**Hai kak, salam kenal dari Author Kopii Hitam
Meskipun hitam, tetap manis seperti reader yang membaca novel ini kan**
**Jangan lupa tinggalkan jejak petualangannya ya
Happy Reading**
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Yuna menekuk kepalanya, matanya nampak memerah dengan kilauan bening yang menumpuk di dalam sana, menyatu dengan tetesan air yang membasahi wajahnya.
"Aku menyerah Elkan, aku tidak bisa lagi melanjutkan perjanjian ini. Lebih baik kita bercerai saja, aku siap menanggung konsekuensinya. Aku juga siap di penjara untuk ini."
"Deg Deg"
Jantung Elkan berdegup kencang, dadanya berdenyut nyeri bak disayat sembilu tajam. Genggaman tangannya tiba-tiba terlepas begitu saja.
"Maafkan aku, boleh kah aku pergi dari rumah ini sekarang juga?" tanya Yuna dengan suaranya yang terdengar serak, air matanya bahkan tak bisa dibendung lagi.
Elkan mematikan kran air hingga tak lagi mengguyur tubuh mereka.
"Apa kamu yakin dengan keputusan ini?" tanya Elkan, dia mengangkat dagu Yuna hingga pandangan mereka saling bertemu.
"Aku yakin, sangat yakin. Aku akan berusaha mengumpulkan uang untuk membayar hutangku padamu. Beri aku waktu selama 2 bulan! Jika aku tidak sanggup membayarnya, kau boleh melaporkan aku ke pihak yang berwajib. Aku siap di penjara,"
Yuna mengusap wajahnya dengan kasar, cairan bening itu terus saja mengalir tiada henti. Baru beberapa langkah berjalan, Yuna pun berbalik.
"Bolehkah aku memelukmu sekali saja?" tanya Yuna berderaian air mata.
Elkan tak berucap sepatah katapun, dia hanya mengangguk tanpa ekspresi sedikitpun.
Yuna berlari menghampiri Elkan dan memeluknya dengan erat. Dia sampai terisak karena tak sanggup menahan diri. Sebenarnya dia senang bisa terlepas dari Elkan, tapi entah kenapa hatinya begitu berat meninggalkan pria itu.
Yuna menyeka wajahnya, kemudian melepaskan pelukannya. "Terima kasih, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik!"
Yuna berlari meninggalkan Elkan yang masih terpaku di tempatnya berdiri. Dia bahkan tak memikirkan pakaiannya yang sudah basah kuyup.
Tanpa membawa satupun barang miliknya, Yuna bergegas meninggalkan kediaman Elkan. Dia bahkan tak menatap lagi ke belakang. Hingga saat kakinya melangkah keluar dari gerbang, dia terduduk lesu di luar sana.
"Hiks, hiks,"
"Kenapa jadi seperti ini?" isak Yuna memendam kesedihannya.
Beberapa menit berselang, Yuna bangkit dari duduknya, lalu menyeka wajahnya dengan kasar. Karena hari mulai gelap, dia pun berjalan mengikuti arah angin. Bahkan pakaian yang dikenakannya sudah kering di badan.
Yuna terus saja melangkah tanpa tau arah tujuan, dia bahkan tak memiliki uang sepersen pun di dalam saku celananya.
"Ya Tuhan, kenapa cobaan ini selalu datang bertubi-tubi? Kemana aku harus pergi? Aku tidak mungkin pulang ke rumah Ayah dalam keadaan seperti ini," gumam Yuna sembari terus berjalan tiada henti.
Di kediaman Elkan, pria itu nampak frustasi setelah kepergian Yuna. Dia bahkan tak mau keluar kamar untuk makan malam.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Keesokan harinya, Yuna terbangun dari tidurnya. Dia tertegun melihat tubuhnya yang sudah berada di atas kasur empuk. Matanya berguling liar menatap setiap sudut kamar yang sangat asing baginya.
"Astaga, dimana ini?" gumam Yuna, dia berusaha keras mengingat kejadian kemaren. Kenapa bisa tubuhnya berada di tempat itu, sedangkan semalam dia masih berada di jalanan.
"Tok Tok Tok"
Yuna terlonjak mendengar suara ketukan pintu dari arah luar.
"Tap Tap"
Terdengar suara langkah kaki yang terdengar semakin mendekat.
"Yuna, kamu sudah bangun?" tanya seorang pria, seulas senyum terpahat indah di wajah pria itu.
"Siapa kau?" tanya Yuna sembari menautkan alisnya, dia beringsut dari posisinya hingga menjauh dari pria itu.
"Hahahaha, kenapa segitu takutnya? Aku bukan orang jahat," ucap pria itu, kemudian menaruh nampan yang dia bawa di atas nakas.
"Siapa kau, kenapa membawaku ke sini?" tanya Yuna dengan tubuh yang sudah bergetar ketakutan.
"Jangan takut Yuna! Lihat aku baik-baik! Apa kamu benar-benar lupa siapa aku?" tanya pria itu sembari tersenyum kecil.
Yuna kembali menautkan alisnya, kemudian menatap pria itu dengan intim. Setelah beberapa menit, seulas senyum terpahat indah di wajah Yuna.
"Rey, apa ini kamu?" tanya Yuna dengan mata terbuka lebar.
"Hahahaha, kamu masih ingat aku?" sahut pria itu dengan tawanya yang khas.
"Astaga Rey, ini benar kamu?" Yuna berhamburan dari duduknya, kemudian menghampiri Reynold dan memeluknya dengan erat.
"Hahahaha, pelan-pelan Yuna! Aku tidak bisa bernafas kalau begini," Reynold terkekeh melihat tingkah Yuna yang tak pernah berubah sejak mereka masih kecil.
Reynold adalah sepupunya Yuna. Sejak kecil hingga remaja, mereka tinggal bersama. Beberapa tahun yang lalu, mereka harus berpisah karena Reynold mendapatkan beasiswa ke luar negeri.
Reynold merupakan yatim piatu, ayah Reynold adik kandung dari Aditama yang tak lain adalah ayahnya Yuna. Keduanya sudah seperti kakak beradik karena dibesarkan oleh Aditama seorang diri.
Sekitar 17 tahun yang lalu, sebuah mobil mengalami kecelakaan tunggal dalam sebuah perjalanan. Kecelakaan itu menewaskan kedua orang tua Reynold dan juga ibunya Yuna. Yang selamat hanyalah Aditama beserta putri dan keponakannya.
"Rey, kapan kamu kembali? Kenapa tidak pernah menghubungi aku selama ini?" tanya Yuna dengan mata berkaca-kaca.
"Maaf Yuna, aku kehilangan kontak kalian. Rumah yang aku tempati mengalami kebakaran, semua habis tak bersisa." jawab Reynold sembari mengusap kepala Yuna dengan sayang.
Puas melepaskan rasa rindunya, Yuna pun melepaskan pelukannya. Senyumannya tak menghilang, dia sangat bahagia karena bertemu kembali dengan sepupunya setelah sekian lama. Sosok kakak yang selalu menjaganya dengan sepenuh hati.
"Apa yang terjadi Yuna? Semalam aku menemukanmu di pinggir jalan dalam keadaan tidak sadarkan diri," tanya Reynold penasaran.
Yuna menghela nafas berat. "Ceritanya panjang, nanti aku ceritakan! Sekarang aku mau makan dulu, perutku lapar sekali. Sejak kemaren aku belum makan," sahut Yuna sembari mengambil nampan yang ada di atas nakas.
Reynold tersenyum kecil, lalu mengusap kepala Yuna dengan sayang. "Ya udah, makan aja dulu! Abis itu mandi, di dalam lemari ada beberapa pakaian ganti. Pakai yang ada aja untuk sementara, aku ke bawah dulu!"
Setelah Reynold menghilang dari pandangannya, Yuna pun segera menyantap makanannya. Dia benar-benar lapar hingga tak butuh waktu lama baginya menghabiskan semua makanan.
Usai makan, Yuna menyandarkan punggungnya pada tampuk ranjang. Saking kenyang nya, dia sampai kesulitan untuk bernafas.
"Semua ini gara-gara kau Elkan," gerutu Yuna mengingat kembali kejadian kemarin, wajahnya memerah bak terbakar di dalam bara api.
Tidak lama, wajah Yuna berubah sendu. Meskipun dia sangat membenci Elkan, tapi dia sendiri merasa aneh dengan perasaannya. Tiba-tiba saja dia merindukan celotehan dari mulut Elkan.
"Dasar bodoh! Untuk apa memikirkan pria brengsek itu? Dia saja belum tentu memikirkan mu," gumam Yuna, lalu menekan pelipis dahinya yang terasa sedikit pusing.
Yuna bangkit dari duduknya, lalu melangkah menuju kamar mandi. Setelah membersihkan diri, Yuna membuka pintu lemari dan memakai pakaian yang ada. Tidak masalah jika dia harus memakai pakaian apapun, asalkan dia bisa terbebas dari Elkan yang selalu menyiksa batinnya.
Setelah merapikan pakaian dan menyisir rambutnya, Yuna keluar dari kamar dan turun menuju lantai bawah. Matanya berguling liar memandangi setiap sudut yang dapat dijangkau sorot matanya. Rumah yang cukup mewah dan luas, tidak jauh dari rumah yang ditempati Elkan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Alenka
ternyata yuna masih punya sepupu 🤍
2022-08-28
9
💞 Nofia 💞
nah, kabur kan yuna nya 😭
2022-08-27
7