"Maaf, Pak. Arumi baru saja terjatuh, Pak," ujar Laras menjawab pertanyaan dari Sang Guru.
Tian mulai memperhatikan gadis tengil yang dibencinya kini tengah duduk di lantai lapangan.
Arumi menundukkan kepalanya, mendengar suara itu membuat dirinya semakin takut. Meskipun dia merasa ketakutan, dia tetap mencoba menutupi rasa takut itu.
"Coba berdiri!" perintah Tian pada Arumi.
sebagai siswa yang baik Arumi menuruti apa yang dikatakan oleh Sang Guru, dia mencoba berdiri secara perlahan.
"Auww," pekik Arumi lagi.
Dia tak dapat menutupi rasa sakit yang kini dirasakannya tepat di pergelangan kakinya. Dia kembali terjatuh dan terduduk di lantai lapangan.
Tian mengambil posisi jongkok, dia mulai memeriksa kondisi siswanya. Tian melihat memar di bagian pergelangan kaki gadis yang dibencinya itu.
"Kamu harus dibawa ke ruang UKS," ujar Tian.
Melihat para siswa yang lain masih melakukan lari keliling lapangan, Tian langsung mengangkat tubuh Arumi dan membawanya menuju ruang UKS.
Arumi kaget dengan apa yang dilakukan oleh guru tampan yang menyebalkan itu terhadap dirinya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Arumi pada Tian.
"Sebagai seorang guru aku hanya membantu siswaku tak lebih dari itu," jawab Tian ketus.
Dia pun terus melangkah melewati lapangan basket menuju ruang UKS yang terdapat di pojok gedung kelas 10.
Di saat itu Arumi dapat melihat dengan jelas ketampanan pria yang selama ini sangat menyebalkan baginya.
Aroma tubuh maskulin menyeruak menusuk hidungnya, serta aroma mint napas pria tampan itu dapat dirasakannya.
Laras ikut berjalan mengikuti langkah Tian yang menggendong sahabatnya. dia ingin memastikan keadaan sahabatnya baik-baik saja bersama pria yang dia tahu memiliki dendam pada sang sahabat.
Sesampai di ruang UKS, Tian membaringkan tubuh siswinya di atas tempat tidur yang tersedia di sana.
"Ada apa, Pak?" tanya salah satu petugas UKS.
UKS di SMA Cendikia memiliki petugas dari siswa dan siswi yang berjaga serta salah satu guru piket.
"Sepertinya kaki Arumi keseleo," jawab Tian.
"Oh, baiklah , Pak. Kami akan memeriksa keadaannya," ujar petugas UKS.
"Terima kasih, kalau begitu saya kembali ke lapangan sebelum anak-anak bubar dari lapangan," ujar Tian.
Dia taku siswanya menyebar dari lapangan, sehingga mengganggu kelas lain yang sedang belajar.
Tian hendak ke luar dari ruang UKS.
"Pak," panggil Laras.
Tian langsung menghentikan langkahnya. Dia membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Laras.
"Ada apa?" tanya Tian pada gadis itu.
"Pak, bolehkah saya minta izin tidak mengikuti pelajaran olahraga kali ini karena saya ingin menjaga Arumi di sini?" tanya Laras pada sang Guru.
Sekilas Tian melirik ke arah Arumi yang terbaring di atas tempat tidur.
"Baiklah," lirih Tian.
Setelah itu dia pun kembali ke lapangan dan melanjutkan pelajaran olahraga di kelas 11 IPA 1.
"Rum, lu kenapa bisa jatuh, sih?" tanya Laras heran saat sang guru sudah meninggalkan ruang UKS.
"Gue sendiri enggak tahu, tiba-tiba gue jatuh begitu saja," jawab Arumi juga bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya.
"Gue yakin, lu pasti tengah memikirkan sesuatu. Apa yang sebenarnya sudah mengganggu pikiranmu?" tanya Laras semakin penasaran.
"Tidak ada, Ras. Gue tadi larinya cuma enggak fokus," jawab Arumi.
Arumi tidak bisa menceritakan apa yang terjadi beberapa hari lalu pada dirinya, dia tidak ingin Laras khawatir dengan keadaannya.
Tak berapa lama Buk Melly masuk ke dalam ruang UKS.
"Kamu kenapa, Rum?" tanya Buk Melly pada siswi teladan di SMA Cendikia.
"Arum jatuh, Buk," jawab Arumi sopan.
"Oh, ya udah. Ibu coba periksa, ya," ujar Buk Melly.
Buk Melly merupakan satu-satunya guru di SMA Cendikia yang mengerti masalah terkilir atau keseleo.
Setiap kali ada siswa atau siswi yang terjatuh dan mengalami hal yang sama seperti Arumi, petugas UKS akan langsung memanggil Buk Melly.
Perlahan Buk Melly memijat kaki Arumi, hingga akhirnya dia dapat menemukan urat yang salah.
"Tahan ya, Rum," ujar Buk Melly.
Buk Melly melakukan apa yang sudah biasa dilakukannya untuk mengobati orang terkilir atau keseleo.
"Aaaa, sakit," teriak Arumi tidak dapat menahan rasa sakit.
"Udah, sekarang kamu coba berdiri," pinta Buk Melly memastikan, Arumi sudah sembuh.
Perlahan Arumi turun dari tempat tidur, dia mencoba berdiri dan merasakan pergelangan kaki yang tadi terasa sakit.
"Alhamdulilah, sudah sembuh, Buk," seru Arumi senang.
Dia mencoba melompat-lompat untuk memastikan kakinya benar-benar sudah sembuh.
"Ya udah, kamu istirahat saja di sini dulu sampai jam pelajaran olah raga usai," ujar Buk Melly.
"Iya, Buk. Terima kasih ya, Buk," ujar Arumi senang.
"Iya, sama-sama. Ini sudah kewajiban saya," ujar Buk Melly ramah.
"Saya lanjut mengajar dulu," ujar Buk Melly sebelum keluar dari ruang UKS.
"Baik, Buk. Terima kasih," ucap mereka bersamaan.
Saat pulang sekolah, Arumi dan Laras melangkah menuju parkiran.
Tian tak sengaja menangkap 2 gadis itu berjalan ke arah sepeda motor gede milik Arumi.
Tian memperhatikan cara berjalan gadis itu, dia sama sekali tidak melihat rasa sakit yang terpancar di wajah Arumi seperti tadi pagi saat pelajaran olah raga dengannya.
"Apa? Gadis itu bisa berjalan dengan baik. Dia terlihat tidak kesakitan sama sekali, apakah tadi pagi dia hanya berpura-pura sakit supaya dia tidak mengikuti jam pelajaranku," gumam Tian di dalam hati.
Saat ini dia merasa sudah dibodoh-bodohi oleh siswinya yang satu itu.
"Jangan-jangan kamu sengaja melakukan hal itu supaya aku terlihat bodoh di hadapanmu?" gumam Tian di dalam hati
Seolah-olah dia tidak terima dengan perbuatan Arumi tadi.
Dia ingin melangkah menghampiri gadis itu, dan ingin memarahinya karena sudah berani membohongi dirinya.
"Bro," panggil Ridho saat Tian hendak melangkah.
Seketika dia menghentikan langkahnya, dia menoleh pada sahabatnya Ridho yang baru saja keluar dari kelas.
"Ada apa?" tanya Tian kesal masih tengah memperhatikan Arumi dan Laras yang kini sudah berada di atas sepeda motornya.
"Mhm, kita ngopi ke kantin, yuk," ajak Ridho pada sahabatnya.
"Mhm, boleh," sahut Tian.
Tidak ada gunanya menolak tawaran Ridho karena saat ini dia juga tidak bisa mengejar Arumi karena wujudnya tak terlihat lagi.
2 orang guru tampan yang masih berstatus single itu melangkah menuju kantin sekolah, langkah mereka menjadi sorotan bagi para siswi yang mereka lewati.
Kekaguman terpancar jelas di mata para siswi-siswi di sekolah Cendikia. Selain mereka memiliki wajah yang tampan, mereka juga baik dan Rama.
Mereka santun dan tidak sombong sehingga kini mereka menjadi guru favorit di SMA Cendikia.
Di kantin, Ridho dan Tian memilih duduk di bagian pojok agar mereka dapat mengobrol lebih pribadi di sana, jauh dari hiruk pikuk para siswa yang juga sedang menikmati makanan di sana.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Putri Minwa
semangat terus
2022-10-25
1
Elisabeth Ratna Susanti
keren
2022-09-07
0
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
waaaaaaooooo buk melly hebat sekali pijit langsung ma njur🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️
2022-08-09
1