Bab 13

Setelah mereka usai menyantap sarapan pagi, mereka berpindah ke taman belakang di pinggir kolam renang untuk bercengkrama.

Papi masih setia dengan koran yang dipegangnya, sedangkan Arumi dan maminya asyik mengobrol menceritakan pengalaman yang didapat Arumi saat mengikut acara taddabur Alam beberapa hari kemarin.

“Mami tau gak, sih. Di sekolah Arumi ada seorang guru yang sangat menyebalkan,” ujar Arumi mulai menceritakan sosok Tian.

“Masa’, sih? Kenapa kamu bilang menyebalkan?” tanya nyonya Moura menanggapi curhatan Arumi.

“Gimana enggak menyebalkan, Mi. Masa iya dia kasih hukuman sama Arumi dan Laras lari keliling lapangan sebanyak 20 kali, padahal kesalahan Arumi sama Laras cuma ngobrol saat pemanasan,” adu Arumi pada maminya.

“Trus kamu nggak lapor ke pihak sekolah?” tanya tuan Arnold ikut kesal dengan tindakan guru yang diceritakan putri semata wayangnya.

“Enggak, Pi. Arumi malas berurusan sama pihak sekolah, nanti malah panjang urusannya,” jawab Arumi.

“Apa kamu perlu papi yang kasih pelajaran sama guru kamu itu?” tanya tuan Arnold tak terima putrinya di perlakukan semena-mena.

“Enggak usah, Pi. Lagian itu kejadian nya juga udah lama, itung-itung Arumi sama Laras olah raga, biar sehat,” ucap Arumi.

Dia merasa tak enak hati karena telah mengadukan Tian pada kedua orang tuanya. Terlihat dengan jelas di mata kedua orang tuanya amarah tidak terima dengan apa yang telah terjadi pada putri kesayangan mereka.

“Kamu yakin?” tanya tuan Arnold lagi.

“Iya, Pi, lagian aku sehat-sehat aja kok. Enggak kenapa-kenapa. Arumi cuma kesal aja sama dia,” jujur Arumi.

“Ya udah kalau gitu,” ujar tuan Arnold lalu dia melipat koran yang ada di tangannya.

“Kalau putri papi ini masih sehat-sehat aja, yuk, kita bertanding!” ajak tuan Arnold pada putrinya.

Tuan Arnold kini dia telah siap-siap melepaskan pakaian santainya hendak menceburkan diri ke kolam renang.

“Boleh,” ujar Arumi berlari ke kamarnya untuk mengganti pakaian santainya dengan baju renang kesayangannya.

“Papi siap?” tanya Arumi menantang papinya saat dia telah kembali dari kamarnya.

“Ayo!” sahut tuan Arnold melambaikan tangannya.

Arumi pun langsung melompat ke dalam kolam renang, Bergabung dengan papinya.

Sejak kecil, Arnold selalu mengajak putrinya untuk berlomba berenang sehingga putrinya mahir dalam bidang olah raga yang satu ini.

“Mami jadi wasit, ya,” teriak nyonya Moura sambil menggenggam ponselnya untuk merekam keakraban kedua orang yang sangat disayanginya.

Tuan Arnold dan Arumi pun keluar dari kolam dan berdiri di pinggir bersiap-siap untuk adu kehebatan mereka.

“Satu dua tiga!” teriak nyonya Moura.

BBYYYUUUR...

Percikan Air membasahi pakaian nyonya Moura saat mereka melompat ke kolam berenang. Arumi berenang dengan gesitnya, namun tuan Arnold lebih gesit dari putrinya, dengan susah payah mengejar ketinggalannya namun kemahiran papinya belum bisa dikalahkannya.

“Yeay, papi menang!” teriak nyonya Moura saat tuan Arnold telah berada di sisi awal mereka memulai pertandingan.

Tuan Arnold melompat dan duduk di pinggir kolam, diikuti oleh Arumi yang juga duduk di pinggir kolam.

Saat ini nyonya Moura tengah berdiri di antara mereka, tuan Arnold pun menaik turunkan alisnya pada sang putri untuk mengerjai Mami Moura.

"Satu dua tiga." Arumi menghitung pelan-pelan...

BBYYUUURR..

Nyonya Moura pun masuk ke dalam kolam renang ulah suami dan putrinya yang menarik tangannya.

“Hahaha,” tawa sang suami dan putrinya pecah melihat nyonya Moura sudah basah kuyup dengan pakaian rumahnya.

Untungnya nyonya Moura juga mahir berenang, dia hanya enggan untuk berenang karena umurnya yang sudah hampir menginjak kepala 5.

“Arum,Papi!” teriak Nyonya Moura kesal.

“Lagian mami nggak asyik kami berenang, mami enggak ikut berenang, ya udah terpaksa, deh,” celoteh sang suami membuat tawa keluarga kecil itu pecah di bawah terik matahari pagi menjelang siang.

Arumi pun tersenyum bahagia menghabiskan waktu berharganya bersama kedua orang tuanya.

Setelah selesai berenang bersama kedua orang tuanya, Arumi dan mami pun bertempur di dapur untuk menyiapkan makan siang bersama.

Untuk hari ini tuan Arnold ingin menikmati masakan dua wanita yang sangat berarti dalam hidupnya.

Selagi Arumi dan maminya memasak di dapur sang papi asyik mengomentari pekerjaan kedua wanita itu, tuan Arnold memilih duduk di kursi meja makan untuk menemani Arumi dan nyonya Moura menyiapkan santapan makan siang untuk keluarga kecilnya.

Nyonya Moura memilih untuk memasak ayam kecap kesukaan tuan Arnold dan rendang daging kesukaan putrinya di tambah dengan sayur lodeh kesukaannya dan tak lupa sambal terasi favorit semua anggota keluarga.

Moura sengaja memilih masakan tradisional karena selama ini mereka lebih sering mengkonsumsi menu makanan ala-ala luar negeri. Apalagi tuan Arnold lebih sering makan di luar bersama rekan bisnisnya.

“Semua udah masak,” ujar Nyonya Moura bersemangat.

Dia mulai menata makanan yang sudah siap di atas meja.

“Wanginya, ini pasti lezat,” puji tuan Arnold.

“Pasti dong, Pi. Chef mami kan pintar masak,” sahut Arumi ikut memuji maminya.

“Udah udah jangan muji-muji terus, nanti mami bisa terbang lho,” ujar nyonya Moura tersipu.

“Tapi benaran lho, Mi. Mami itu pintar masak tapi sayang,--“ Arumi menghentikan ucapannya takut maminya tersinggung dengan perkataannya.

Seketika suasana ruang makan pun menjadi hening.

“Mhm, maafin Arumi ya, Mi. Bukan maksud Arumi,--” Arumi meminta maaf dengan apa yang telah diucapkannya.

“Enggak apa-apa, Sayang. Kami seharusnya yang minta maaf sama kamu, karena kesibukan papi kamu harus tinggal sendirian,” ujar tuan Arnold penuh penyesalan.

Tuan Arnold memang terbiasa membawa istrinya ke mana pun, di saat dia melakukan perjalanan bisnis karena menurutnya Moura Akan merasa kesepian di saat Arumi menjalankan berbagai kegiatannya.

“Tidak, Pi. Papi sama mami sibuk, semua itu untuk Arum juga,” ujar Arumi.

Moura pun mendekati putrinya, dia memeluk gadis kecilnya. Walaupun gadis kecilnya sekarang sudah beranjak dewasa.

Sewaktu Arumi belum sekolah, Moura selalu membawa Arumi, tapi sejak Arumi sudah menjalankan dunia pendidikannya, Moura terpaksa meninggalkan Arumi dengan asisten rumah tangganya di rumah.

“Ya udah yuk kita makan,” ajak tuan Arnold mencairkan suasana.

Arumi dan Moura pun mengangguk lalu Moura mengambilkan makanan untuk suami dan putrinya, setelah itu dia pun mengambil makanan untuk dirinya sendiri.

Mereka menyantap makanan itu dengan lahap, mereka menghabiskan makanan di selingi guyonan yang di lontarkan tuan Arnold, sehingga mereka melupakan kecanggungan yang baru saja terjadi di antara mereka.

Setelah makan siang, Arumi memilih masuk ke kamarnya untuk beristirahat sejenak, begitu juga dengan kedua orang tuanya juga masuk ke kamar mereka untuk beristirahat.

Di kamarnya, Arumi merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Arumi mengambil ponselnya yang sedari tadi terletak begitu saja di atas nakas di samping tempat tidur.

Arumi membuka satu persatu aplikasi media sosialnya, banyak notifikasi chat dari pria dunia maya yang selalu mengisi hari-harinya.

Arumi membaca satu per satu pesan yang di kirimkan oleh pria dunia mayanya.

P...

Hai...

P...

Lagi apa sich??

Kenapa nggak balas...??

Sibuk ya...??

P...

Balas dunk...

Ya udah...kalau aku ganggu...

Ke mana sich?

Arumi tersenyum membaca pesan dari pria dunia mayanya. Dia pun membalass pesan dari pria itu.

*Maaf ya...

tadi hape ku ketinggalan di kamar*...

Lagi sibuk weekend sama keluarga...

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Putri Minwa

Putri Minwa

senang kalau lihat keluarga yang rukun ya Thor

2022-10-25

1

Kurniah Nadhifa Rias

Kurniah Nadhifa Rias

seneng deh klu dia jodoh

2022-08-26

1

༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊

༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊

keluarga arumi keluarga yang harmonis,,semoga selalu bahagia🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰

2022-08-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!