Tak berapa lama kemudian, satpam penjaga itu pun kembali bersama majikannya.
“Hei Intan kan ?” sapa Ranita dengan senyumannya yang manis.
“Iya kak.”
“Ayo masuk !” ajak Ranita sambil menggandeng pergelangan tangan Intan. “udah lama ya kita nggak jumpa, kakak dah kangen loh, ingin sekali rasanya pergi ke kawasan kumuh.”
“Sekarang Kawasan kumuh sudah berubah kak, telah disulap menjadi rumah susun yang megah.”
“Iya, kakak tau kok ! tapi saat ini kakak lagi sibuk, banyak sekali proyek baru yang harus kakak tangani.”
“ Kalau gitu, nggak bisa dong kakak bantuin aku !”
“Buat adik kakak ini, apa sih yang nggak bisa kakak lakuin.”
“Bener, kakak mau bantuin aku ?”
“Iya, sayang ! emangnya Intan mau ngapain ?”
“Aku kepengen membuat satu kejutan buat Bapak dan ibu.”
“Kejutan apa itu dek ?”
“Aku ingin membuat sebuah rumah diatas tanah yang baru saja aku beli, untuk Ayah dan Ibu tanpa sepengetahuan mereka.
Dan Aku minta bantuan kakak untuk membuat satu rencana, yang sangat menakjubkan. Gimana kakak setuju kan ?”
“Tentu saja setuju sayang ! tapi rencana yang mau Intan buat itu apa ?”
“Aku ingin membuat sebuah ruko tingkat dua yang di dalamnya lengkap dengan peralatan serta taman dan kebun yang sangat indah, yang membuat Bapak dan Ibu menjadi nyaman berada didalamnya. Yang pokok terserah kak Ranita aja, gimana yang paling cantik dan indah.”
Setelah Intan selesai bicara, Ranita terdiam sejenak, dia berfikir model rumah seperti apa yang bakal dia berikan untuk keluarga penting itu.
“Baiklah, kakak senang sekali ternyata adek kakak yang cantik ini punya ide yang kreatif.” Jawab Ranita seraya mencubit kedua pipi Intan saking gemesnya.
“Gimana kalau kita lihat dulu lokasi tanahnya, siapa tau kakak punya ide yang cemerlang disana.”
“Boleh ayo! Kita kesana sekarang ?” ajak Intan pada Ranita.
“Baiklah, Intan tunggu dulu disini , biar kakak siap-siap !”
“Ok, kak !” Jawab Intan seraya mengacungkan kedua jempol tangannya.
Mendengar ide dari Intan, Ranita jadi penasaran, semangatnya pun muncul, Kawasan kumuh yang sudah lama dia tinggalkan ternyata datang lagi, membutuhkan ide kreatif darinya.
Selesai berkemas, Ranita langsung berangkat bersama Intan yang saat itu telah menunggunya.
Dengan menaiki mobil milik Ranita, merekapun bergerak menuju permukiman tempat tinggal intan.
Setibanya ditempat itu Ranita langsung melihat-lihat posisi tanah yang akan dibangun. Usai melihat posisi tanahnya, Intan mengajak Ranita mampir di rumah makan miliknya.
“Ternyata makanannya enak sekali, apa lantaran gratis ya, dek ?” puji Ranita seraya tersenyum geli.
“Ah kakak, dari dulu pintarnya Cuma muji aja !”
“Kalau nggak muji, mestinya kakak harus ngapain ? Tapi masakannya emang enak kok Dek, kakak nggak bercanda !”
“Makasih kakakku yang cantik !” kata Intan seraya menepuk pipi Ranita yang lembut.
“O iya Dek, kamu pingin model rumah yang bagai mana tadi ?” ulang Ranita kemudian.
“Aku kepingin membangun rumah tingkat dua, lengkap dengan garasi dan rukonya, sekaligus taman bunga yang indah dan kebun mini dihalaman belakang. Kalau model dalamnya itu terserah kakak aja !”
“Baik !” jawab Ranita menyanggupinya.
“Tapi, Kak ! Aku ingin rumah itu siap sebelum Bapak dan Ibu pulang dari menunaikan ibadah haji, apa kira-kira kakak sanggup ?”
“Ok, pesanan akan siap sesuai rencana !”
“Terimakasih kakak !” jawab intan seraya memeluk erat tubuh Ranita.
“Iya sama-sama adek tersayang, nah kalau gitu kakak pamit dulu. karena masih banyak yang akan kakak kerjakan hari ini.”
“Baik kak.” Jawab Intan singkat.
Ranita pun kemudian berlalu meninggalkan rumah Intan, mobil yang dikendarainya melaju tenang dan santai, dalam hatinya dia telah memiliki ide tentang model rumah yang akan dibangunnya nanti untuk Mang Ojo dan Bu Fatma.
Tanah milik Intan, terletak di areal yang sangat strategis, berada didepan jalan poros dan di perempatan jalan menuju terminal. Sehingga sangat mudah bagi Ranita merancang model yang akan dia bangun nantinya.
Tidak hitungan berapa lama Ranita langsung mengerjakan proyek baru miliknya. Para pekerja langsung diturunkan kelapangan untuk membangun rumah sesuai yang diinginkan Ranita.
Para pekerja pun berdatangan, menuju arel tanah yang akan dibangun, mereka bekerja dengan giat sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan Ranita sebagai arsiteknya.
Dari arah restoran milik Intan, rumah itu sangat jelas terlihat, karena posisinya agak sedikit berhadapan. Setiap hari Mang Ojo yang selalu pergi ke restoran Intan selalu berdecak kagum dengan keunikan rumah mewah yang akan dibangun itu.
Pagi itu, Mang Ojo dan Fatma pergi berjalan-jalan, mengendorkan urat yang lagi tegang, dia pun melihat bangunan baru yang letaknya tidak begitu jauh dari restauran milik Intan hampir selesai dibangun.
Sambil duduk, Mang Ojo menyempatkan diri bertanya pada putrinya, tapi Intan tak menjawab dia hanya tersenyum saja, hal itu sengaja dia lakukan agar dia tak terkesan berbohong pada orang tuanya.
“Rumah siapa itu nak ?”
“Kenapa Bapak bertanya ?”
“Bapak melihat ada keunikan tersendiri dari rumah yang akan dibangun itu. Sepertinya arsitek bangunan itu sangat bagus dan berpengalaman.”
“O ya ?”
“Kamu lihat sendiri kan nak ? dari gaya yang telah mereka buat, Bapak bisa menilai rumah itu pasti memerlukan banyak biaya.”
Melihat Bapaknya mengagumi rumah yang dibuat Ranita, Intan merasa tersentuh sekali, ingin rasanya dia memberi tahukan hal yang sebenarnya, tapi dia sedikit ragu untuk itu.
Akan tetapi, untuk melupakan rasa sedih itu, Intan mencoba menawarkan sesuatu pada kedua orang tuanya.
“O iya ! Bapak dan Ibu udah makan ?”
“Belum nak, tapi kami nggak lapar kok.”
“Benar nggak lapar ?”
“Iya, sayang ! lagian di rumah, Nurul udah masak kok.”
“Ooo, gitu ! baiklah, kalau Bapak dan Ibu mau makan dirumah, nggak apa-apa.” jawab Intan seraya duduk disamping kedua orang tuanya.
Karena rasa penatnya sudah hilang, Mang Ojo dan Fatma pun kembali ke kawasan kumuh untuk beristirahat.
Seperti yang dilihat Mang Ojo dan Fatma. Semakin hari rumah yang dibangun Ranita semakin menunjukan potongan yang elegan, keluarga Mang Ojo berdecak kagum melihat kepandaian dan keahlian orang yang merancangnya.
Mereka sama sekali tak menyangka kalau rumah yang sedang dibangun itu adalah milik mereka. Intan sengaja menyembunyikannya, karena dia ingin membuat kejutan untuk keluarganya.
Hari demi hari, minggu pun berganti dengan bulan, para pekerja dengan giat menyelesaikan tugasnya. Hingga tiga bulan sudah, akhirnya rumah itu selesai dibangun.
Rumah yang memiliki desain yang sangat unik itu, memiliki enam ruang kamar, empat ditingkat atas dan dua kamar ditingkat bawah, lengkap dengan ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, dapur dan tempat ibadah. Semuanya tersusun rapi, sesuai dengan permintaan Intan pada Ranita.
Setelah semuanya selesai, Intan kemudian mentransfer biayanya ke rekening Ranita, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
Malam itu, saat rembulan memancarkan sinarnya yang indah, Intan mengumpulkan seluruh anggota keluarganya. Didalam rapat keluarga itu, Intan memberi tahu kalau Bapak dan Ibunya akan menunaikan Ibadah haji.
“Haah, kapan itu nak ?” tanya Mang Ojo tak percaya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Dwi sonya
semangat
2023-08-09
0
Iril Nasri
Selamat berkarya tor
2023-01-03
0