Arumi masih berada di kelompoknya yang kemarin, dia berusaha menyelesaikan tugas-tugasnya dengan semangat.
Di saat mereka tengah mengelilingi hutan, Arumi melihat Tian sedang menjaga satu pos yang tak jauh dari posisinya tiba-tiba terlintas di benaknya untuk kembali mengerjai Tian, Bunga sedang asyik mencocokkan sebuah tanaman dengan foto yang ada di modul.
“Aaaaa, ada ular!” pekik Arumi berlari mendekati Bunga sehingga Bunga terdorong dan terjatuh.
Perbuatan Arumi membuat kaki Bunga pun lecet tersandung ranting.
“Dimana ularrnya, Rum?” tanya Bunga ketakutan.
Dia masih belum menyadari kakinya terluka.
“Tadi di sana ada Ular Nga, gue takut. Maaf, ya. Gue jadi bikin lu jatuh,” ujar Arumi berakting pura-pura bersalah.
“Enggak apa-apa, Rum. Sekarang mana Ularnya?” tanya Bunga yang takut jika tiba-tiba ularnya mendekat ke arah mereka.
Tian dan beberapa orang teman-teman Arumi melihat keributan yang terjadi di posisi Arumi dan Bunga, mereka pun menghampiri Bunga dan Arumi.
“Ada apa?” tanya Aldo pada Arumi dan Bunga.
“ I-i-itu ta-ta-tadi di-di-di sana ada ular,” jawab Arumi pura-pura gugup.
“Di mana?” tanya Tian maju mendekati Arumi.
“Di sana pak...” jawab Arumi sambil menunjuk asal.
“Trus kamu nggak apa-apa, kan?” tanya Tian khawatir terjadi apa-apa pada siswa yang berada di lokasi posnya.
“Saya nggak apa-apa, Pak, tapi Bunga kakinya lecet,” ujar Arumi menunjuk kaki Bunga.
Bunga yang baru saja tersadar bahwa dirinya terluka merasa ada kesempatan untuk berdekatan dengan Tian.
“Aww aww aduh sakit, Pak. Iya, Pak. Kaki saya luka,” pekik Bunga tiba-tiba.
“ Yes,” teriak Arumi di dalam hati.
“Yang mana?” tanya Tian penuh perhatian menghampiri Bunga.
Beberapa teman Arumi pun merekam bentuk perhatian Tian pada Bunga yang terjadi di hadapan mereka.
Tian mengecek luka Bunga lalu mengeluarkan beberapa obat-obatan dari tas p3k yang telah tersedia di setiap pos.
Dia membantu membersihkan luka kaki Bunga lau memapah Bunga ke pos tempat dia berada, agar Bunga bisa beristirahat dengan nyaman.
Hampir semua siswa perempuan yang ada di sana merasa iri dengan perhatian yang didapat oleh Bunga dari sang guru tampan mereka.
Arumi dan yang lainnya pun kembali melanjutkan tugas mereka, Arumi merasa senang rencananya untuk merusak reputasi Tian di mata para siswa sedikit lagi berhasil. Sambil mengerjakan tugas Sang guru tampan pun menjadi buah bibir mereka.
“Duh, ternyata pak Tian ada rasa sama Bunga.”
“Kayaknya pak Tian lagi ngincar Bunga deh.”
“Gue nggak nyangka, ternyata pak Tian sama aja dengan cowok tampan lainnya.”
Berbagai pandangan para siswa pun beredar heboh, baik pandangan negatif maupun pandangan positif.
Arumi tersenyum penuh kemenangan. Arumi merasa sakit hati karena Tian tidak saja melempar dirinya pakai bola basket namun Tian juga telah menghukumnya dan hukuman yang di berikan Tian padanya benar-benar di luar batas kewajaran.
Laras yang tidak jauh dari tempat Arumi berada melihat senyuman aneh yang terpancar di wajah sang sahabat. Laras langsung menghampiri sahabatnya itu.
“Woi, ngapain lu senyum-senyum gitu? Entar kesambet baru tahu rasa,” teriak Laras mengagetkan Arumi.
“Ya ampun, Ras. Lu ngagetin gue aja...” Gerutu Arumi.
“Pasti loe punya rencana jahat lagi buat ngerjain pak Tian,” tebak Laras mencium aroma mencurigakan dari senyuman sahabatnya.
“Lu tenang aja, Ras. Gue cuma mau ngasih pelajaran yang setimpal buat dia karena dia telah berani menghukum kita di luar batas kewajaran. Gue enggak suka sama cowok yang suka semena-mena apalagi sama kita yang perempuan ini,” ujar Arumi jujur.
“Terserah lu deh, Rum, yang penting lu hati-hati jangan sampai Bunga jadi korbannya, kasihan Bunga kalau dia terlalu berharap nantinya,” nasehat Laras.
“lya, entar gue juga nasehati Bunga supaya dia tidak terlalu banyak berharap dengan seorang Tian,” ujar Arumi.
Para siswa pun menyelesaikan tugas mereka, sebelum jam makan siang mereka mengumpulkan semua tugas pada panita.
Tak ada satu pun kelompok yang tidak mengerjakan tugasnya.
Setelah tugas terkumpul mereka pun menikmati makan siang yang telah di sediakan panitia di restoran hotel.
Di saat para siswa tengah menikmati makan siangnya, mereka masih saja heboh menggosipkan sang guru tampan, perlakuan dan perhatian Tian pada Bunga menjadi sorotan mereka, hingga Ridho pun mendengar ocehan para muridnya.
“Ada apa dengan pak Tian?” tanya Ridho pada salah satu siswa yang tengah membicarakan sahabatnya.
“Tadi pak Bunga terjatuh, habis itu Pak Tian membantu Bunga. Sebelumnya kami juga melihat postingan Bunga,'” Si siswa pun menceritakan alasan mereka menggosipkan guru olah raga mereka.
"Sepertinya Pak Tian punya skandal dengan Bunga, Pak," ujar siswa lainnya.
Ridho mengangguk paham dengan cerita siswa tersebut.
"Terima kasih, ya. Sudah kasih bapak informasi," ujar Ridho.
Setelah itu dia pun melangkah menghampiri sahabatnya yang duduk beberapa meja dari posisinya saat ini.
Dia berniat akan menanyakan apa sebenarnya yang telah terjadi pada sang sahabat seharian ini.
"Woi, Bro," sapa Ridho sambil duduk di sebuah kursi tepat di samping Tian.
"Eh, Lu. Dari mana?" tanya Ridho.
"Dari kamar, eh, Bro. Lu jadi hot topik hari ini di kalangan para siswa, apa yang terjadi?" tanya Ridho pada sahabatnya.
“Maksud, Lu?” tanya Tian heran mendengar ucapan Ridho.
"Tadi gue sempat ngobrol dengan beberapa siswa, mereka kasih tahu gue tentang ini," ujar Ridho.
Ridho pun mengeluarkan ponselnya lalu memperlihatkan story media sosial milik beberapa siswa yang berteman dengannya.
Di sana juga terdapat beberapa komentar pedas dari beberapa siswi yang tidak suka dengan sikap Tian. Seketika reputasi Tian menjadi jelek di mata para siswi yang awalnya memuji dirinya.
“Busyet, ini serius, dho?” tanya Tian pada sahabatnya.
Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, saat ini dia tengah menjadi omongan siswa dan siswinya. Bahkan siswa dan siswinya menuduh dirinya memiliki skandal dengan siswi yang bernama Bunga.
“Iya,” ucap Ridho mengangguk pelan.
“Kenapa bisa jadi seperti ini, sih?” ujar Tian kesal.
Dia bertanya-tanya di dalam hati, baru kali ini dia menjalani hidup yang dirasanya sangat rumit dan sulit ditebak.
"Gue juga tidak tahu," lirih Ridho sambil mengangkat bahu.
Dia tak menyangka sang sahabat akan mendapatkan masalah seperti ini dengan para siswinya.
“Ternyata untuk bergabung dengan dunia para remaja ini harus banyak cobaannya, dan gue memang harus memiliki mental yang kuat,” gumam Tian di dalam hati.
Dia tak bisa berbuat apa-apa saat ini terlebih saat ini Nick tak berada di dekatnya.
****
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Efrina Roza
bener² lucu
2023-01-28
0
Putri Minwa
hati-hati Arumi, nanti kena. batunya lhoo
2022-10-16
1
❁︎⃞⃟ʂ𝕬𝖋⃟⃟⃟⃟🌺 ᴀᷟmdani🎯™
arumi benar2 tengil & pemberani.tian .. tian.. yang sabar ya..
2022-08-13
1