SPPTP#9

Richard mulai menguliti tubuh pak Roni seperti para jegal sapi yang tengah memisahkan kulit sapi dan dagingnya. Setelah itu Richard memotongnya tipis tipis dan mulai melemparkan kulit tubuh pak Roni ke kandang buaya dan yang lainnya.

Sedangkan di bagian tangan, Richard memotongnya menjadi kecil kecil dan saat ingin melemparkan jari jari pak Roni ke dalam kandang harimau, Richard melihat kuku tangan pak Roni.

"Sepertinya ini bagus." gumam Richard dan mengambil satu persatu kuku jari tangan pak Roni dan mengumpulkan nya di lantai.

"Busuk." jijik Richard saat mencium bau darah pak Roni yang tidak sedap menurutnya.

Richard segera membuang semua bagian tubuh pak Roni ke kandang harimau. Setelah itu dia mengambil kepala pak Roni dan mulai mencokel mata pak Roni satu persatu.

"Kalau saja nih matanya anak muda, udah saya donorin ke rumah sakit." monolog Richard dan melemparkan kedua mata itu ke dalam kandang hewan kesayangannya. Yaitu anjing.

"Dah selesai." Richard mengelap tetesan tetesan darah yang berada di wajahnya dan segera memanggil anak buahnya untuk membersihkan ruangan itu, agar tetap bersih dari kuman kuman.

"Ethan, bawa kuku kuku itu, biar nanti aku langsung mencucinya di dalam." perintah Richard pada Ethan dan pergi dari sana.

"Hah, gak salah nih." cengoh Ethan.

"Heh, kalian bawain itu kuku, saya tunggu di dalam." perintah Ethan pada anak buah Richard yang lain.

Mana mau Ethan suruh bawa barang gituan, yang ada nanti dia malah kepikiran sampai rumah.

...**...

Hari sudah malam, Diandra berniat untuk pergi ke luar untuk mencari udara segar. Diandra memilih taman sebagai tempat dia duduk.

Diandra memandang sekitar, karena ini malam Minggu, jadi banyak pasangan muda mudi yang tengah pacaran di sana.

"Seandainya nanti aku sama Richard bisa ke sini malam mingguan seperti mereka." gumam Diandra memandang mereka satu persatu.

Drrtt drrtt drrtt.

Posel Diandra bergetar, Diandra segera mengangkat panggilan telepon dari seseorang yang tak lain adalah Richard.

Melihat nama kontak Richard, hati Diandra jadi berbunga bunga.

'Hai.' sapa Diandra.

'Halo, selamat malam.' balas Richard.

'Malam.' balas Diandra.

'Kamu lagi di mana, kok sepertinya rame?' tanya Richard.

'Oh ini aku lagi ada di taman.'

'Sama siapa?'

'Sendiri aja buat tenangin pikiran.'

'Boleh gak saya ke sana?' tanya Richard penuh harap.

Richard sangat tidak sabar ingin bertemu Diandra. Karena sekarang dia lagi senggang, makanya dia ingin bertemu Diandra.

'Hah, bo-boleh kok, emang kamu gak sibuk?'

'Enggak, kebetulan kerjaan aku baru selesai.'

'Ya udah kamu share lok ya, biar saya segera ke sana.' lanjut Richard.

'Oke aku tunggu ya.'

Tut.

Panggilan telepon terputus, ingin rasanya Diandra berteriak di sana. Mungkin kalau dia tidak punya urat malu sudah berteriak dia sedari tadi.

"Ini gak mimpi kan, sumpah demi apa Richard mau ke sini temuin gw." monolog Diandra saking senengnya.

"Aduh penampilan gw gimana, udah oke belum?" Diandra bercermin di kamera ponselnya, sambil sesekali dia mengambil gambar dirinya sendiri.

"Baju oke lah, make up juga oke. Tatanan rambut... oke lah masih aman." komentar Diandra saat melihat penampilannya dalam kamera handphone.

"Pokoknya nanti gw harus buat Richard terpesona sama gw. Kalau bisa malam ini juga Richard harus jadi pacar gw."

"Atau paling tidak, gw udah bisa dapatin uang dari dia." lanjut Diandra dengan mata duitan.

...**...

Rena membuka matanya, dia melihat sekeliling. Ruangan serba putih dan bau obat obatan yang sangat menyengat di indra penciumannya.

Rumah sakit, tempat itulah yang berada di pikiran Rena sekarang.

"Selamat malam nona Rena." sapa dokter cantik yang biasa menangani penyakit Rena.

"Malam dok." balas Rena sambil tersenyum dengan bibir pucatnya.

"Bagiamana, apakah ada yang sakit?" tanya dokter Fia, dokter spesialis ginjal.

Ya, Rena menderita penyakit gagal ginjal mulai dia kelas 6 SD. Dulu keadaan penyakit Rena masih belum terlalu parah, tapi semenjak Diandra memutuskan untuk mencari pekerjaan di luar kota membuat penyakit Rena semakin parah karena ibu tirinya yang tak lain adalah ibu Tika jarang sekali menggantarkan Rena untuk cuci darah, alasannya adalah gak punya uang. Padahal mah Diandra selalu mengirimkan uang yang banyak untuk pengobatan Rena.

"Tidak dok. Dokter Fia, bolehkah Rena bertany, siapa yang sudah bawa Fia ke sini?" tanya Fia penasaran, pasalnya tidak mungkin ibu tirinya yang membawa kesini.

"Tadi tetangga kamu yang bawa kamu ke sini, katanya kamu pingsan di kamar mandi." jawab dokter Fia.

"Oh iya dok."

"Rena boleh kah dokter tanya, kenapa kamu tidak pernah melakukan cuci darah akhir akhir ini. Ini sangat berbahaya buat kamu, penyakit kamu nanti malah semakin parah." tanya dokter Fia.

Pasalnya dulu Rena adalah pasien paling rajin dan paling semangat ingin sembuh dari penyakitnya. Tapi entah mengapa akhir akhir ini Rena malah menghilang bak di telan bumi.

"Maaf dok." sedu Rena.

Rena menundukkan kepalanya takut menatap wajah dokter Fia.

"Hei kenapa sedih gitu, katanya kamu mau sembuh. Ayo dong semangat."

"Rena gak ada uangnya dok." akhirnya Rena berani mengungkapkan apa yang ada di pikirannya.

Sebenarnya Rena juga sangat ingin seperti teman sebayanya, yang sehat dan bisa bergerak bebas. Tapi dia tidak bisa, dia tidak bisa bebas seperti teman-temannya karena ada sebuah penyakit yang dia derita.

"Loh, bukannya kakak kamu kerja di luar kota untuk biaya penyembuhan kamu?" heran dokter Fia.

Pasalnya dulu Diandra pamit pada dokter Fia untuk memantau perkembangan pengobatan Rena, tapi karena dokter Fia akhir akhir ini sibuk maka dia tidak bisa lagi mengontrol pengobatan Rena.

"Rena juga tidak tahu dok, ibu bilang kita gak ada uang. Ibu juga bilang kalau Rena ini selalu menghabiskan uang kakak. Rena ingin sembuh dok, tapi Rena gak bisa." akhirnya tangis Rena yang sedari tadi dia tahan tumpah juga.

Dokter Fia yang tidak tega pun membawa Rena ke dalam pelukannya.

"Kamu yang sabar ya, kamu harus tetap berobat supaya kamu cepat sembuh. Soal biaya kamu gak perlu sedih, nanti biar dokter yang bantu Rena buat cari keringanan." ucap dokter Fia menenangkan Rena sambil mengelus rambut Rena.

"Makasih dok, dokter Fia sudah baik banget sama Rena. Rena janji, suatu saat nanti kalau Rena sudah sukses Rena akan membalas jasa dokter." balas Rena menatap wajah dokter Fia.

"Kamu gak perlu membalasnya, dokter ikhlas kok bantu kamu. Asal kamu sudah sembuh, itu sudah buat dokter senang." balas dokter Fia.

Tok tok tok.

"Permisi dok, ada pasien yang akan cuci darah." ucap asisten dokter Fia yang memberitahukan jadwal dokter Fia setelah ini.

...***...

Episodes
1 SPPTP#1
2 SPPTP#2
3 SPPTP#3
4 SPPTP#4
5 SPPTP#5
6 SPPTP#6
7 SPPTP#7
8 SPPTP#8
9 SPPTP#9
10 SPPTP#10
11 SPPTP#11
12 SPPTP#12
13 SPPTP#13
14 SPPTP#14
15 SPPTP#15
16 SPPTP#16
17 SPPTP#17
18 SPPTP#18
19 SPPTP#19
20 SPPTP#20
21 SPPTP#21
22 SPPTP#22
23 SPPTP#23
24 SPPTP#24
25 SPPTP#25
26 SPPTP#26
27 SPPTP#27
28 SPPTP#28
29 SPPTP#29
30 SPPTP#30
31 SPPTP#31
32 SPPTO#32
33 SPPTP#33
34 SPPTP#34
35 SPPTP#35
36 SPPTP#36
37 SPPTP#37
38 SPPTP#38
39 SPPTP#39
40 SPPTP#40
41 SPPTP#41
42 SPPTP#42
43 SPPTP#43
44 SPPTP#44
45 SPPTP#45
46 SPPTP#46
47 SPPTP#47
48 SPPTP#48
49 SPPTP#50
50 SPPTO#51
51 SPPTP#52
52 SPPTP#53
53 SPPTP#54
54 SPPTP#55
55 SPPTP#56
56 SPPTP#57
57 SPPTP#58
58 SPPTP#59
59 SPPTP#60
60 SPPTP#61
61 SPPTP#62
62 SPPTP#63
63 SPPTP#64
64 SPPTP#65
65 SPPTP#66
66 SPPTP#67
67 SPPTP#68
68 SPPTP#69
69 SPPTP#70
70 SPPTP#71
71 SPPTP#72
72 SPPTP#73
73 SPPTP#74
74 SPPTP#75
75 SPPTP#76
76 SPPTP#77
77 SPPTP#78
78 SPPTP#79
79 SPPTP#80
80 SPPTP#81
81 SPPTO#82
82 SPPTP#83
83 SPPTP#84
84 SPPTP#85
85 SPPTP#86
86 SPPTP#87
87 SPPTP#88
88 SPPTP#89
89 SPPTP#90
90 SPPTP#91
91 SPPTP#92
92 SPPTP#93
93 SPPTP#94
94 SPPTP#95
95 SPPTP#96
96 SPPTP#97
97 SPPTP#98
98 SPPTP#99
99 SPPTP#100
100 SPPTP#101
101 SPPTP#102
102 SPPTP#103
103 SPPTP#104
104 SPPTP#105
105 SPPTP#106
106 SPPTP#107
107 SPPTP#108
108 SPPTP#109
109 SPPTP#109
110 SPPTP#110
111 SPPTP#111
112 SPPTP#112
113 SPPTP#113
114 SPPTP#114
115 SPPTP#115
116 SPPTP#116
117 SPPTP#117
118 SPPTP#118
119 pengumuman giveaway
120 SPPTP#119(TAMAT)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
SPPTP#1
2
SPPTP#2
3
SPPTP#3
4
SPPTP#4
5
SPPTP#5
6
SPPTP#6
7
SPPTP#7
8
SPPTP#8
9
SPPTP#9
10
SPPTP#10
11
SPPTP#11
12
SPPTP#12
13
SPPTP#13
14
SPPTP#14
15
SPPTP#15
16
SPPTP#16
17
SPPTP#17
18
SPPTP#18
19
SPPTP#19
20
SPPTP#20
21
SPPTP#21
22
SPPTP#22
23
SPPTP#23
24
SPPTP#24
25
SPPTP#25
26
SPPTP#26
27
SPPTP#27
28
SPPTP#28
29
SPPTP#29
30
SPPTP#30
31
SPPTP#31
32
SPPTO#32
33
SPPTP#33
34
SPPTP#34
35
SPPTP#35
36
SPPTP#36
37
SPPTP#37
38
SPPTP#38
39
SPPTP#39
40
SPPTP#40
41
SPPTP#41
42
SPPTP#42
43
SPPTP#43
44
SPPTP#44
45
SPPTP#45
46
SPPTP#46
47
SPPTP#47
48
SPPTP#48
49
SPPTP#50
50
SPPTO#51
51
SPPTP#52
52
SPPTP#53
53
SPPTP#54
54
SPPTP#55
55
SPPTP#56
56
SPPTP#57
57
SPPTP#58
58
SPPTP#59
59
SPPTP#60
60
SPPTP#61
61
SPPTP#62
62
SPPTP#63
63
SPPTP#64
64
SPPTP#65
65
SPPTP#66
66
SPPTP#67
67
SPPTP#68
68
SPPTP#69
69
SPPTP#70
70
SPPTP#71
71
SPPTP#72
72
SPPTP#73
73
SPPTP#74
74
SPPTP#75
75
SPPTP#76
76
SPPTP#77
77
SPPTP#78
78
SPPTP#79
79
SPPTP#80
80
SPPTP#81
81
SPPTO#82
82
SPPTP#83
83
SPPTP#84
84
SPPTP#85
85
SPPTP#86
86
SPPTP#87
87
SPPTP#88
88
SPPTP#89
89
SPPTP#90
90
SPPTP#91
91
SPPTP#92
92
SPPTP#93
93
SPPTP#94
94
SPPTP#95
95
SPPTP#96
96
SPPTP#97
97
SPPTP#98
98
SPPTP#99
99
SPPTP#100
100
SPPTP#101
101
SPPTP#102
102
SPPTP#103
103
SPPTP#104
104
SPPTP#105
105
SPPTP#106
106
SPPTP#107
107
SPPTP#108
108
SPPTP#109
109
SPPTP#109
110
SPPTP#110
111
SPPTP#111
112
SPPTP#112
113
SPPTP#113
114
SPPTP#114
115
SPPTP#115
116
SPPTP#116
117
SPPTP#117
118
SPPTP#118
119
pengumuman giveaway
120
SPPTP#119(TAMAT)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!