"Papa serius?"tanya Arga masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Tentu saja,kamu tidak mau?"jawab sang papa.
"Tentu saja Arga mau,dipercayakan mengurus satu cabang saja Arga sangat senang"jawab Arga sangat antusias.
"Selanjutnya Gia bagaimana denganmu nak?"Giliran putrinya Gia yang ia tanya sekarang.
"Aku tidak terlalu menemui kesulitan dalam melakukan tugasku pa,dan sebentar lagi kami mungkin akan membuat sebuah proyek hanya tinggal menemukan perusahaan yang pas untuk rekan kerja samanya saja"jawab Gia
"Bagaimana dengan kinerja tim mu,papa dengar dari bawahan papa kalau beberapa waktu lalu anggota timmu melakukan kesalahan dalam input data?"tanya Renal memastikan apa yang ia dengar dari laporan karyawannya.
"Soal itu,Gia udah negur karyawan yang bersangkutan kok pa dan Gia janji itu tak akan terulang lagi"jawab Gia sedikit takut,ia tidak tahu kalau masalah yang disebabkan oleh karyawan yang berada dalam tanggung jawabnya kemarin itu bisa sampai ke telinga papanya padahal ia sudah berusaha agar hal itu jangan sampai diketahui papanya.
"Gia kamu harus bisa lebih baik dalam melakukan pekerjaanmu,belajar
lah lebih banyak kalau perlu tanyakan pada kakakmu"ujar Renal dengan tegas.
"Papa tidak mau masalah seperti itu terulang lagi,ingat ini bukan pertama kalinya timmu melakukan hal yang serupa.Kalau perlu ganti struktur timmu itu,cari yang lebih kompeten seperti anggota tim kerja kakakmu mereka sangat kompeten"lanjut Renal menasehati putri tertuanya itu.
"Iya pa,sekali lagi Gia minta maaf"Ucap Gia sambil menunduk.
"Gak papa sayang,kalau kamu belajar pasti kamu bakal bisa lebih baik lagi dan lagi papa sama kakak kamu pasti bisa bantuin kamu"ujar Sela mengusap rambut putrinya itu.
"Bener dek,gue pasti bantuin lo"kata Arga ikut menyemangati adiknya itu.
Sedangkan Lyn hanya diam sejak tadi mendengarkan pembicaraan orang tua dan kedua kakaknya itu,ia sama sekali tidak mengerti dan tertarik pembahasan mereka soal perusahaan.
Mungkin hal itulah yang membuatnya tidak pernah di libatkan oleh papanya dalam mengutus perusahaan sejak awal,ia lebih tertarik masuk kedalam dunia medis oleh sebab itulah ketika lulus SMA ia melanjutkan pendidikannya di jurusan kedokteran.Sebenarnya bukan hanya dia saja,kakak perempuannya dulu juga sama sekali tidak tertarik memasuki dunia bisnis tapi saat hendak masuk kuliah kakaknya tiba tiba mengambil jurusan bisnis sama seperti kembarannya.Entahlah Lyn sendiri bingung tentang jalan pikiran kakaknya itu.
"Lyn pamit ke kamar dulu"pamit Lyn akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana saja.
"Selamat istirahat sayang"ucap sang papa padanya.
Lyn berjalan menuju ke kamarnya sampai di depan pintu kamarnya,entah kenapa gadis dingin itu tidak langsung masuk.Ia berbalik melihat kearah pintu kamar yang ada didepannya yang merupakan kamar milik Zia,dengan langkah perlahan ia mendekat kearah pintu itu dan dengan ragu tangannya terangkat menggenggam knop pintu tersebut.Lyn hendak memutar knop pintu itu untuk membukanya tapi ia segera menggelengkan kepalanya pelan.
*Tidak sekarang*pikirnya kemudian ia berbalik kembali masuk ke kamarnya.
~skip paginya~
Zia menggeliat di atas tempat tidurnya merasakan sinar matahari mengganggunya,masuk melalui celah celah gorden.Zia bangun kemudian duduk,ia melakukan sedikit peregangan terhadap otot dan sendinya yang kaku saat bangun tidur.
Tok..to..tok..suara pintu kamarnya diketuk dari luar.
"Masuk"suruh nya pada orang yang sedang ada diluar kamarnya saat ini.
"Permisi,nona sudah bangun ternyata"sapa orang itu yang ternyata bik Muti yang merupakan salah satu pelayan di rumah ini.
"Sudah,Ada apa bik kesini?"tanya Zia bertanya akan tujuan pelayan tua itu datang ke kamarnya.
"Ini non,saya mengantarkan seragam sekolah non yang baru"ujar bik Muti.
"Oh seragam,bibik letakkan saja di sana"pinta Zia menunjuk ke arah Sofa kecil di kamarnya.
"Iya non"jawab bik Muti,meletakkan semua seragam sekolah Zia ditempat yang diminta.
"Kalau begitu bibik permisi dulu non"ucap bik Muti izin meninggalkan kamar majikan mudanya itu.
"Hm,makasih bik"ujar Zia.
Setelah bik Muti pergi meninggalkan kamarnya,Zia segera beranjak dari atas tempat tidurnya untuk segera mandi dan bersiap pergi ke sekolah.
Ia tidak mau sampai telat di hari pertamanya masuk disekolah barunya.
Sekitar 30 menit setelahnya Zia sudah rapi dengan seragam dan atribut sekolahnya kecuali dasinya,ia berdiri didepan cermin memastikan dirinya sudah rapi atau tidak dan sebagai tambahan terakhir ia mengoleskan pelembab pada bibirnya yang berwarna pink alami itu untuk mencegahnya tidak kering.
Setelah merasa semuanya beres ia meraih tas sekolahnya lalu keluar dari kamar menuju ke lantai bawah,
Zia menuruni tangga dengan hati hati kemudian pergi menuju meja makan tempat ia akan sarapan dengan keluarganya.
"Pagi semua"sapa nya pada kedua orang tuanya dan juga kakak kakaknya,setiba dimeja makan.
"Pagi juga sayang"sapa Sela dan Renal.
"Pagi dek/Zia"sapa Arga dan Liona hampir bersamaan.
Sedangkan dua kakaknya yang lain hanya diam tak berniat membalas sapaannya,Gia masih menatap tidak suka terhadap Zia dan Lyn jangan ditanya gadis itu memang selalu diam hampir di setiap saat.
Zia menarik kursi di samping Liona secara perlahan lalu duduk di sana,posisi duduk mereka semua sama persis dengan saat makan malam kemarin.
"Ayo sarapan sayang"suruh maminya.
Zia melihat isi meja didepannya,di
sana terdapat beberapa jenis makanan yang biasanya dimakan saat pagi.
"Ada apa dek,kok gak belum mulai sarapan"tanya Arga abangnya.
"Gak papa bang,hanya saja aku biasanya makan roti saat sarapan"jawab Zia,ia mengambil susu putih hangat didepannya lalu meminumnya hingga tersisa separoh di gelasnya.
"Benarkah,maaf kalau begitu mama gak tau.Tunggu sebentar biar mama buatkan"ujar Sela dengan segera memanggil pelayan untuk membuatkan sarapan untuk Zia,ia benar benar belum tahu dengan kebiasaan anaknya itu.
"Nyusahin aja"cibir Gia melihat hal itu.
Tak lama kemudian pelayan meletakkan sebuah piring didepan Zia berisi dua helai roti tawar yang sudah diolesi selai.
"Terima kasih"ucap Zia sambil tersenyum kecil ke pelayan itu.
Liona menatap Zia yang sudah mulai menikmati roti sarapannya itu
"Emangnya lo kenyang gitu cuman makan roti doang"tanya Liona penasaran,kalau dia yang ditanya sih pasti enggak.
"Kenyang,emang kenapa?"tanya Zia balik menatap balik saudarinya itu.
"Gak papa sih cuman nanya aja,soalnya gue pernah sarapan pake roti kayak gitu eh baru juga sampai disekolah udah lapar aja"ujar Liona.
"Udah kebiasaan dari kecil"ucap Zia kembali menikmati sarapannya.
"Nanti lo jadi pake supir?"tanya Liona lagi.
"Hmm"jawab Zia
"Bareng gue aja,gue bawa mobil sendiri hari ini"ucap Liona
Zia langsung kembali menatap saudari yang duduk disampingnya itu,melihat apakah Liona bercanda atau tidak dan ternyata saudarinya itu serius.
"Oke"ujarnya menyetujui tawaran saudarinya itu.
Renal dan Sela yang melihat interaksi kedua putri termuda mereka itu merasa senang,melihat Liona dan Zia yang tampak sudah tidak terlalu canggung dalam berbicara satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 385 Episodes
Comments