**Hai kak, salam kenal dari Author Kopii Hitam
Meskipun hitam, tetap manis seperti reader yang membaca novel ini kan**
**Jangan lupa tinggalkan jejak petualangannya ya
Happy Reading**
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam ini Yuna tidak ingin tidur di kamar yang sama dengan Elkan. Usai menikmati makan malam di dapur, Yuna kembali ke kamar itu mengambil ponsel dan beberapa peralatan yang dia butuhkan untuk membuat konten.
Saat hendak meninggalkan kamar, Elkan masuk dan berdiri tepat di depan pintu. Hal itu membuat Yuna tak bisa bergerak karena Elkan menghalangi jalannya.
"Mau kemana kau?" tanya Elkan dengan tatapan yang sulit diartikan, lalu mematut benda yang ada di tangan Yuna.
"Apa urusannya denganmu? Jangan berlagak seperti seorang suami di depanku, aku tidak butuh diperhatikan olehmu!" ketus Yuna dengan tatapan yang tak biasa, dia bahkan sudah muak melihat wajah Elkan.
Mendengar itu, Elkan mengepalkan tangannya erat. Jika tidak memikirkan bahwa Yuna adalah seorang wanita, mungkin bogem mentahnya sudah melayang dengan dahsyatnya.
"Kau tidak boleh kemana-mana!" tegas Elkan, dia mengunci pintu dan memasukkan kunci itu ke dalam saku celananya.
"Bajingan! Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku hah? Apa belum puas menghinaku selama ini? Apa sekarang kau ingin menyiksaku juga?" bentak Yuna yang mulai tersulut emosi, dia benar-benar tak mengerti isi kepala pria batu yang berdiri di hadapannya itu.
"Ide yang bagus, mungkin mulai hari ini aku akan menyiksamu seperti yang kau katakan barusan!" Elkan tersenyum licik, lalu melangkah menuju tempat tidur.
"Biadab! Tidak punya hati," umpat Yuna, lalu melemparkan holder HP ke punggung Elkan hingga tepat mengenai pinggang pria itu.
Yuna menghentakkan kakinya dengan kuat, kemudian berjalan menuju sofa dengan wajah penuh kekesalan. Kian hari rasa bencinya kian menumpuk untuk Elkan, melihat wajahnya saja Yuna sangat enggan.
Yuna menekuk kakinya di ujung sofa. "Ya Tuhan, putar lah waktu ini dengan cepat! Aku sudah muak melihat wajah pria itu!" mohon Yuna dengan lantang, kepalanya menengadah menghadap langit-langit kamar.
Mendengar itu, seulas senyum terpahat indah di wajah Elkan. Entah kenapa, dia merasa puas menyiksa batin Yuna seperti ini.
"Ya Tuhan, jangan dipercepat! Tolong diperlambat saja! Aku belum puas menyiksa wanita itu!" Elkan pun melakukan hal yang sama, membuat darah Yuna mendidih seketika.
Yuna menggertakkan giginya. "Dasar gila!" umpat Yuna, kemudian membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan bibir sedikit manyun.
Sesaat, suasana di kamar itu menjadi hening tak bersuara. Keduanya saling mengunci mulut dan tertegun dalam pemikiran masing-masing.
Yuna mulai hilang di bawah alam sadarnya. Bukan tubuhnya saja yang lelah, tapi hati, pikiran, dan jiwanya ikut lelah menghadapi sikap Elkan yang terlalu semena-mena terhadap dirinya.
Dalam tidurnya pun, butiran bening itu masih sempat jatuh dan mengalir di sudut matanya.
Sementara di atas ranjang sana, Elkan masih terpaku di dalam pemikirannya sendiri. Dia sebenarnya tidak ingin menyakiti Yuna, bagaimanapun dia tau bahwa Yuna itu wanita baik-baik.
Hanya saja, kadang-kadang hatinya bertolak belakang dengan pikirannya. Hal itulah yang membuatnya selalu saja melukai perasaan Yuna dengan kata-katanya yang menyakitkan.
Elkan bangkit dari pembaringannya. Dia mengambil selimut dan membawanya menuju sofa, lalu menutupi tubuh Yuna agar tidak kedinginan.
Elkan menatap wajah Yuna dengan intim, wajah lelap wanita itu menimbulkan getaran aneh di hatinya. Tangannya bergerak pelan dan menyentuh pipi Yuna dengan jemarinya.
"Maafkan aku, aku sebenarnya tidak bermaksud menyakitimu. Tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak melakukannya, aku sendiri bingung dengan sikapku." gumam Elkan, seulas senyuman manis terpahat jelas di wajahnya.
Elkan tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, dia memang mulai tertarik kepada Yuna. Beberapa hari terakhir, dia selalu menguntit Yuna dari kejauhan. Bahkan saat di perusahaan pun, dia selalu mengintai Yuna saat melakukan pemotretan.
Hanya saja Elkan tidak berani bermain lebih dalam dengan perasaannya, dia takut kecewa untuk kedua kalinya. Dia juga takut kejadian dulu terulang lagi. Maka dari itu dia memendam perasaannya seorang diri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari, Yuna nampak sudah rapi setelah mandi dan menghias diri. Saat hendak keluar dari kamar, dia baru menyadari kalau pintu itu masih terkunci.
Yuna menggertakkan giginya melihat Elkan yang masih tertidur dengan pulas. Bagaimana caranya mengambil kunci yang masih menginap di dalam saku celana pria itu.
Dengan sangat hati-hati, Yuna mendekat dan naik ke kasur. Seingatnya, semalam Elkan memasukkan kunci itu ke saku celana sebelah kiri. Sementara posisi Elkan saat ini tengah miring ke arah yang sama.
Yuna menggaruk kepalanya yang tak gatal sama sekali, lalu mendorong tubuh Elkan pelan hingga berputar ke arah berlawanan. Yuna menghela nafas berat, lalu memberanikan diri merogoh saku celana pria itu.
Elkan tiba-tiba menggeliat saat merasakan pergerakan di bagian terlarangnya. Sentuhan itu membuat bulu kuduk nya meremang, sekujur tubuhnya jadi merinding. Dia pun terbangun dan membuka matanya dengan lebar.
"Apa yang kau lakukan di sini?" bentak Elkan, dia langsung terduduk saking terkejutnya melihat Yuna berada di atas ranjang yang sama dengan dirinya.
Yuna tersentak kaget dengan mata melotot tajam. Dia bergegas menarik tangannya, takut Elkan berpikir buruk terhadap dirinya.
"Ma, maaf, aku tidak bermaksud menyentuhmu. Aku berani bersumpah, aku hanya ingin mengambil kunci yang kau simpan di saku celana mu." jelas Yuna sedikit gugup, wajahnya memerah. Dia menekuk kepalanya karena takut Elkan menghinanya lagi seperti sebelumnya.
Elkan menghela nafas berat, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. Dia bergegas merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan kunci tersebut dan memberikannya kepada Yuna.
"Ini, ambillah! Lain kali jangan pernah lagi menaiki ranjang ku!" ketus Elkan dengan tatapan yang sulit diartikan, dia benar-benar syok melihat Yuna di atas ranjangnya.
"Aku mengerti, sekali lagi maafkan aku. Aku tidak akan pernah mengulanginya lagi! Aku tidak akan menyentuhmu dengan tangan kotorku ini!" Mata Yuna berkaca-kaca mengatakan itu.
Setelah mendapatkan kunci itu, Yuna bergegas turun dari kasur dan berlari menuju pintu. Hatinya remuk dan hancur mendengar ucapan Elkan barusan. Entah apa yang salah di dirinya sehingga pria itu begitu membencinya.
Setelah Yuna menghilang dari pandangannya, Elkan menyandarkan punggungnya pada tampuk ranjang, seulas senyum terukir jelas di wajahnya. Dia menyadari tubuhnya sangat merespon sentuhan Yuna barusan, bulu kuduknya kembali meremang mengingat itu.
"Astaga, apa yang kau pikirkan Elkan?" gumamnya sembari menepuk jidatnya dengan kasar, lalu mengacak rambutnya hingga berantakan.
Elkan sendiri tidak pernah melakukan kontak fisik dengan wanita manapun, bahkan mantan kekasihnya sekalipun. Gaya pacarannya dulu tidak sama dengan gaya pacaran ABG jaman now.
Mungkin bagi sebagian orang Elkan itu merupakan pria yang aneh, seperti memiliki kelainan. Bukannya tak memiliki hasrat, tapi Elkan sendiri menjaga diri dan pandangannya dari itu.
Tak ingin berlarut-larut dalam pikiran kumuhnya, Elkan akhirnya bangkit dan masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.
Di bawah sana, seperti biasa Yuna menyiapkan sarapan pagi untuk semua orang. Setelah tugasnya selesai, dia pun mengambil makanan secukupnya dan duduk di dapur.
"Semangat Yuna, kau harus kuat! Yakinlah badai ini akan berlalu!" Yuna mencoba meyakinkan dirinya. Tenggorokannya terasa penuh menelan tangisannya bersamaan dengan makanan yang dia telan.
Setelah makanan di piringnya habis, Yuna bangkit dari duduknya dan bergegas mencuci piring kotor.
Melihat Elkan yang sudah duduk di meja makan, Yuna bergegas menuju kamar. Karena hari ini tidak ada kegiatan, dia ingin melakukan live sembari mempromosikan produk yang dia pegang.
Yuna turun dengan sebuah kardus yang ada di dalam dekapannya. Dia membawanya ke arah belakang, tepatnya di sebelah gudang. Di sana ada ruangan kecil berukuran 2×3 yang bisa dia manfaatkan untuk sementara waktu.
Setelah membersihkan ruangan itu dan menatanya dengan rapi, Yuna akhirnya tersenyum dengan lepas. Meskipun terlihat sederhana, setidaknya cukup nyaman dibanding kamar Elkan yang seperti neraka untuknya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Aza Azalea
kurang asam
2022-09-29
3
Alenka
ngeselin banget kau elkan
2022-08-28
4
💞 Nofia 💞
sabar yuna, tunggu saat dimana elkan akan menyesali perbuatannya
2022-08-18
5