Dito sudah mendapatkan apa yang dia cari, yaitu handphone keluaran terbaru yang belakangnya berlogo buah anggur di gigit.
Dito berencana akan langsung memberikan handphone itu pada Rena sehabis ini juga agar nanti dia bisa chattingan dengan Rena.
Dito menyelusuri jalanan menuju rumah Rena hingga sampai di depan gang rumah Rena Dito menepikan mobilnya.
"Permisi pak, boleh saya menitipkan mobil di sini." izin Dito sopan pada seorang bapak-bapak yang tengah membersihkan teras rumahnya.
"Oh iya mas mangga, ngomong ngomong mas nya mau ke mana?" tanya bapak itu.
"Saya mau ke rumah Rena pak, apakah dia ada di rumah ya?" jawab Dito sambil bertanya.
"Oh ada mas, tadi saya lihat Rena habis jemur pakaian. Padahal baru keluar dari rumah sakit tadi pagi, ehh sama ibunya udah di suruh ke pasar dan bersih bersih rumah." jawab bapak itu membuat jiwa penasaran Dito tentang kehidupan Rena pun menggelora.
"Rena habis masuk rumah sakit pak?" tanya Dito.
"Iya mas, kemaren tetangga sebelah Rena menemukan dia tak sadarkan diri di kamar mandi. Terus habis itu kita para warga pergi membawa Rena ke rumah sakit terdekat soalnya ibunya lagi gak ada di rumah. Terus tadi pagi saya lihat dia baru pulang dari rumah sakit, ehh malah sama ibu nya sudah di suruh ke pasar. Mana jalan kaki lagi." jelas bapak itu.
"Gitu ya pak, kalau gitu boleh gak nanti saya tanya tanya tentang kehidupan Rena sama bapak? Tapi saya mau menemui Rena sebentar."
"Boleh mas, kebetulan saat ini saya lagi free."
"Ya udah pak kalau gitu saya ke rumah Rena dulu." pamit Dito.
"Iya mas." balas bapak itu.
Dito pun pergi berjalan kaki menuju rumah Rena yang jaraknya tidak terlalu jauh dari jalan utama. Sebenarnya mobil Dito bisa masuk, cuma dia emang sengaja meletakkan mobilnya di tempat yang agak jauh dari rumah Rena agar tidak menjadi perhatian orang orang di sana.
Sampai di depan rumah Rena Dito melihat rumahnya itu begitu asri karena banyak tanaman bunga yang tertanam di sana. Meskipun rumahnya belum di semen dan temboknya masih bata tapi itu tidak menghalangi kebersihan rumah Rena.
Dito yakin pasti ini semua Rena yang membersihkannya, karena tadi bapak bapak yang di sana bercerita tentang Rena yang di suruh ke pasar sama cuci baju jadi itu menjadikan patokan Dito untuk menembak kalau Rena lah yang selalu membersihkan rumah ini.
"Hufft...." Dito menarik nafasnya panjang sebelum mengetuk pintu rumah Rena yang memang sudah terbuka.
Tok tok tok.
"Permisi." ucap Dito setelah mengetuk pintu.
"Iya sebentar." sahut orang dari dalam sana yang suaranya sangat familiar di telinga Dito.
"Ada apa ya ma....s. Loh Dito kok kamu ada di sini?" kaget Rena yang melihat keberadaan Dito di depan pintu rumahnya.
"Hai." sapa Dito canggung.
"Hai juga, oh iya lupa mari silahkan masuk." Rena mempersilahkan Dito untuk masuk.
"Mari silahkan duduk, maaf kursinya kayu." Ucap Rena karena Rena yakin kalau Dito pasti tidak pernah duduk di kursi kayu, meskipun pernah itu juga mungkin kursi kayunya yang bagus tidak usang seperti punya dia.
"Iya gapapa kok sama aja, sama sama buat duduk." balas Dito dan duduk di sana.
"Bentar ya saya ambilkan minum dulu."
"Ehh gak usah repot-repot, aku ke sini cuma mau nganterin ini kok." Dito menyerahkan paper bag berukuran kecil pada Rena.
"Ini apa?" tanya Rena membuka isi paper bag itu.
"Buka aja, semoga kamu suka." jawab Dito.
"Astaga ini handphone, kamu ngapain kasih saya ini. Pasti ini harganya mahal banget." kaget Rena melihat isi dalam paper bag itu.
"Gimana kamu suka gak?"
"Saya suka kok, tapi kalau kamu ngasih ini buat saya maaf saya gak bisa menerima ini." Rena mengembalikan paper bag beserta isinya ke atas meja dengan Dito.
"Loh kenapa, apakah kurang bagus? Kalau kurang bagus biar nanti aku ganti yang...."
"Enggak, bukan begitu. Saya gak bisa menerima pemberian orang, apalagi itu harganya saya yakin tidak murah." Rena memotong ucapan Dito.
"Tapi aku ikhlas ngasih ini buat kamu, plis kamu mau ya." paksa Dito.
"Maaf saya tidak bisa." tolak Rena sekali lagi.
"RENA CEPAT CUCI PIRINGNYA, SAYA MAU MAKAN." Teriak seorang perempuan dari arah belakang rumah.
"Iya bu sebentar." balas Rena.
"Maaf ya kamu sebaiknya pulang dulu, saya masih banyak kerjaan." usir Rena.
"Tapi ini...."
"Maaf saya harus ke belakang dulu." Rena langsung meninggalkan Dito yang masih berada di ruang tamu rumahnya. Biarlah nanti juga Rena yakin Dito akan pergi dengan sendirinya.
"Hufft... ternyata tak semudah memecahkan rumus matematika." gumam Dito.
Dan benar saja, tak lama setelah Rena pergi Dito pun pergi dari rumah Rena sambil membawa paper bag itu kembali. Dito berencana akan mampir ke rumah bapak bapak yang tadi untuk menayangkan banyak hal tentang Rena.
...**...
Sementara itu Diandra sudah sampai di tempat dia janjian sama Richard. Tapi sudah lima menit Richard tak kunjung datang juga sehingga membuat Diandra was was takut kalau nanti Richard akan mengingkari janjinya lagi.
"Awas aja nanti kalau sampai gak datang lagi." gumam Diandra sambil menatap ke luar cafe.
"Maaf saya telat." ucap seseorang dari belakang Diandra yang membuat Diandra membalikkan badannya.
Deg.
Jantung Diandra berdetak saat melihat orang di hadapannya yang tinggi, otot di mana mana dan jangan lupakan wajah serta karismanya yang dapat menarik perhatian wanita.
"Maaf sudah membuat kamu menunggu lama." ucap Richard dan menggambil tempat duduk di depan Diandra.
"Ka-kamu...."
"Oh iya aku lupa, kenalin aku Richard orang yang biasanya chattingan sama kamu." ucap Richard memperkenalkan dirinya.
Richard yakin pasti Diandra masih belum mengetahui wajahnya secara langsung dan ini pertama kalinya.
"Oh iya aku Diandra." balas Diandra.
"Sudah tahu." balas Richard membuat mata Diandra melotot.
"Gak usah gitu matanya, saya tahu kok kalau saya itu tampan." ucap Richard membuat mata Diandra berkedip seketika.
"Kenapa belum pesan makanan?" tanya Richard yang melihat belum ada makanan sama sekali di meja mereka.
"Aku tadi nunggu kamu, biar sekalian persennya." jawab Diandra.
"Mbak." pangil Richard pada pelayan yang berada tak jauh dari mereka.
"Iya tuan ada yang bisa saya bantu?" tanya pelayan menghampiri Richard dan Diandra.
Pandangan pelayan itu tak pernah lepas dari Richard, lelaki tampan dengan sorot mata yang tajam dan wajah tegasnya.
"Sayang kamu mau pesan apa?" ucap Richard membuat pelayan itu seketika mengalihkan pandangannya.
Sedangkan Diandra yang mendengar itu pun hatinya jedag jedug tidak karuan.
"Sayang?"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Indah Alifah
sebenarnya ini novel seru aku kesini penasaran sama Rena n Dito bisa putus 🤭
2023-03-28
0