**Hai kak, salam kenal dari Author Kopii Hitam
Meskipun hitam, tetap manis seperti reader yang membaca novel ini kan**
**Jangan lupa tinggalkan jejak petualangannya ya
Happy Reading**
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Elkan terus saja berlari menuju ruangan yang terletak paling belakang. Ruangan itu ada di ujung bangunan rumahnya yang begitu besar. Nafasnya sampai terengah saat tiba di depan pintu yang tertutup dengan rapat.
"Apa yang kau lakukan Yuna? Dari sekian banyaknya kamar, kenapa harus memilih ruangan ini?" gumam Elkan dengan mata berbinar, dia tak menyangka Yuna akan menyiksa dirinya sendiri seperti ini.
Dengan wajah yang sudah kusut dan berantakan, Elkan menekan kenop pintu dan mendorongnya hingga terbuka lebar.
"SEEER"
Dada Elkan berdenyut nyeri saat mendapati Yuna yang tengah meringkuk di dalam selimut tipis.
Elkan bergeming, mulutnya terasa kelu. Apa yang bisa dia ucapkan? Melihat Yuna yang seperti ini, butiran bening itu tumpah begitu saja. Raganya remuk, kenapa dia jadi sekejam ini, membuat seorang wanita menderita tanpa sebab.
Elkan menumpukan lututnya di dasar lantai, tangannya bergerak menyentuh permukaan karpet tipis yang ditiduri Yuna. Dia bisa merasakan bagaimana dinginnya karpet itu.
"Kenapa jadi seperti ini Yuna?" gumam Elkan, lalu menatap wajah istrinya dengan intim.
Saat hendak menyentuh wajah Yuna, tiba-tiba lampu di kamar itu padam. Saking gelap dan pengapnya, Yuna terbangun dari tidurnya. Dia berteriak saking takutnya, dadanya sesak karena tak bisa melihat apapun di sana.
"Akhh, ada orang kah di sini?"
Tiba-tiba sepasang tangan bergerak di lengan Yuna, kemudian melingkar di punggungnya. Yuna bisa merasakan bagaimana hangatnya sentuhan itu, bahkan dia bisa merasakan deru nafas seseorang yang menerpa wajahnya. Karena takut, Yuna memeluk tubuh itu dengan erat.
"Maaf, aku tidak tau siapa ini. Biarkan aku memelukmu sebentar, aku takut!" Tanpa tau siapa yang dia peluk, Yuna pun membenamkan wajahnya di dada yang terasa sedikit menonjol.
Elkan bergeming, dia merasakan getaran hebat di dadanya, jantungnya berdegup kencang. Hembusan nafas Yuna terasa hangat menyapu dadanya, tubuhnya tiba-tiba menegang bak tersengat aliran listrik.
"Jangan takut, aku di sini!" gumam Elkan dengan suaranya yang terdengar berat, kemudian mempererat pelukannya, entah kenapa suhu tubuh Yuna membuatnya begitu nyaman.
"Elkan, apa ini kau?" tanya Yuna meninggikan suaranya, dia sangat mengenali suara itu. Suara yang setiap hari memaki dirinya dengan hinaan bertubi-tubi.
"Sssttt, jangan banyak bicara!" pinta Elkan sembari mengusap punggung Yuna pelan.
Sadar pria itu adalah Elkan, Yuna segera mendorongnya dengan kasar hingga pelukan keduanya terlepas. Dia tidak sudi tubuhnya disentuh oleh pria itu, pria yang sangat dia benci melebihi apapun di dunia ini.
"Dasar bajingan! Berani sekali kau menyentuhku. Aku bukan wanita murahan seperti yang kau pikirkan, lebih baik aku mati di tempat ini!" Suara Yuna terdengar begitu lantang.
"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu di sini!" Tangisan Yuna pecah memenuhi ruangan itu, dia berusaha meraba lantai dan menjauh dari Elkan, isak nya mengalun tiada henti.
"Cukup Yuna, jangan memancing amarahku di tempat gelap seperti ini! Kemari lah!" pinta Elkan dengan suara tak kalah lantangnya.
"Tidak mau, aku lebih baik mati daripada disentuh olehmu!" teriak Yuna terisak.
Karena tak bisa meyakinkan Yuna yang begitu keras kepala, Elkan pun meraba lantai dan mencoba meraih tubuh Yuna di dalam kegelapan. Saat tangannya berhasil menyentuh kaki Yuna, dia bergegas menariknya dan membawanya ke dalam dekapannya.
"Elkan, lepaskan aku!" teriak Yuna sembari meronta melepaskan diri.
"Diam, atau aku akan menamparmu di tempat ini!" ancam Elkan dengan suaranya yang menggelegar.
Mendengar itu, Yuna langsung terdiam tanpa kata. Dia terpaksa menurut karena takut Elkan benar-benar menyakitinya di tempat itu.
Beberapa menit berselang, lampu di ruangan itu kembali menyala. Yuna berusaha keras menjauhkan dirinya dari Elkan, namun Elkan malah mempererat pelukannya.
"Sudah Elkan, lampunya sudah menyala. Cepat lepaskan aku!" pinta Yuna memelas.
Mata Elkan yang tadinya tertutup menikmati pelukannya, kini mulai terbuka setelah mendengar ucapan Yuna barusan. Seulas senyum terpahat indah di wajahnya.
Elkan melepaskan pelukannya dan menggenggam tangan Yuna dengan erat. "Ikut aku!" ajak Elkan sembari bangkit dari duduknya.
"Tidak mau, aku di sini saja!" tolak Aina sembari menahan tangannya.
"Jangan membangkang! Ayo berdiri!" geram Arhan dengan tatapan mematikan.
"Kenapa memaksaku? Jika aku bilang tidak mau, ya tidak mau." bentak Yuna meninggikan suaranya, lalu berusaha keras menarik tangannya dari genggaman Elkan.
Saking geramnya melihat tingkah Yuna yang keras kepala, Elkan pun berjongkok dan menatap wajah cantik istrinya dengan intim.
"Mau ikut denganku, atau aku yang tidur di sini bersamamu!" tegas Elkan penuh penekanan, rahangnya mengerat kuat mengatakan itu.
"Alah, orang kaya dan sombong sepertimu mana sanggup tidur di tempat sempit dan pengap seperti ini? Pergilah, aku mau tidur!" ketus Yuna, kemudian mendorong tubuh Elkan hingga beringsut dari karpet yang dia duduki.
Yuna kembali berbaring dan menutup keseluruhan tubuhnya dengan selimut, kemudian memejamkan matanya agar kembali tertidur. Dia tidak peduli ada atau tidaknya Elkan di sana, karena baginya itu sama saja.
Elkan masih terpaku melihat Yuna yang sudah masuk ke alam bawah sadarnya. Dia bergeming, hanya bola matanya saja yang berguling menatap tubuh Yuna dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"Dasar keras kepala!" umpat Elkan penuh kekesalan.
Elkan menutup pintu ruangan itu dengan sebelah tangannya, otaknya tengah berpikir keras. Bagaimana cara tidur di tempat seperti itu? Seumur-umur, baru kali ini dia dihadapkan dengan situasi seperti ini.
Karena matanya mulai mengantuk, Elkan akhirnya berbaring di sebelah Yuna. Kedua tangannya terlipat di bawah kepalanya. Untuk sesaat, dia termenung di dalam pemikirannya sendiri.
Setelah satu jam berbaring, Elkan kembali duduk. Matanya sama sekali tak bisa terpejam, punggungnya terasa sakit karena tak biasa tidur di lantai seperti ini. Dinginnya juga aneh, menusuk hingga tulang.
"Yuna, kenapa tidak ikut dengan aku aja sih? Aku tidak bisa tidur kalau begini," keluh Elkan sembari mengusap wajahnya kasar.
Elkan ingin kembali ke kamarnya, namun dia tidak tega meninggalkan Yuna sendirian. Mau tidak mau, Elkan kembali berbaring di sebelah istrinya. Kali ini tubuhnya lebih merapat agar bisa tidur di atas karpet yang sama dengan Yuna.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sekitar pukul 6 pagi, Yuna terbangun dari tidurnya. Tubuhnya terasa berat, bahkan untuk bergerak saja rasanya sangat sulit.
Elkan menindih sebagian tubuh Yuna. Tangannya melingkar di pinggang istrinya, sementara kakinya membelit paha Yuna layaknya sebuah guling.
Saat membuka matanya lebar, sontak saja Yuna terperanjat dan langsung berteriak.
"Akhh, apa yang kau lakukan di sini?"
Yuna berusaha keras membebaskan dirinya dari pagutan Elkan, namun pria itu malah semakin mengencangkan pelukannya. Yuna bahkan sampai kesulitan mencuri nafas.
"Astaga, apa yang kau lakukan Elkan? Ini sudah melanggar perjanjian," geram Yuna, lalu mendorong tubuh Elkan dengan kasar.
Elkan menggeliat sembari membuka matanya perlahan. Melihat Yuna yang ada di dalam kungkungan nya, Elkan pun terlonjak kaget, kemudian menjauhkan diri dari istrinya.
"Hei, apa yang kau lakukan padaku?" tanya Elkan, dia segera duduk dan mengucek matanya dengan kasar.
Yuna mengernyitkan keningnya, kemudian bangkit dari tidurnya. "Hah, apa aku tidak salah dengar? Harusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di sini? Kenapa memelukku?" bentak Yuna dengan tatapan mematikan.
Mendengar itu, Elkan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia berusaha mengingat kejadian semalam. Tidak lama, seulas senyum terpahat indah di wajahnya.
"Hehehe, maaf. Aku pikir kau itu guling, abisnya empuk sih." celetuk Elkan sembari tertawa kecil.
"Empuk, empuk, dasar cabul!" gerutu Yuna, dia bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruangan itu.
Selepas kepergian Yuna, Elkan tak hentinya tersenyum. Tak disangka tidurnya akan senyenyak tadi malam, padahal ini kali pertama baginya tidur di atas lantai.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Aza Azalea
bagus,kasih pelajaran buat elkan
2022-09-30
7
Alenka
main peluk aja kau elkan,gak mikir betapa sakitnya yuna selama ini
2022-08-28
9
💞 Nofia 💞
keren yuna, hajar terus jangan kasih hati
2022-08-18
10