Chapter : 7

"Kau tidak ada niat untuk makan malam?" Tanya seorang pria yang lengkap menggunakan seragam rumah sakit dan jas dokter berwarna putihnya.

"Apa perdulimu? Lebih baik kau keluar saja dan urus urusanmu sendiri." Pria itu membuang nafas panjang ketika mendengar jawabannya. Bukan itu jawaban yang ia harapkan, ia tau keadaan di mana salah satu keluarga sakit memang akan membawa perasaan khawatir.

Namun, berbeda sekarang adiknya tidak ada yang menjaga selain diri Hana dan tentu saja sekarang hanya dirinya yang perduli dengan anak kecil di depannya sekarang.

Sungguh, Hana enggan meninggalkannya sendiri. Tidak percaya dengan orang lain, Hana takut saja kalau ada sesuatu yang terjadi di tambah benar-benar tidak ada yang Hana kenal di sekitar Hana.Sedangkan dokter itu, yang biasanya memeriksa keadaan adiknya juga.

"Kau akan sakit, jika kau sakit siapa yang akan menjaga adikmu lagi? Ingat kesehatanmu juga, akan ada perawat datang membawakan nasi untukmu. Aku akan pergi." Ucapnya seperlunya dan kemudian ia keluar dari ruangan.

Mendengar suara pintu keluar membuat Hana membuang nafas panjang, kenapa dia begitu perduli? Padahal ia sendiri tidak mengenalnya sama sekali dan tidak akan pernah perduli sama sekali dengannya.

Hana kembali menatap adiknya yang masih tertidur sejak tadi siang, sepanjang hari Hana menunggunya di dalam kamar tanpa ada niat keluar sama sekali. Sampai mendengar suara ponselnya berbunyi membuat pandangannya teralih.

Melihat nama yang tertera di sana membuat Hana kembali membuang nafas gusar, dan beranjak dari tempat duduk. Membuka pintu balkon, menggeser tombol hijau di layar ponsel untuk menerima panggilan tersebut.

"Hello. Good evening, is there anything I can help you with. Sir?" Seraya menerima panggilan, pandangan nya tak lepas dari adiknya yang tertidur. Benar-benar memastikan semua masih aman.

Mendengar jawaban dan suara seseorang yang menelponnya di seberang sana membuat ia terdiam, entah kenapa menjadi merasa ragu sekarang. Baru saja Hana berada di rumah selama 3 hari di tambah adiknya sakit dan banyak masalah ketika Hana pulang, tetapi sudah di suruh pulang. Yang benar saja?

"I'm sorry sir, can it not be postponed again? I mean, just give me a few more moments."

" You can't, you have to come to the base in 2 days. If you don't come, you'll know the consequences."

Entah sekarang harus bagaimana lagi, sekilas Hana menatap ke arah adiknya. Tidak mungkin membawa adiknya ke Perancis, yang benar saja. Keadaan, kenapa tidak pernah mendukung seperti ini? Hana membuang nafas panjang dan terkesan frustasi.

"Alright, soon I will come to your place." Ucapnya dan kemudian mendengar sambungan sudah terputus sekarang. Hana hanya diam dan memandang ke arah depan dengan tatapan kosong, entah mengapa semua malah seperti ini di tambah adiknya sekarang. Hana harus bagaimana sekarang?

"Kenapa harus sekarang?"

•••

HITS SCHOOL INTERNATIONAL JAPAN_

09:37 WBJ

Hampir satu bulan Hana tidak terlihat di sekolah membuat banyak anak-anak bertanya kemana kah dirinya, semua menganggap jika Hana anak yang tidak baik karena sudah berani membolos selama satu bulan, mungkin lebih. Tetapi, apa perdulinya dengan itu, kepala sekolah bahkan sudah di berikan ancaman akan menyebarkan isu tentangnya.

Tentu saja, ia yang mengancam keselamatan kepala sekolah sendiri. Lagi pula itu jalan satu satunya agar tidak ada yang tau, identitas Hana yang sebenarnya selama di negara ini.

Kembali menginjak kakinya ke sekolah penuh dengan kriminal itu membuat Hana agak muak, para gadis yang masih status anak sekolah itu bahkan sudah berani memakai seragam tidak layak pakai. Apakah perlu di sobek sekalian, kenapa tidak telanjang sekalian? Nanggung sekali.

Di tengah Hana berjalan melewati koridor sekolah, banyak siswa yang menatapnya dengan tatapan aneh. Memang dasarnya tidak pernah perduli dengan apa pun, Hana mengabaikan semua orang. Sampai Hana sampai di dalam kelas, semua murid di kelas terpusat kepadanya.

Tidak perduli dengan tatapan semua orang, gadis itu duduk di kursi paling belakang barusan ke dua dari pojok dekat pintu keluar. Memasang headset di telinganya, dan memainkan game di ponselnya.

Namun, tanpa Hana tau atau bahkan meskipun tau tidak akan perduli juga, 5 perempuan yang di sebut anak anak populer itu berjalan ke arahnya dengan santai dan salah satu dari mereka duduk di meja Hana, sisanya mengelilinginya. Tentu saja Hana sadar akan itu, ia hanya meliriknya tanpa ada niat menanggapinya.

"Wow! Murid berandal kita sudah kembali, bagaimana hari hari membolos? Apakah kau melayani para pria berhidung belang di luar sana? Wow! Murahan sekali, jelas sangat menjijikan."

Bahkan satu kelas tidak ada yang membantu, mereka seolah buta dan tuli dengan kejadian yang berada di depan mereka. Seperti ini lah sekolah tidak terurus, memang harus di bersihkan bukan? Tidak salah petinggi memerintahkan misi murahan seperti ini. Sekaligus, mengawasi target.

"Dia seperti tuli, Luna. Harusnya kau lebih keras lagi." Salah satu mereka berbicara, entah siapa namanya tidak perduli dan tidak urusannya juga.

"Benar kah dia tuli, disekolah kita menerima anak cacat? Iwuuhh, no no." Gadis bernama Luna itu, mengambil ponsel Hana membuatnya meliriknya.

Tatapan datar dan tidak menanggapi apa pun, justru tatapan Hana mengundang tawa dari gerombolan perempuan itu. Hana memutar bola matanya malas, ketika Hana hendak mengambil ponselnya kembali seolah Luna mempermainkan Hana kali ini.

"Tidak semudah itu, *****." Hana tidak menanggapi ucapannya, ketika Ia hendak menjauhkan ponsel Hana.

Salah satu dari mereka menarik rambut Hana.

Namun, karena Hana memang tau gerakannya, ia menahan tangannya memutar tangan 180° berputar membuat tangannya berputar suara tulang terdengar, begitu juga suara teriakannya.

"Kembalikan ponsel ku."

Sisa nya mundur dan membawa gadis dengan tangan yang entah patah tulang atau tidak itu, keluar dari kelas pada intinya menjauhinya.

Suara keributan mulai terdengar, tidak sengaja dari suara ribut itu Haruto berjalan melewati kelas Hana dan itu sangat kebetulan sekali.

Lelaki tinggi itu melihat kerumunan murid membuatnya penasaran, lantas lelaki itu berjalan mendekat. Mungkin mereka tau keberadaan tuan muda itu, membuat mereka memberikan jalan untuknya. Dan jelas Haruto melihat keberadaan Hana di sana yang menghadapi para anak geng itu, Haruto memakan permennya dan menonton keributan itu dengan santai tanpa ada niat membubarkannya.

"Kau apa kan teman ku sialan!" Teriak Luna, namun Hana tidak menanggapinya dan hanya melirik ke arah temannya yang kesakitan di sana.

"Apa wajah ku terlihat perduli? Kembali kan ponsel ku."Bukannya dikembalikan, Luna justru malah menjatuhkan ponsel Hana dengan sengaja dan menginjaknya.

"Usp! Sengaja. "

Sempat sempatnya memang, Hana benar-benar sudah muak dengannya.

Adegan itu mengundang wajah terkejut dari sebuah pihak, tentu saja bagaimana dia bisa melakukan itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!