Lalu Intan pun memberi aba-aba, pita itupun dipotong serentak oleh Mang Ojo dan Fatma. Disaat pita putus, saputangan pengikat wajah merekapun dibuka.
“Tara ! ini rumah baru kita !” kata Intan dengan suara lantang.
Saat kain penutup wajah Mang Ojo dan yang lainnya terbuka, puluhan anak-anak yatim telah berada didalam menyambut kedatangan Mang Ojo dan yang lainnya. Dan telah tersedia pula makanan yang lezat.
Melihat hal itu Mang Ojo langsung berseru, memuji kebesaran Allah Swt.
“Allahu Akbar !” ucap Mang Ojo dan yang lainnya, seraya bersujud ke bumi. Diiringi oleh Fatma dan puluhan orang lainnya.
Seluruh tubuh Mang Ojo dan Fatma serasa lemah tak berdaya, rasa haru pun tak bisa dia sembunyikan.
Dipeluknya tubuh Intan dan mereka pun menangis terharu, sementara Fatma langsung shock dan mendadak pingsan. Melihat Ibunya pingsan, Intan dan yang lainnya langsung berlari menolong Bu Fatma.
Mereka semua berusaha, agar Fatma bisa segera sadar dari pingsannya. Setelah beberapa jam barulah suasana kembali kondusif.
“Anakku Intan, ini benar-benar kejutan yang luar biasa, yang Bapak dan Ibumu belum pernah alami selama hidupnya. Selama ini kami merasa kalau rumah yang dibangun itu adalah rumah orang lain. Sungguh mulia hatimu nak, ternyata selama ini Intan sudah punya rencana untuk Bapak dan Ibu.” Kata Mang Ojo dengan suara serak.
“Pantasan, selama di tanah suci, hingga diatas pesawat, Ibu selalu melihat wajahmu.” Kata Fatma mengutarakan isi hatinya.
“Benarkah itu Bu ?” tanya Alhuda penasaran.
“Iya, itu benar nak !” timpal Mang Ojo sambil menarik nafas Panjang.
“Padahal sebelum itu, Ibu udah bilang ke Bapak, tapi Bapak mu marah sama Ibu.”
“ Bapak nggak marah Bu, Bapak hanya menasehati Ibu agar jangan berfikiran yang macam-macam.
Dan diatas pesawat Bapak juga melihat Intan, tapi Bapak diam saja, takut kalau Bapak bilangin ke Ibumu, dia akan semakin kepikiran.” Jelasnya kemudian.
“Subhanallah ! Kalau memang Mamang dan Ibu, melihat Intan selama berada di tanah suci, pasti Allah telah melakukan sesuatu untuk Intan, sungguh luar biasa usaha yang dilakukan Intan untuk kalian, sehingga Allah sendiri yang langsung membalasnya.” Ujar Pak RT, sembari manggut-manggut.
“Ayo sekarang kita masuk !” kata Alhuda seraya menggandeng tangan Bapak dan Ibunya.
Dengan mengawali kata “Bismillah” maka kaki kanan pun di injakan dirumah itu, disaat itu pula suara lantunan ayat suci Al qur’an, dikumandangkan. Suara Qori cilik itu sangat indah sekali, dapat menggetarkan seluruh perasaan yang hadir saat itu.
Disusul dengan sholawat badar. Ada yang bernyanyi adapula yang berpantun serta ada yang membacakan puisi, semua telah diatur sedemikian rupa oleh Intan.
Budiman yang menjadi pembawa acara waktu itu, berdecak kagum dibuatnya. Dia sama sekali tak menyangka, kalau acaranya akan seperti ini.
Sementara Mang Ojo dan Fatma tak henti-hentinya menangis, apa lagi saat acara pertama kali dimulai, suara anak yang membacakan ayat suci Alqur’an sangat indah dan merdu, menyentuh perasaan.
Acara berjalan sangat hikmat, usai acara Mang Ojo dan istrinya membagikan cendra mata yang dibawa dari tanah suci sebagai oleh-oleh.
Setelah pembagian cendra mata selesai, Fatma langsung menuju kamar. Tapi saat melintas di depan ruang tamu Fatma melihat Intan asik bercengkrama dengan Niko.
“Eh ada Den Niko rupanya !”
“Ya, Bu.” jawab Niko dengan sopan.
“Ibu mau kemana ?” tanya Intan pada Ibunya.
“Ini, kepala Ibu agak sedikit pusing, rencana Ibu mau rebahan dikamar sebentar.
“Ooo, biar Intan bantuin ya, Bu ?” kata Intan seraya menggandeng tangan Ibunya.
“Nggak usah, nak ! Ibu bisa kok, kamu temani Den Niko aja !”
“Benar, Ibu nggak apa-apa ?” tanya Intan memastikan.
“Iya nggak apa-apa sayang, Ibu bisa sendiri kok.”
“Ya udah, kalau gitu, Intan nemani bang Niko ngobrol dulu, ya Bu !”
“Iya sayang .” jawab Fatma seraya melangkah meninggalkan putrinya bersama Niko.
Beberapa saat kemudian Mang Ojo pun datang menghampiri Intan dan Niko, seraya duduk disamping putrinya.
"Gimana kabarnya sekarang Den, Sehat ?” tanya Mang Ojo pada Niko.
“Alhamdulillah, sehat Mang .” jawab Niko tenang.
“Sekarang Aden kerja dimana ? Dah lama kita nggak jumpa.
“Benar itu Mang, tapi kalau sekarang aku masih jadi pengangguran Mang !”
“Ah, masa ! Ganteng begini jadi pengangguran?”
“Kerjaan ada sih, Mang ! tapikan menunggu panggilan dulu baru jalan, kalau nggak, ya ! kayak begini nih, luntang lantung gak terarah.”
“Tapi aden masih bersyukur, dapat kerjaan. Kalau nggak, ya ! kayak Mamang dulu, Cuma jualan kacang rebus."
"Iya sih, Mang."
.
"Dan Untung saja Aden ikut nolong, kalau kagak, Mamang tetap seperti yang dulu Den.”
“Ah Mamang, bisa aja !" jawab Niko ketawa geli. "Sebenarnya aku bekerja sebagai pengacara Mang.”
“Wah, bagus itu. Tapi Pesan Mamang, ya ! kalau jadi seorang pengacara itu harus jujur, jangan karena di iming-imingi harta dan jabatan, lalu hilang deh kejujuran."
"Betul itu,Mang."
"Apalah gunanya harta yang banyak, Den ! Kalau ternyata hidup kita selalu dibayang-bayangi dosa.
“Iya Mang.”
"Toh, banyak kan pengacara yang jujur, mereka juga pada kaya, kalau memang bisa demikian kenapa harus cari harta dengan jalan haram, lagian nggak ada berkahnya bagi kita, Den !”
“Betul itu Mang ! kita memang harus berbuat jujur walau sakit akibatnya.”
“Seperti itulah pengacara yang diharapkan oleh rakyat Den. Pengacara yang selalu berpihak pada kebenaran dan membela orang lemah.”
“Wah benar banget itu Mang, saya setuju, dengan ide-ide Mamang. Yang sangat jenius.”
“Nggak juga kok Den, ini hanya pemikiran kecil saja, dari orang rendahan seperti Mamang.”
“Jangan selalu merendah Mang.”
" Aden ingat kagak, sejak berita Kawasan kumuh disebarkan di media, kini Mamang merasa sedikit tenang, karena penduduk Kawasan kumuh telah mendapat tempat yang layak.”
“Sebenarnya yang mempromosikan Mamang waktu itu adalah Aku, maaf Aku nggak minta izin dulu pada Mamang.”
“Ooo, jadi Aden yang memaparkan Wajah Mamang disurat kabar waktu itu ?”
“Benar Mang ! apa Mamang marah ?”
“Marah ? marah sama siapa ?”
“Aku kira Mamang marah sama aku.”
“Nggak sih ! justru ide mu itu sangat brilian. Disebabkan ide dari Den Niko lah seluruh penduduk Kawasan kumuh tak dilecehkan orang lagi.”
“Apa benar gitu Mang ?”
“Iya Den ! kami semua merasa bersyukur, kepada Allah Swt, karena telah dianugerahkan rahmat yang berkah dan berlimpah.”
“Iya Mang !” jawab Niko seraya manggut-manggut.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Dwi sonya
semoga Mang Ojo dan Bu Fatma menjadi haji yang mabrur
2023-08-09
0
Iril Nasri
mantap thor
2023-01-08
0
Iril Nasri
keluarga👨👦👧👩👴mang ojo, emang di berkahi🤲
2022-10-12
1