan itu secara frontal kepadanya yang jelas-jelas jika dia tau semuanya maka dia akan membunuhnya karena merasa terancam, tapi justru sebaliknya.

Dia malah menyelamat nya kemarin malam dan itu jelas membingungkan, apakah ada yang di rencana kan oleh pemuda Watanabe itu.

"Aku harus segera mencari tau, jika memang Haruto tau semuanya. Maka semua akan sia sia saja di lakukan, dia pasti ada rencana lain untuk menghancurkan seseorang termasuk, aku."

Memikirkannya membuat Hana agak merasa pening, bahkan malam berlalu begitu cepat dan menunjukan matahari yang muncul untuk bertugas.

Bagaimana ini? Hana sekolah akan memperburuk keadaan di tambah luka yang ia alami benar-benar dalam butuh waktu lama untuk memulihkan keadaannya sendiri.

Namun, waktu yang di berikan tidak lama, berlalu begitu cepat tersisa tiga bulan untuk menyelesaikan misi dan sungguh itu membebani dirinya sendiri.

Apa harus langsung membunuhnya? Yang benar saja, yang ada Hana yang akan terbunuh olehnya karena pemuda itu gila akan darah segar. Sampai detik di mana Hana melihat sendiri jika pemuda itu memang benar-benar gila, dan entah suara radio yang dia nyalakan sejak tadi langsung menyiarkan berita.

Sebenarnya sudah dari tadi radio di nyalakan untuk memecahkan keheningan di kamarnya, sebuah berita menarik perhatian Hana membuatnya benar-benar diam dan bertanya berpikir. Hana menoleh ke arah radio ketika berita di siarkan.

"Malam ini, tepat di pukul 11 dini hari. Di temukan mayat seorang wanita yang sebelumnya di laporkan menghilang. Sudah tiga bulan tidak ada tanda tanda akan dimana ia hilang. Namun, malam ini begitu mengejutkan publik. Wanita berinisial K ini di temukan tewas mengenaskan, ditemukan di dekat sungai. Hanya bagian kepala yang ditemukan oleh polisi, di duga pelaku memisahkan semua anggota tubuhnya secara terpisah. "

"Kepala yang di temukan berada di dalam karung yang hanyut, di duga warga yang menemukannya melihat karung aneh dengan bercak darah basah dan segera melaporkannya ke kantor polisi. Polisi tengah menyelidiki siapa pelakunya, di harap warga berhati hati karena pelaku belum ditemukan. Sekian dari berita kami malam ini, selamat malam dan sampai jumpa."

Hana masih terdiam tidak merespon apa pun, sempat terselip di benaknya jika wanita yang hilang itu sempat viral beritanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!