Bab 19

Setelah berendam di bathup, Tian keluar dari bathroom dan kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Dia mencoba memejamkan matanya, tapi masih tak bisa tertidur karena pikirannya melanglang buana ke mana-mana hingga mentari pun menyibakkan cahayanya di balik tirai kamar Tian.

Tian menutup tubuhnya dengan selimut, dia masih ingin memejamkan matanya yang terasa panas karena tidak bisa tidur semalaman ini.

Sementara itu nyonya Sarah sedang sibuk menyiapkan sarapan di ruang makan, tuan Farhan masuk ke dalam ruang makan sambil membawa koran di tangannya. Dia heran melihat meja makan yang belum ada siapa pun.

“Tian mana, Ma?” tanya tuan Farhan pada istrinya heran.

Tidak biasanya putranya telat bangun, biasanya pukul 06.00 dia sudah duduk di kursi meja makan menyantap sarapannya.

Sekarang sudah pukul 6.30. Namun, tuan Farhan belum melihat batang hidung putranya.

“Enggak tahu, Pa. Tumben dia belum turun,” ujar nyonya Sarah juga ikut bingung.

“Ya udah, mama lihat dulu ya mana tahu dia kurang sehat,” ujar nyonya Sarah lalu dia pun melangkah meninggalkan ruang makan menuju kamar putranya.

Tok tok tok (nyonya Sarah mengetuk pintu kamar Tian)

Ceklek.

Nyonya Sarah memegang tuas pintu lalu mendorong pintu kamar putranya yang tidak ternyata Tian tidak mengunci kamarnya.

Nyonya Sarah melangkah masuk kamar dan menghampiri putranya yang masih membalut tubuhnya dengan selimut.

“Tian, kamu kenapa?” tanya nyonya Sarah sambil menepuk tubuh Tian.

“Tian,” panggil nyonya Sarah.

Berkali-kali Nyonya Sarah membangunkan putranya dengan suara yang lembut, tapi sang putra masih saja belum ada respon sama sekali.

“Tian!” Nyonya Sarah mulai meninggikan suaranya sambil menarik selimut yang menutupi wajah putranya hingga memperlihatkan wajah bantal sang putra.

“Kamu kenapa, Tian?” tanya nyonya Sarah sambil meraba dahi putranya memeriksa suhu tubuh Tian.

“Dia tidak demam, tumben ini anak belum bangun juga,” gumam nyonya Sarah di dalam hati.

"Tian, bangun," ujar Sarah sambil menggoyangkan tubuh sang putra.

Akhirnya nada tinggi yang dikeluarkan mamanya dapat membangunkan Tian dari tidurnya.

“Mama? Ada apa, Ma?” tanya Tian pada mamanya heran mendapati sang mama telah berada di kamarnya.

“Tian, ini udah jam setengah delapan, kamu enggak pergi ke kantor?” tanya nyonya Sarah heran.

“Apa, Ma? Jam setengah delapan? Ya ampun, Tian telat, Ma. Hari ini Tian ngajar bukan masuk kantor,” ujarnya panik.

Tian pun langsung berdiri lalu melangkah cepat menuju bathroom untuk membersihkan dirinya, Tian hanya membasuh muka dan menggosok gigi, kali ini Tian tidak sempat lagi untuk mandi.

Tian mengambil pakaiannya di dalam lemari, lalu hendak menggantinya.

“Kamu enggak mandi, Sayang?” tanya nyonya Sarah yang masih duduk di atas ranjang memperhatikan sikap aneh putranya.

“Mama? Mama masih disini?” tanya Tian kaget.

Dia merasa malu pada mamanya karena tingkahnya pagi ini.

Nyonya Sarah hanya diam tak menjawab pertanyaan putranya.

“Enggak sempat mandi lagi, Ma. Aku sudah terlambat, lagian kalau pun aku nggak mandi aku tetap ganteng, Ma,” ujar Tian penuh percaya diri menjawab pertanyaan mamanya tadi.

“Pe De banget sih kamu,” cibir nyonya Sarah.

“Ya udah, mama tunggu kamu di ruang makan, ya,” ujar nyonya Sarah melangkah keluar dari kamar Tian.

Sepeninggal mamanya Tian pun mengganti pakaiannya lalu dia tak lupa menggunakan parfum di tubuhnya agar rahasianya yang belum mandi tidak terbongkar di sekolah.

Setelah rapi Tian pun keluar dari kamarnya, dia melangkah menuju ruang makan untuk sarapan.

Tian mengambil sepotong roti yang udah diberi selai oleh nyonya Sarah lalu memakannnya hingga habis. Setelah menghabiskan sepotong roti Tian melangkah keluar menuju pintu utama.

Tian mengambil sepeda motornya, Tian sengaja pergi sekolah dengan sepeda motor biasa miliknya. Dia sengaja membeli motor butut untuk pergi ke sekolah agar orang-orang tidak mencurigai penyamaran dirinya.

Di sekolah bel sudah berbunyi sejak pukul 7.00. Semua siswa sudah masuk ke dalam kelas masing-masing.

Kelas 11 IPA 1 sejak tadi menunggu kedatangan sang guru olahraga nan tampan. Kelas mulai ribut karena guru tampan mereka belum juga datang.

"Maaf, Pak. Tolong bukakan pagar," ujar Tian pada satpam yang menjaga gerbang sekolah.

"Aduh, Pak Tian. Kenapa terlambat?" tanya Pak Satpam.

"Iya, Pak. Saya bangun kesiangan," jawab Tian.

Dia pun masuk ke dalam pekarangan sekolah lalu memarkirkan sepeda motornya. Setelah itu bergegas melangkah menuju kelas 11IPA 1.

"Selamat, pagi," seru Tian saat dia sudah berada di ambang pintu kelas.

Perhatian siswa langsung tertuju pada sang guru.

"Maaf, saya terlambat," ujar Tian menahan rasa malu.

"Kalau siswa terlambat dihukum, jadi kalau guru terlambat juga dihukum, dong," ujar Arumi berbisik dengan sahabatnya.

Tak sengaja Tian dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan oleh Arumi.

Kali ini Dian tidak bisa menghukum Arumi yang sudah membicarakan dirinya dengan sang sahabat karena Tian sadar diri bahwa kali ini dia berada dalam posisi salah.

"Baiklah, Anak-anak. Seperti biasa, silakan ganti pakaian kalian," perintah Tian pada siswanya tanpa membacakan absen terlebih dahulu.

Para siswa pun keluar kelas satu persatu, mereka langsung menuju ruang ganti untuk mengganti pakaian mereka bersiap-siap mengikuti pelajaran olahraga bersama Tian.

Dengan malas Arumi juga ikut keluar dari kelas mematuhi perintah guru yang sangat menyebalkan baginya.

Pertemuan kali ini, Tian akan memberikan materi tentang olahraga voli, semua siswa sudah berkumpul di lapangan voli.

"Baiklah, anak-anak, sebelum kita mulai materi. Semuanya lakukan pemanasan keliling lapangan sebanyak 5 kali," perintah Tian.

Siswa melakukan perintah sang guru, Arumi dengan malas mengikuti langkah temannya, ancaman Tian hari itu kembali melintas di benak Arumi. Seketika dia merasa takut, walau dengan susah payah dia menghilangkan rasa takutnya tapi bayangan mata elang Tian terus melintas di pikirannya hingga hal itu membuat Arumi terjatuh.

"Auw," pekik Arumi.

"Arum," pekik Laras kaget melihat sahabatnya tiba-tiba jatuh.

Tidak ada batu dan tidak ada apa pun yang mengganggu langkahnya. Namun, gadis itu masih tetap terjatuh.

Laras menghampiri sahabatnya, dia m membantu Arum untuk bangun.

"Aauw," pekik Arumi lagi saat merasakan sakit di pergelangan kakinya.

Perhatian Tian tertuju pada Arumi dan Laras yang berhenti di pinggir lapangan.

"Apa yang mereka lakukan? Kali ini aku tidak akan melepaskanmu," gumam Tian.

Guru tampan itu mulai memikirkan hukuman yang tepat untuk diberikan pada Arumi, masih dalam wujud balas dendam baginya.

Dia melangkah menghampiri dua siswi yang tidak melakukan lari keliling lapangan sebagaimana yang disuruhnya tadi.

"Hei, kalian!" bentak Tian.

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian tidak melakukan apa yang saya perintahkan?" bentak Tian lagi.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

ayulia lestary

ayulia lestary

lanjut

2022-10-25

1

Putri Minwa

Putri Minwa

hobi beratap kayaknya mah

2022-10-25

1

༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊

༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊

pak tian g usah mikirin balas dendam,,mikirin aja gimana cara ambil hati arumi 🤭🤭🤭
kayaknya pak tian dah kena virus cinta deh, cuma gengsi aja kali🤭🤭🤭🤭

2022-08-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!