**Hai kak, salam kenal dari Author Kopii Hitam
Meskipun hitam, tetap manis seperti reader yang membaca novel ini kan**
**Jangan lupa tinggalkan jejak petualangannya ya
Happy Reading**
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setelah cukup lama di dalam kamar mandi, Elkan keluar dengan wajah yang lebih segar dari sebelumnya. Matanya berguling liar mencari keberadaan Yuna.
Karena tak melihat Yuna di dalam sana, Elkan melangkah menuju lemari, membukanya, lalu mengambil celana pendek dari dalam sana. Seperti biasanya, tidak ada baju saat dia sedang berada di kamar.
Setelah menyisir rambutnya, Elkan melangkah menuju balkon. Dia tau Yuna tidak nyaman atas kejadian tadi, tapi mau gimana lagi. Elkan berhak meminta itu dari Yuna, bahkan dia juga berhak meminta lebih. Hanya saja semua itu terkendala secarik kertas yang sudah ditandatangani.
Sesampainya di balkon, Elkan mendapati Yuna yang tengah duduk di sudut pagar. Mata Yuna nampak sembab, bahkan cairan bening di matanya masih mengalir tiada henti.
Elkan menghampiri Yuna dan duduk di sebelahnya, kemudian mengusap kepala Yuna dengan lembut.
"Maafkan aku ya, apa kamu marah karena kejadian tadi?" tanya Elkan dengan tatapan yang sulit diartikan, suaranya terdengar begitu lembut.
"Untuk apa aku marah? Bukankah hinaan yang kau lontarkan padaku selama ini sudah terbukti. Kau benar, aku memang wanita murahan." Yuna bangkit dari duduknya dan meninggalkan Elkan begitu saja.
Elkan menghela nafas berat, lalu membuangnya kasar. Dia sebenarnya tidak bermaksud merendahkan Yuna, dia sendiri bingung memikirkan perasaannya terhadap Yuna.
Elkan bangkit dari duduknya, kemudian menyusul Yuna ke dalam kamar. Saat mendapati Yuna yang tengah meringkuk di atas sofa, Elkan pun menghampirinya.
Elkan mengangkat tubuh Yuna dan membopongnya ke kasur. "Tidur di sini saja!" ucap Elkan, kemudian mengusap kepala Yuna dengan lembut.
"Kenapa membawaku ke sini? Bukankah aku tidak boleh naik ke ranjang mu?" ketus Yuna dengan tatapan mematikan.
"Sudah Yuna, tidur saja! Tidak perlu banyak bicara!" jawab Elkan, kemudian melangkah menuju sofa.
Elkan menghela nafas berat, lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan tangan yang terlipat di bawah kepalanya. Bola matanya tak putus menatap Yuna yang kini sudah memejamkan matanya.
Seulas senyum terpahat indah di wajah Elkan mengingat kejadian tadi. Entah keberanian dari mana hingga membuatnya tak malu meminta bantuan kepada Yuna. Padahal dia sendiri tau kalau Yuna sangat membenci dirinya.
"Hufftt," Hembusan nafas Elkan terdengar berat.
Beberapa menit berselang, Elkan bangkit dari pembaringannya. Dia berjalan menuju ranjang dan menaikinya dengan pelan, takut Yuna terbangun dan menghindar darinya.
Entah kenapa, Elkan mulai merasa nyaman berada di dekat Yuna. Dia bahkan tak memikirkan resiko yang akan dia hadapi jika Yuna terbangun dan memaki dirinya seperti tadi pagi.
Melihat wajah polos Yuna yang sudah terlelap, senyuman Elkan kembali terukir di wajahnya. Dia merapatkan tubuhnya dan melingkarkan tangannya di pinggang Yuna.
"Apa aku salah jika menginginkanmu menjadi istriku yang sesungguhnya?" batin Elkan, kemudian mengecup kening Yuna dengan lembut, ada rasa sayang di hatinya melihat wajah polos istrinya.
Yuna yang tadinya sudah terlelap, seketika terbangun saat merasakan benda kenyal itu menempel di dahinya.
Yuna membuka matanya perlahan, netra nya membulat melihat bibir Elkan yang sangat dekat dengan wajahnya.
"Elkan, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Yuna meninggikan suaranya, dia segera duduk dan berusaha bangkit dari tempat tidur.
"Mau kemana?" tanya Elkan sembari menahan tangan Yuna, kemudian menariknya hingga terduduk di sampingnya.
"Lepaskan aku Elkan, jangan seperti ini!" pinta Yuna memelas, dia mulai takut menghadapi pria itu.
"Kenapa? Apa yang salah dengan ini?" tanya Elkan dengan seulas senyum yang terpahat di wajahnya, kemudian menarik pinggang Yuna hingga tubuh keduanya merapat.
Yuna menelan ludahnya kasar. "Ini salah Elkan, jangan bertindak terlalu jauh! Bukankah kita tidak boleh tidur di ranjang yang sama?" jelas Yuna mengingatkan Elkan akan perjanjian mereka, Yuna tidak ingin melanggar itu.
"Untuk apa membahas itu terus? Aku sudah bosan mendengarnya," keluh Elkan, lalu merebahkan kepalanya di paha Yuna.
Yuna terperanjat kaget, kakinya sampai bergetar melihat Elkan yang begitu santai berbaring di atas pahanya.
"Cukup Elkan, ini sudah menyalahi perjanjian kita! Ingat, tidak boleh tidur di ranjang yang sama, tidak boleh bersentuhan apalagi menyimpan rasa!" Yuna menjeda ucapannya, lalu menghela nafas berat.
"Tolong hargai perjanjian yang sudah kita sepakati! Nanti saat kita berpisah, jangan sampai ada yang tersakiti!" jelas Yuna yang tak hentinya mengingatkan Elkan.
Elkan meraih kedua tangan Yuna dan menggenggamnya dengan erat. "Kenapa membahas perpisahan terus sih? Telingaku sakit mendengar itu." keluh Elkan, lalu meletakkan tangan Yuna di dadanya.
Mendengar dan melihat sikap Elkan yang tak biasa, mata Yuna melotot tajam dengan kening sedikit mengkerut. Dia tak mengerti, kenapa Elkan tiba-tiba berubah 360 derajat.
"Elkan, apa kau sakit?" tanya Yuna sembari menautkan alisnya. Dia tak habis pikir, bagaimana mungkin serigala tiba-tiba berubah menjadi seekor kelinci.
"Tidak, aku baik-baik saja." jawab Elkan dengan santainya, bahkan senyumannya nampak begitu lepas.
"Tidak mungkin, kau pasti sakit! Apa aku perlu membawamu ke psikiater?" tanya Yuna, dipikirannya mungkin Elkan sedang mengalami tekanan di otaknya, hal itulah yang membuat Elkan berubah dalam sekejap.
Mendengar itu, sontak saja Elkan terkekeh dengan sendirinya. Cairan bening di sudut matanya sampai mengalir saking tak kuasa menahan tawanya. Dia kemudian bangkit dan menatap Yuna penuh emosional.
"Apa yang kamu pikirkan tentang aku?" tanya Elkan dengan suara begitu lembut. Saking lembutnya, mata Yuna tak berkedip menatap wajah pria itu.
"Entahlah, otakku sudah tak kuat untuk berpikir."
Yuna beringsut dari duduknya, kemudian beranjak dari tempat tidur. Terlalu lama di dekat Elkan, bisa-bisa membuatnya lupa kalau hubungan mereka hanyalah sandiwara belaka.
"Boleh aku minta kunci kamar ini? Aku mau keluar," pinta Yuna dengan wajah memelas.
"Di sini saja! Kenapa keluar?" sahut Elkan sembari tersenyum kecil.
"Ini bukan tempatku, aku harus kembali ke tempat yang seharusnya!" balas Yuna, dia tak ingin lagi berada di kamar itu.
Elkan melirik Yuna dengan kening sedikit mengkerut, kemudian tersenyum dengan licik. Entah apa yang ada di pikirannya, yang pasti dia nampak begitu senang mengerjai Yuna.
"Kuncinya di dalam laci, cari saja sendiri!" ucap Elkan, kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan posisi memunggungi Yuna.
Yuna melangkah menuju lemari pajangan, kemudian menarik laci dan mengambil kunci yang Elkan sembunyikan di sana.
Setelah mendapatkan kunci itu, Yuna bergegas membuka pintu. Sebelum pergi, dia berjalan menuju balkon. Mengumpulkan piring kotor dan menaruhnya di atas nampan, kemudian membawanya bersamanya.
Sesampainya di bawah, Yuna dengan sigap mencuci piring itu. Setelah menyusunnya di rak piring, Yuna kembali ke belakang untuk melakukan rutinitasnya sehari-hari.
Belum sempat Yuna masuk ke ruangan itu, tiba-tiba giginya menggertak kuat. Pintu itu tak bisa dibuka sama sekali. Lagi-lagi Elkan mempermainkannya dengan kelakuan liciknya.
"Dasar brengsek! Apa sih isi kepalamu sebenarnya?" umpat Yuna dengan tatapan menyala. Ingin sekali dia mencabik-cabik suami palsunya itu hingga tak memiliki kekuatan untuk mengganggunya lagi.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Enung Samsiah
yuna jngn marah marah terus suami palsumu aneh otaknya geser kali,, wkkw wkwk,,,
2024-08-10
0
💞 Nofia 💞
Ada tegangnya, ada juga ngakaknya😁
lanjut thor, seruuuuuuu
2022-08-19
10
MIKU CHANNEL
suamimu itu pengen dimanja, diperhatiin tp dia gengsi buat ngomong takut harga dirinya jatuh didpn kamu, yg sabar ya yuna
2022-08-19
7