Bab 15

Bel istirahat pun berbunyi, Arumi masih saja mengingat ancaman Tian, dia duduk melamun sehingga dia lupa dengan keberadaan sahabatnya yang duduk di sampingnya.

“Rum, lu kenapa, sih?“ tanya Laras bingung melihat sahabatnya yang bengong sejak tadi.

“Woi,Arumi Wilona Arnold!” teriak Laras di telinga Arumi kesal karena sedari tadi Arumi tidak merespon dirinya.

“Woi, kenapa? Ada apa?” tanya Arumi kaget mendengar teriakan Laras.

“Lu yang kenapa? Ada apa sih, Rum? dari tadi sejak masuk kelas, lu bengong gak jelas gitu, seperti orang kesurupan aja,“ ujar Laras.

"Eng-enggak ada apa-apa, kok," jawab Arumi masih gugup.

“Terus tumben lu telat?” tanya Laras pada sahabatnya.

“Itu lho tadi pagi gue telat bangun, pas gue cari baju seragam gue enggak ketemu-ketemu, eh malah belum di setrika sama bibi. Ya udah telat deh,” ujar Arumi menceritakan nasib sialnya hari ini.

“Terus lu kenapa kayak orang kesambet setan gitu sejak masuk kelas tadi?” tanya Laras lagi penasaran.

“Mhm, enggak apa-apa, kok.” Arumi menggelengkan kepalanya.

Dia tak ingin Laras khawatir, jika dia menceritakan apa yang baru saja terjadi.

“Oh, iya. Itu lho, bingkisan yang kemarin ada di rumah, gue sengaja enggak bawa ke sekolah. Mana tahu barang-barang terlarang,”ujar Laras memberitahukan bingkisan yang telah mendarat di rumahnya.

“Enggak apa-apa, nanti pulang sekolah gue mampir di rumah lu,” ujar Arumi.

“Siip.” Laras mengacungkan jempolnya tanda setuju.

“Sambil nebeng makan siang, kangen masakan bunda,” ujar Arumi.

“Alasan, bilang aja masakan bunda gue memang enak,” gerutu Laras bercanda.

“Iya, masakan bunda itu semuanya enak. Apalagi bikinnya penuh rasa cinta dan kasih sayang, makin enak, deh,” puji Arumi.

“Iya, dong. Bunda siapa dulu?” ujar Laras bangga.

“Bunda gue, weeek.” Arumi mencibir sahabatnya sambil tertawa.

“Hahaha,” tawa mereka pecah.

Sejenak Arumi dapat melupakan ancaman Tian yang telah mengisi penuh otaknya.

Saat pulang sekolah Arumi dan Laras langsung melangkah menuju parkiran untuk mengambil motor Arumi, Laras sudah biasa pulang sekolah bersama Arumi, karena kegiatan yang dijalaninya selalu sama dengan Arumi.

Hari ini mereka tidak ada jadwal Les, sehingga Arumi langsung melajukan motor gedenya meninggalkan sekolah.

Dengan gesit Arumi membelah keramaian jalanan kota. Tak berapa lama mereka pun sampai di rumah Laras.

Arumi memarkirkan motor gedenya di depan rumah Laras, lalu mereka melangkah masuk ke dalam rumah.

“ Assalamu’alaikum,” ucap Laras dan Arumi serentak.

Bunda Ranti sedang sibuk di dapur, dia langsung mematikan kompornya lalu melangkah keluar menyambut kedatangan Arumi dan Laras.

“Wa’alaikumsalam,” ucap bunda Ranti.

Arumi dan Laras langsung menyalami dan mencium punggung tangan bunda Ranti, Bunda Ranti menyambut dua gadis yang selalu bersama itu dengan senyuman ramahnya.

“Bunda masak apa?” tanya Arumi manja.

“Woi, malu-maluin aja lu, sampe rumah udah nanya masakan emak gue,” ledek Laras pada Arumi.

“Biarin, week,” sahut Arumi mengabaikan ledekan Laras.

“Kamu lapar ya, Sayang?” tanya bunda Ranti sambil mengelus lembut puncak kepala Arumi.

“Iya, Bun.” Arumi mengangguk tak sabar ingin menyantap masakan bunda Ranti.

“Ya udah kalian bersih-bersih dulu. Bunda udah selesai masak. Bunda siapin dulu, ya,” ujar bunda Ranti lalu dia pun melangkah kembali ke dapur.

Sedangkan Arumi dan Laras melangkah masuk ke dalam kamar Laras, kamar Laras tak sebesar kamar Arumi. Namun, Arumi sangat nyaman berada di kamar sahabatnya itu, Arumi meminjam baju kaos milik Laras agar baju seragamnya tak kotor.

Mereka mencuci muka, dan tangan lalu melangkah ke dapur. Mereka sudah tak sabar untuk menyantap makanan yang telah dihidangkan bunda Ranti di meja makan.

“Wah, aromanya menggugah selera, Bun. Aku benar-benar lapar,” ucap Arumi.

“Ya udah, yuk kita makan,” ajak Bunda Ranti.

Laras tahu, bunda Ranti sangat sayang sama Arumi, tapi hal itu tidak membuat dirinya iri pada Arumi, karena mami dan papi Arumi juga sayang pada Laras. Mereka benar-benar sudah seperti keluarga walaupun tak ada ikatan darah di antara mereka.

Bunda Ranti mengambilkan makanan buat Laras dan Arumi, lalu mereka pun menyantap hidangan yang sudah ada di atas meja.

Setelah selesai makan Arumi dan Laras membantu bunda membersihkan piring kotor bekas makan mereka, setelah itu mereka pun masuk ke dalam kamar Laras.

Di dalam kamar, Laras melangkah menuju lemari pakaiannya lalu mengeluarkan bingkisan yang kemarin diterimanya.

“Nih, bingkisan yang kemarin mendarat di sini,” ujar Laras sambil menyodorkan bingkisan yang masih berbalut pembungkus plastik biru.

“Ya ampun, gue sampe lupa lho, karena cacing cacing di perut gue pada demo tadi,” ujar Arumi lalu meraih bingkisan yang disodorkan sahabatnya.

Arumi mencoba membuka bingkisan itu, dia tampak antusias dan penasaran dengan isi bingkisan yang dikirimkan oleh sang pria dari dunia mayanya.

Setelah membuka bungkusan plastik, bingkisan itu masih terbungkus oleh kertas kado bermotifkan hati. Entah mengapa ada hawa hangat yang menyusup di hati Arumi saat melihat bungkus bingkisan yang ada di tangannya. Dengan hati-hati Arumi terus membuka bingkisan itu.

Terlihat sebuah kotak musik berbentuk love di dalam kotak, Arumi mengeluarkan kotak musik tersebut lalu membuka kotak musik yang mengeluarkan nada-nada indah saat di buka.

Di dalam kotak musik itu terdapat sepasang pengantin yang berputar mengiringi nada-nada yang keluar dari kotak musik itu saat di buka.

Dan tak terlupa di sana juga terdapat ukiran nama yaitu “ Wilona dan Reynald” membuat hati Arumi semakin berbunga-bunga.

Laras yang melihat ekspresi sahabatnya menyadari saat ini sahabatnya tengah kasmaran. Telah tumbuh benih-benih cinta di hatinya.

“Dari siapa sih, Rum?” tanya Laras yang sudah mulai curiga dengan sikap sahabatnya.

Apalagi saat ini wajah sahabatnya telah berubah merah merona bahagia.

“Eh, i-ini dari te-teman gue, Ras,” jawab Arumi tersadar dari lamunannya yang tengah membayangkan sosok pria yang tak tahu seperti apa wujud sesungguhnya.

“Teman, sejak kapan ada teman kamu yang enggak aku kenal, Rum?” tanya Laras.

Dia mengernyitkan dahinya bingung, karena selama ini Arumi tak pernah menceritakan siapa pun padanya.

“Mhm, gini, Ras,--” Akhirnya Arumi pun menceritakan perkenalannya dengan pria dunia mayanya.

Arumi sudah mulai dekat dan nyaman berkomunikasi dengan pria dunia maya itu.

“Hati-hati lu, Rum, entar malah kena tipu lho.” Laras mulai mengkhawatirkan sahabatnya.

“Loe jangan do’ain yang aneh-aneh, deh,” gerutu Arumi tak suka.

Arumi mengerucutkan bibirnya.

“Bukan gitu ,Rum. Gue cuma khawatir aja nanti lu kecewa, kalau semuanya tak sesuai dengan harapan lu. Walau bagaimanapun, lu tetap sahabat gue yang mana gue akan ikut sedih kalau kamu sedih.” lagi-lagi Laras memberi peringatan pada sahabatnya itu.

"Iya, iya, tapi bukan berarti gue nggak boleh lanjutin komunikasi gue sama dia, kan?” tanya Arumi pada sahabatnya.

“Terserah lu aja, deh,” ujar Laras lalu mengangkat bahunya bingung harus menjawab apa.

Arumi pun menyimpan kotak musik itu ke dalam tasnya, entah mengapa dia merasa bahagia mendapatkan bingkisan dari pria yang sama sekali tak di kenalnya. Arumi dan Laras pun mengobrol hingga mereka tak menyadari hari sudah sore.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Samudra Rohul

Samudra Rohul

hufff JD ingat pernah jg d kasih kotak musik persis kek gitu pas ultah . hahaha tp udh JD masa lalu

2022-10-28

1

ayulia lestary

ayulia lestary

lnjut

2022-10-25

1

Putri Minwa

Putri Minwa

semangat terus thor

2022-10-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!